part 9

349 10 0
                                    

“Hah? Nginep? Terus, butik gimana?” 

“Ya butik sementara tutup dulu… kan udah lama kita nggak liburan bareng…”

“Iya, gue setuju tuh. Nggak pa-pa lah sementara kita libur dulu… toh kalau rejeki nggak akan lari kan?? Lagian tiba-tiba gue pengin maen kemana gitu, yang agak jauh… bosen gue di rumah terus… pengin nyari suasana baru…” kata Vita menambahkan. 

“Nggak ah, lagi males gue.” tolak Yana.

“Ayolah, Yan. Demi ponakan lo nih…” kata Vita memelas sambil mengusap perutnya yang masih datar. 

“Apaan sih, lo. Bawa-bawa bayi lo segala?”

“Iya, Yan. Vita lagi ngidam tu… lo nggak kasihan apa kalau nanti bayinya Vita ileran?” Greys mencoba membujuk Yana.

"Kalian sengaja ngrencanain sesuatu buat gue ya?" tanya Yana sambil menatap teman-temannya secara bergantian.

“Iih… pede banget sih lo… orang kita cuma mau ngajakin liburan kok dituduh yang enggak-enggak.” cibir Vita.

“Iya nih Kak Yana… pokoknya, minggu depan kita liburan. Tempatnya udah kita atur. Dan Kak Yana harus ikut. Nggak boleh ENGGAK.” kata Debby sedikit mengancam. “Oh ya, jangan lupa, ajak Kak Owi juga..!!” tambahnya.

“Owi juga??” tanya Yana terkejut.

“Ya iyalah… masa tega banget sih lo ninggalin suami di rumah sendiri…” kata Vita menambahkan. 

“Huhh…” Yana menghela napasnya berat, karena tak bisa lagi menolak desakan teman-temannya.

==== 09071809 ==== 

Sesampainya di rumah, Yana masih bingung, bagaimana caranya dia menyampaikan pada Owi, suaminya, perihal ajakan teman-temannya untuk liburan. Dia terus mencari celah untuk mencari kesempatan agar bisa mengutarakannya. Dan saat makan malam tiba, dia merasa bahwa itulah saat yang tepat untuk mengatakannya. Yana hampir membuka suara saat Owi memanggilnya.

“Yan,” panggil Owi setelah dirinya selesai melahap suapan terakhirnya. 

“Ya??” sahut Yana cepat.

“Ada yang pengin aku omongin sama kamu.” 

“Apa?” tanya Yana penasaran.

“Tadi… anak-anak bilang. Katanya weekend mereka mau ngajak kita liburan.” kata Owi tanpa menatap Yana yang duduk di hadapannya.

Mendengar kata liburan, sontak Yana meletakkan gelas yang sempat di pegangnya, lalu mendongakkan wajahnya menatap Owi. “Liburan? Weekend? Kok sama?” 

“Maksud kamu?” kata Owi yang sama-sama menatap Yana.

“Tadi anak-anak juga ngajakin aku liburan. Weekend juga. Tapi nggak tahu kemana.” 

“Mereka juga nggak bilang mau liburan kemana. Yang mereka bilang, aku harus ikut, dan harus ngajak kamu juga.”

“Jangan-jangan mereka sekongkol?” gumam Yana lirih, tapi masih bisa didengar oleh Owi. 

“Yaudahlah, kita nggak boleh su’udzon sama mereka. Kita turutin aja apa mau mereka. Toh kita juga belum pernah liburan bareng kan? Nggak pa-pa lah, sekali-sekali refreshing.”

“Iya juga sih. Oke-lah.” kata Yana sambil tersenyum tipis.

Melihat istrinya tersenyum, perasaan Owi menjadi hangat. Pasalnya setelah beberapa hari mereka bersiteru, Yana hampir tak pernah tersenyum. Dan ini pertama kalinya mereka mengobrol berdua tanpa ada amarah di antara mereka. 

SearchTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang