Prolog

38.1K 1.4K 53
                                    

"Nggh ...."

Gerakan tanganku di balik celana semakin kencang. Naik-turun, mengusap, meremas dan mengocok. Bibir digigit kuat-kuat, jemari kakiku menekuk dengan isi kepala yang seolah berkunang-kunang. Mendatangkan satu wajah dari seseorang yang membuatku menjadi seperti sekarang ini.

"Nggh, Zack ... s-sentuh aku."

Eranganku kian kencang. Gerakan tangan di bawah sana bertambah cepat temponya.

Membayangkan Zack menciumku, mencumbuiku. Bibirku dan bibirnya beradu. Lidah kami pun saling mengulum. Tangannya di bokongku, sementara tanganku bermain di atas selangkangannya yang mengeras. Di mana alat kelaminnya memiliki ukuran yang di atas rata-rata.

Ah, sial. Andaikan aku benar-benar bisa melakukan hal itu. Andai saja semua itu bisa menjadi kenyataan.

Memikirkannya semata-mata mendatangkan puncak kenikmatan bagiku.

"Anngh!"

Napasku terengah-engah, pelipis berkeringat dan dada kembang kempis. Tanganku lengket dan basah sudah. Oleh air mani. Air mani hasil orgasmeku sendiri. Kalau tidak salah ingat, sudah nyaris seminggu kegiatan ini mulai rutin aku lakukan.

Gara-gara keparat satu itu. Sosok laki-laki tampan yang tinggal di balik pintu di sebelah ruang apartemenku.

Sampai kapan aku akan terus seperti ini? Hanya berimajinasi sambil menyentuh diri sendiri sama sekali tidak menyenangkan. Ya, memang tidak seburuk itu. Tetapi kupikir, akan lebih baik dan lebih nikmat apabila Zack sungguh-sungguh dapat membantuku. Memberikan sentuhan kecil saja aku rasa sudah cukup.

Aku terlalu banyak mengkhayalkan hal yang tidak perlu. Padahal jelas Zack straight, suka perempuan. Setiap Minggu pasangan tidur wanitanya saja gonta-ganti. Mendapatkannya adalah hal yang sangat mustahil.

--

Tetanggaku ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang