Sore itu, mendadak saja pintu apartemenku ada yang mengetuk. Membuatku yang tengah memunguti tisu-tisu kotor yang berserakan di lantai menghentikan kegiatan itu sementara waktu. Ketukan tak lagi terdengar. Memunculkan pemikiran bahwa tadi aku salah dengar. Lagi pula, sudah lama sekali sejak ada seseorang yang mengetuk pintu apartemen selain mama dan juga kakak perempuanku. Pun, aku tak pernah menyewa petugas kebersihan semenjak hobiku 'menyentuh diri sendiri' dimulai. Kasihan mereka.
Namun, ternyata aku tidak salah dengar, sebab ketukan itu kembali menyahut dari arah luar. Tisu buru-buru aku buang ke tempat sampah sesudah itu melangkah menuju pintu. Ada siapa? Kenapa tumben sekali?
Aku melepas kuncian, perlahan membuka pintu lalu melongok keluar dan dibuat tersentak seketika mendapati sosok Zack yang tengah bertelanjang dada berdiri di depan pintuku. Jadi, sewaktu tangan Zack melambai dengan niat menyapa, aku malah menutup pintu lagi dengan suara gebrakan yang cukup keras.
PLAK!
Pipiku yang barusan aku tampar sendiri terasa sakit. Itu artinya, ini bukan mimpi. Tapi, kenapa? Apakah akhirnya harapanku untuk dapat melakukan hal-hal menggairahkan bersama Zack akan segera terwujud? Apa Zack datang bersama tubuh seksinya untuk menjamahku?
Aku memberanikan diri membuka lagi pintu, melihat paras tampan Zack yang menatapku dengan bingung. Fyuuh. Untung dia tidak pergi ke mana-mana.
"Apa aku mengganggumu?" tanya Zack lalu menunjukkan senyuman sejuta pesona.
Ugh. Dia memang selalu mempesona.
Aku menggeleng pelan sekali. "Euh, maksudku ... t-tidak. Tentu saja tidak. A-ada perlu apa?"
Sialan, Charlie. Bisakah kau sekali saja tidak tergagap di hadapan Zack? Bisa-bisa dia menganggapmu laki-laki idiot.
"Aku pikir kau sedang sibuk dan tak ingin diganggu karena tadi--"
"Ah. Aku tadi menutup pintu lagi karena ada kecoa," refleksku menyuarakan alasan yang sangat memalukan.
Apa yang kau berniat sampaikan, Charlie? Dasar laki-laki cupu tolol.
Zack hanya mengangguk, percaya begitu saja pada ucapanku. "Apa di ruanganmu ada kecoa? Sejujurnya, aku cukup takut pada serangga yang satu itu. Dan tujuanku datang ke sini adalah untuk menumpang mandi karena--"
"Kau mau apa?!" seruku menyela penuturannya.
Zack menatapku aneh. "Aku ingin ... menumpang mandi di tempatmu karena keran air di tempatku rusak, membuat airnya tak mau keluar. Dan aku tidak tahu harus mencari tukang pembetul saluran air di mana. Jadi .... "
Zack sepertinya tidak sanggup melanjutkan penjelasan saat melihatku membelalakkan mata dan mengangakan mulut saking tak percaya.
Zack ingin mandi di tempatku. Dia akan masuk kemari. Laki-laki yang kukagumi akan segera melangkahi ruangan di apartemenku. Tetapi ....
"Tunggu sebentar, Z-Zack. Sebentar saja," desisku lantas menutup pintu. Dengan kecepatan kilat aku membersihkan ruangan tempat tinggalku ini. Memunguti apa saja benda dan sampah yang ada di meja, kursi hingga lantai yang sekiranya dapat membuat Zack terganggu, kemudian memasukkan semuanya sekaligus ke tempat sampah. Tidak lupa menyemprotkan pengharum ruangan ke setiap sudut.
Beres.
Aku membuka pintu, tersenyum lega karena Zack masih setia menungguku. Sungguh laki-laki yang menawan.
"Tadi aku membersihkan kecoa yang tersisa," kataku sebelum ditanyai setelah itu membuka pintu lebih lebar, "Si-silakan masuk."
Zack melangkah santai memasuki apartemenku. Saat dia lewat, aroma keringat yang menguar dari tubuh jantannya membuat aku nyaris mabuk kepayang. Andai aku diizinkan memandikannya menggunakan lidahku saja.
"Tapi, keran airmu tidak rusak, kan?" tanya Zack padaku yang tengah menutup pintu.
"Tidak. Sama sekali tidak. Silakan kau gunakan kamar mandiku," ujarku dengan senang hati.
Zack tersenyum. "Tidak apa-apakan aku menggunakan alat mandi milikmu juga? Aku tak membawa punyaku," katanya malu-malu.
Aku bergegas menuju ke dapur untuk mengambilkan Zack sikat gigi, handuk serta sabun cair baru.
"Ini, pakai saja." aku menyerahkan semua itu padanya secara cuma-cuma.
Apa pun akan berikan padamu, Zack. Katakan saja apa yang kau minta.
"Wow. Kau tak perlu repot-repot begini. Aku pakai yang bekas juga tidak apa-apa."
Itu ide yang bagus juga. Sayangnya, aku tak ingin terlihat tidak sopan.
"Tidak apa-apa. Kau pakai saja ini." aku memaksa.
Zack terkekeh. Akhirnya dia menerima semua yang aku berikan padanya. Bila berani, aku ingin turut menawarkan diri agar bisa mandi bersamanya, tapi aku masih cukup tahu diri.
"Baiklah kalau begitu. Aku pinjam dulu kamar mandimu, ya." Zack kemudian berlalu menuju ke kamar mandiku yang letaknya ada di dekat kamar tidur.
Sepeninggalannya yang lenyap di balik pintu kamar mandi, aku terduduk lemas di atas lantai. Tubuhku sampai berkeringat dan gemetaran saking gugup membayangkan apa yang kini tengah Zack lakukan di dalam sana. Membuka celananya, mengguyur tubuh di bawah shower, bermain dengan busa-busa sabun yang menempeli tubuh telanjangnya.
Ah, aku langsung dibuat terangsang karenanya.
Semoga saja, ketika Zack keluar seusai mandi, akan terjadi hal-hal yang kuinginkan untuk terjadi. Meskipun aku tahu, itu adalah sesuatu yang mustahil.
--
KAMU SEDANG MEMBACA
Tetanggaku ✔️
Short StorySatu-satunya hal yang kutahu tentangnya, adalah bahwa ia sering dipanggil Zack. Dia tetanggaku. Memiliki paras yang tampan; mata biru terang, rahang tegas berhiaskan brewok tipis, alis lebat dengan hidung mancung yang pas. Tubuhnya tinggi. Setidakny...