"Oke, Zack. Terima kasih atas waktumu. Lain kali, jika aku datang lagi, kau tak keberatan, kan?"
"Datanglah kapan saja. Kalau perlu, ajak juga teman-temanmu. Jadi, kau tidak akan kerepotan sendirian."
"Ugh. Dasar mengesalkan."
Seperti selalu, aku akan mengintip serta menguping dari balik pintu. Mencuri dengar isi percakapan yang terjadi antara Zack dan pacar wanitanya. Entah kali ini namanya siapa.
"Oke, Nathalie. Hati-hati. Sampai jumpa."
Oh. Kali ini namanya Nathalie. Kemarin kalau tidak salah Bianca. Lalu beberapa hari yang lalu Sarah. Tidak heran juga. Laki-laki tampan memang banyak yang menggandrungi, kan?
"Apa kau tidak berniat mengantarkan aku pulang?"
Kudengar Zack mendecak. "Aku malas mengenakan pakaian."
Zack sedang tidak menggunakan pakaian? Aku ingin lihat!
"Sana, kau pulang sendirian saja. Kau tidak lupa siapa yang sudah membuatku kelelahan begini, kan?
Memangnya tadi kalian berdua baru saja melakukan apa?
Kali ini Nathalie memperdengarkan tawa renyahnya. "Baiklah. Aku pulang sekarang. Dah."
Kemudian suara langkah kaki yang menjauh terdengar disusul suara pintu yang menutup membuat aku berani keluar dari persembunyian. Memandangi dalam diam pintu berwarna putih, di mana sosok laki-laki yang kusukai tinggal di dalamnya.
Andai cukup berani, tanpa ragu aku pasti sudah mengetuk. Lalu ketika dia membuka pintu, aku akan langsung mencumbu bibirnya. Menarik lepas kausnya, setelah itu mengajaknya bergumul dalam pergulatan panas di atas ranjang. Namun, mengetahui bahwa saat ini Zack sedang tidak berpakaian, aku rasa prosesnya tak akan memakan waktu yang lama.
Ah, sial. Lagi-lagi fantasi liar ini membuat penisku menegang. Sudah cukup orgasme dua kali. Aku lelah.
Aku masuk kembali, berjalan ke arah dapur bermaksud untuk mencari camilan untuk dimakan. Sayangnya, aku baru mengingat persediaan makanan ringan telah habis. Mungkin sebaiknya aku beli sekarang. Sekalian membeli beberapa kotak tisu yang sudah habis kupakai untuk membersihkan bekas-bekas cairan hasil berfantasiku. Kau mengerti maksudku, kan?
Aku mengambil hoodie, topi, tidak lupa membawa serta dompet dan ponsel.
Sewaktu berniat mengunci pintu begitu tiba di luar, sosok Zack justru turut muncul. Sudah berpakaian, aroma tubuhnya menguarkan wangi yang sangat jantan, ditambah brewok di sekitar bawah bibirnya yang seolah mengundangku untuk mengelus. Ya Tuhan. Gagang pintu sampai aku cengkeram hanya supaya aku tidak lepas kendali.
Buru-buru aku berjalan meninggalkan pintu.
"Hei, tunggu dulu. Euh, Charlotte?"
Langkahku sontak terhenti. Tadi dia memanggil aku dengan apa? Charlotte? Bukannya itu nama perempuan?
Dirundung sedikit perasaan kesal, aku berbalik. Meneguk ludah terlebih dahulu sebelum menyahut dengan suara terbata, "N-namaku C-Charlie."
Akhirnya aku berani membuka suara di hadapan Zack setelah lebih kurang dua bulan kami bertetangga. Aku memang introvert dan sangat pemalu. Ditambah imajinasiku yang sering liar bila mengingat tentang diri Zack. Wajar jika aku selalu tampak segan dan kesusahan menjalin komunikasi dengannya, kan?
Zack menunjukkan senyum tak enak yang bagiku sangat tampan. Mendekati pintu kamarku kemudian mencabut kunci dari sana. Oh, sial. Saking gugup aku sampai meninggalkannya.
"Maaf. Tapi ini, kuncimu ketinggalan," ujar Zack seraya menyerahkan kunci ke arahku.
Tanganku yang gemetaran menerimanya. "T-terima kasih," desisku berucap, "E-euh, kalau begitu aku akan pergi sekarang. Sampai nanti."
Kunci di tanganku aku dekatkan ke bibir, yang lantas aku gigiti. Tadi tangan Zack memegang kunci ini. Bahkan kunci ini sudah lebih dulu merasakan sentuhan tangan Zack yang pasti sangat menggairahkan.
Astaga. Aku sungguhan gila. Masa sebuah kunci saja bisa membuatku merasa iri?
Namun, aku senang. Berkat kunci ini, setidaknya aku dan Zack jadi berhasil melakukan obrolan. Bukan obrolan secara luas dan berkesan memang. Hanya saja, bagiku itu sudah lebih dari cukup. Sepulangnya dari berbelanja, aku akan memfantasikan lagi Zack dan segala kegagahannya. Suaranya, aroma tubuhnya, langkah kakinya dan uluran tangannya untukku. Semuanya.
Ah, Zack. Kau laki-laki keparat. Sekarang isi celanaku jadi menyempit lagi gara-gara memikirkanmu.
--
KAMU SEDANG MEMBACA
Tetanggaku ✔️
Short StorySatu-satunya hal yang kutahu tentangnya, adalah bahwa ia sering dipanggil Zack. Dia tetanggaku. Memiliki paras yang tampan; mata biru terang, rahang tegas berhiaskan brewok tipis, alis lebat dengan hidung mancung yang pas. Tubuhnya tinggi. Setidakny...