2. Amnesia.

98 6 0
                                    


"Sebegitu mudahkah kau melupakanku? Aku ini kekasihmu, tapi kenapa kau menganggapku seperti orang asing di hidupmu?"

❤❤❤

"Shit!" Refaldi mengumpat dalam hati saat teleponnya lagi-lagi tidak diangkat oleh Tasya---kekasihnya yang sangat ia cintai itu. Berkali-kali Refaldi menghubungi Tasya. Tapi tak kunjung diangkat pula. Membuat Refaldi kesal sendiri. Ia langsung menyambar jaket di lemarinya. Lalu pergi begitu saja dengan menggunakan motor sport kesayangannya.

"Tasya! Lo di mana sih?! Bukannya semalam kita udah janjian ya mau ketemuan sekarang." Refaldi bergumam sambil mengendarai motor dengan kecepatan di atas rata-rata. Karena kekesalanlah yang membuatnya seperti ini.

"Apa lo masih tidur, Sya?" Refaldi  menepikan motornya di sisi jalan. Kemudian berjalan memasuki sebuah rumah mewah yang ada di pinggir jalan tempat motornya di parkirkan.

"Lo keblu banget kalo masih tidur di jam segini. Dasar putri tidur!" Refaldi bersenandung kecil setelah sekilas melihat ke arloji yang ada di tangannya yang menunjukan pukul sepuluh pagi.

Refaldi mengetuk pintu dengan sesekali melihat pemandangan yang ada di halaman rumah tersebut yang banyak ditumbuhi oleh berbagai macam bunga. Di sampingnya terdapat air mancur yang di bawahnya ada kolam khusus ikan-ikan koni yang mampu menghiasi semuanya menjadi lebih indah. Refaldi tersenyum kagum dibuatnya.

"Eh, ada Refaldi ke sini. Bukannya lagi main sama Tasya ya?" Suara seorang wanita paruh baya yang sudah membukakan pintu mengagetkan Refaldi yang langsung membuatnya terkesiap.

"Tasya nya ada, Tan?" Refaldi balik bertanya dengan senyuman yang terus ia perlihatkan.

"Loh bukannya tadi Tasya udah berangkat ya. Katanya mau main sama kamu." Tante Narti---ibu kandungnya Tasya yang tengah menatap Refaldi dengan raut wajah heran.

"Gak ada, Tan. Daritadi saya teleponin gak diangkat terus. Malahan saya sudah nunggu lebih dari satu jam."

"Mungkin dia masih dalam perjalanan. Tadi Tasya naik angkot berangkatnya. Jadi kemungkinan macet di jalan. Coba kamu cari dia gih, Tante khawatir."

Apa mungkin Tasya diculik oleh supir angkot?

"Mustahil!" gumam Refaldi pelan sambil menggeleng.

"Apanya yang mustahil, Refaldi?" Suara Tante Narti kembali mengejutkan Refaldi yang sedang bergelut dengan pikirannya.

"Eh... nggak, Tan. Kalo gitu Refaldi pamit pergi dulu ya mau cari Tasya." Refaldi minta diri sebelum mencium tangan Tante Narti agar terlihat lebih sopan dan menghormati yang lebih tua dari dirinya yang masih remaja.

Ibu Narti mengangguk pelan dengan tersenyum. "Iya. Hati-hati ya!"

Setelah itu Refaldi melangkah pergi dari rumah Tasya yang langsung berlanjut mengendarai kendaraan beroda duanya kembali dengan kecepatan di atas rata-rata. Ia sengaja mempercepat laju motornya untuk segera mencari serta menemukan Tasya---kekasihnya yang sekarang entah di mana.

"Lo di mana sih, Sya? Bikin gue dan ibu lo khawatir aja. Kalo lagi ada acara mendadak, kenapa gak kasih tahu gue dulu sih? Jadinya gue gak bakalan cemas kaya gini. Atau kalo lagi diculik juga mestinya kamu sms atau telepon buat hubungi aku dulu kek. Enggak kayak gini. Emangnya nunggu kabar itu enak?"

Cinta Sejuta Rasa (Kumpulan Cerpen)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang