#5 Bertemunya 2 Cucu Adam

5.2K 237 12
                                    


*****

"Balik?"

Gani hanya memutar kedua matanya malas, saat Aro baru saja mengganti seragam Chef-nya dengan kaos polo yang ia tutupi dengan jaket hitam, melontarkan pertanyaan basa-basi yang dianggapnya terlalu basi. Ayolah!

Gani terlalu hafal dengan sifat Aro yang tak suka, sekaligus tak ingin mengenal yang namanya basa-basi. Sehingga membuatnya menebak jika pria di hadapannya ini tengah berusaha untuk meminta bantuan darinya, entah apa itu.

"Lo nggak cocok buat basa-basi, Ar. Kayak biasa aja, to the point."

"Anterin gue ke tempat temen gue yuk," pinta Aro langsung, sesuai permintaan Gani.

"Ke mana?" Gani mulai memicingkan kedua matanya curiga.

"Siniin kunci mobil lo. Biar gue yang nyetir."

Dengan ekspresi datarnya, Aro mengabaikan pertanyaan Gani. Ia lebih memilih langsung menodongkan tangan kanannya, meminta kunci mobil milik Gani.

Dengan ekspresi ragu-ragu, Gani merogoh kantong celananya, mengeluarkan kunci mobil Pajero-nya dan langsung menyerahkan pada Aro.

"Fortuner lo ke mana emang?" tanya Gani. Saat ini keduanya berjalan berdampingan menuju tempat parkir.

"Biasa. Servis rutin. Tadi siang lagi antri, jadi gue tinggal deh."

Gani hanya ber'oh'ria sambil mangguk-mangguk. Tanpa berpikir panjang ia langsung memilih masuk ke dalam mobilnya.

"Mau nemuin siapa lo ke tempat beginian?"

Gani tak bisa menyembunyikan rasa penasarannya, saat kedua kakinya malah mengikuti Aro yang kini memasuki sebuah bar, tempat yang tak pernah ingin dikunjungi olehnya.

"Kenapa?" Aro membalikkan badannya, menemukan wajah Gani yang sedang dalam mode was-was. Ia langsung terkekeh geli. Padahal ia tak meminta Gani ikut dengannya, justru bos sekaligus sobatnya ini yang ngotot untuk ingin masuk.

"Tempat beginian, Ar. Are you kidding me?"

"Why?"

"Astaga!"

"Tempat ini khusus kelas VIP, Gan, santai. Tempatnya keren kok, nggak kaya bar murahan. Gue yakin lo juga bakalan kagum," balas Aro dengan santai, mengabaikan ekspresi Gani yang kini awut-awutan. "Lagian banyak ceweknya juga, kali aja lo minat bawa pulang satu. Tante Irma juga udah nagih mantu mulu kan?"

"Saran anda luar biasa sekali ya, Bapak Chef," balas Gani setengah menyindir. Namun kedua kakinya tetap melangkah, mengekor di belakang Aro.

Sesuai prediksi Aro, Gani benar-benar merasa kagum dengan desain interior yang dipilih si pemilik bar. Benar-benar jauh dari ekspektasinya tadi.

"Keren kan?" bisik Aro dengan senyum mengejeknya.

Gani mengangguk tanpa bersuara.

"Lo cari tempat duduk deh, pesen apa gitu. Gue nyari temen gue dulu. Jangan sampai ilang," pesan Aro sambil menepuk pundak Gani sebelum menghilang entah ke mana.

Gani tak terlalu mengambil pusing dengan Aro yang tiba-tiba menghilang. Ia lebih memilih mengagumi desain interior yang benar-benar membuatnya berdecak kagum. Dan membuatnya tidak terlalu memperhatikan jalan, sampai membuatnya tak sengaja menabrak seorang wanita.

"Maaf," sesal Gani merasa tak enak. Beberapa kali ia bahkan sampai harus membungkukkan badannya, tanda kalau ia benar-benar merasa menyesal.

Perempuan itu mengangguk sambil tersenyum. "It's okay," katanya maklum. Langsung memilih meninggalkan Gani begitu saja. Namun tepat di langkah ketiganya perempuan itu menghentikan langkah kakinya dan berbalik menatap Gani, yang kini masih sibuk mengagumi seisi ruangan. Yang terlihat sedikit norak bagi sebagian orang. "Sorry, sebelumnya, lo Gani bukan sih?" tanya perempuan itu tampak sedikit ragu.

Komitmen Tanpa Cinta(Pindah Ke Dreame)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang