"Dek, kertas origaminya harus tiga. Merah buat kakak yang kamu kagumi, pink buat kakak yang kamu sukai dan hitam buat kakak yang kamu benci." Seorang panitia MOPDB nampak mengomentari salah satu peserta didik baru yang sepertinya tidak lengkap membawa apa yang disuruh.
"Gak ada." Jawabnya dengan ekspresi yang datar mengarah ke dingin. Dia terlihat tidak takut sama sekali dengan para panitia sekaligus kakak kelas itu.
Melihat ada sedikit cekcok antara anak baru dan salah satu panitia, panitia yang lain pun langsung datang menghampiri kedua orang itu.
"Ada apa? Ini kenapa?" tanya panitia yang datang menghampiri. "Ini nih, yang lain udah nyerahin origami ke panitia, lah dia katanya gak ada." Lapor panitia tadi pada temannya. Sedangkan yang dilaporkan masih cuek-cuek saja.
Panitia yang baru datang menatap anak baru itu dengan tatapan 'songong bener ni anak'.
"Yaudah sesuai peraturan, hukumannya lari keliling lapangan 10 kali, push up seratus kali sama denda 100 ribu."
"Gak."
Para panitia yang ada disana langsung menatap si anak baru dengan tatapan horror. Pertama kali bagi mereka melihat anak baru yang sangat berani seperti ini.
"Heh, kamu itu sekolah disini harus menaati setiap aturan. Kalau gak mau, mending kamu gak usah sekolah." Ujar si kakak kelas dengan pedas. Tanpa diduga, anak baru berwajah datar itu langsung berbalik, "Mau kemana?" tanya salah satu panitia, "Pulang." Jawabnya dan semua orang langsung bungkam.
'Ni anak gabisa diremehin' batin mereka semua kompak.
Kemudian datang seorang cowok tinggi berambut hitam, dia menghampiri anak yang mau pulang tadi. "Loh dek? Kemana? Kenapa? Ini kenapa dia?" tanyanya bertubi-tubi sambil menatap panitia serta anak tadi bergantian.
"Tau tuh Ar, masa katanya gak ada bawa kertas origami. Mau dihukum malah kabur." Celutuk salah seorang panitia cewek. Si murid baru yang mendengar adanya kabar janggal pun lekas menyahut. "Bukannya tadi lo yang nyuruh pulang?" suaranya kesal.
Yang disahut langsung menunjuk, "Tuh Arka, lo liat kelakuannya. Songong banget padahal masih murid baru." Semprotnya dengan gemas. Biasanya kakak kelas berkuasa penuh dan adik kelas akan ditindas, tapi nampaknya disini mereka memilik sosok adik kelas yang unik.
Cowok yang bernama Arka tadi langsung menatap si anak baru. "Dek, origaminya gak ada?"
"Gak."
"Kan dimintanya bawa tiga, nah kamu punya dua juga gak papa kok."
"Gak."
"Satu? Kalau satu kamu punya gak? Apa perlu kakak yang ngasih origami pink buat kamu?"
Para panitia melihat dengan tatapan aneh interaksi dua orang ini. Yang satu sosok kelas XI yang banyak bicara dan yang satunya adik kelas yang irit bicara. Komunikasi macam apa ini?!
Tiba-tiba si adik kelas mengambil sesuatu dari sakunya. Sebuah origami warna hitam. HITAM.
"Nih." Ujarnya menyerahkan pada Arka kemudian berlalu meninggalkan lelaki tersebut.
Arka hanya menghela napas kemudian berbalik ke arah teman-teman panitianya, "Nih udah ada." Ujarnya dengan wajah polos tanpa melihat bagaimana ekspresi teman-teman panitianya. "Ih Arka bego! Kenapa satu doang?! Kan dimintanya tiga!" yang lain langsung protes.
Lelaki berambut hitam itu kemudian melipat kedua tangannya di dada. "Ketua panitia siapa?"
"Elu."
"Yang bikin peraturan siapa?"
"Elu."
"Yang bikin syarat origami siapa?"

KAMU SEDANG MEMBACA
BAD ROMANCE
Подростковая литератураArka Erlandana, cowok ganteng yang cool outside bobrok inside dipertemukan dengan Sean A. Brown, adik kelas cowok yang manis dengan muka datar dan irit bicara. Sejak Sean masuk ke SMA yang sama dengan Arka, Arka setiap hari melancarkan jurus-jurusny...