3rd: GUE ITU...

3K 310 104
                                    

"Sean, hari ini kamu manis, tapi aku belum mencintaimu, gatau kalau sore." Ucap Arka sok puitis seraya bersandar pada sisi kiri mading, memperhatikan anak laki-laki yang setahun dibawahnya itu tengah membersihkan isi mading.

"Minggir atau lo jadi kayak kertas-kertas ini?" tanya Sean menatap Arka dengan datar sambil meremas kertas ditangannya. "Remas aku Se—"

Plak!

Dan sebuah tamparan manis pun didapatkan Arka. Rafa dan Zen yang sedari tadi memperhatikan hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala, nampaknya Arka itu sudah tahan banting dengan ucapan atau pun perbuatan Sean, buktinya dia tidak kapok sama sekali.

"Btw, besok kita kampanye. Pake baju yang rapi, pake parfum yang wangi terus latihan senyum ya Se, biar banyak yang milih kita." Arka mengubah haluan pembicaraan ketika dia teringat pembicaraannya dengan pembina osis. Nampak Sean mengerutkan keningnya, "Kok gue?" tanyanya.

"Aduh Sean sayang, kan kemaren lu udah janji mau. Huhuhu... Kalo lu gak mau, gue sama siapa dong? Gue bakal pindah sekolah aja deh, malu gue sama guru-guru." Arka mulai dengan dialog penuh lebaynya. Bahkan Rafa pun nampak memasang wajah jijik sedangkan Zen hanya tertawa gelak.

Tapi siapa sangka ekspresi nelangsa Arka membuat Sean mengubah ekspresinya, "Lo yang pidato, gue gamau tau."

Senyuman cerah langsung terukir diwajah Arka, "Jangankan pidato, ngelamar lo didepan semua orang juga gue ladenin." Dan sudah dapat ditebak detik selanjutnya Arka mendapatkan sumpalan kertas di mulutnya.

***

"Se, hari ini kampanye tapi kok lu santai banget sih." Tanya Zen seraya mengunyah rotinya. Sean yang sedang mengaduk-aduk jus apel hanya menggidikkan bahu, "Urusan Arka." Kemudian Zen pun hanya bisa mengangguk-anggukan kepala. Anak laki-laki berwajah tampan itu lalu melirik ke kiri dan ke kanan, "Se, gue positif kayaknya lu bakal jadi wakil dia periode ini deh. Kak Arka kan punya banyak penggemar."

Sean menghentikan acara mengaduk jus nya kemudian melirik Zen, "Terus?" tanya agak ambigu. "Ya lu itu sebenernya niat apa enggak jadi waketos gitu, kak Arka itu bohongin lu, dia udah yakin pasti kepilih makanya dia pengen elu." Zen menjelaskan agak berbelit namun beruntung Sean memiliki otak yang cerdas, meski dia suka kesal dengan cara menjelaskan teman bobroknya yang satu ini.

"Gapapa sih, kalo gue jadi waketos, gue bisa nindas dia tiap hari."

Oke sip, Zen lupa kalau dia temenan sama setan setengah manusia.

"Gue bakal jadi waketos sekaligus anggota komdis, seru gak?" nampak Sean menyeringai diwajahnya dan demi apapun itu membuat Zen merindang.

"Se, lu ngeri ya." gumam sang kawan dan kemudian disambut kekehan kecil dari Sean, jarang-jarang dia mau berekspresi seperti sekarang, jadi ini adalah suatu momen membanggakan bagi Zen karena berhasil membuat Sean terkekeh.

Tiba-tiba terdengar suara orang mendekat, Sean langsung menjauhkan jusnya dan Zen segera menghentikan acara mengunyah rotinya, "Sean, ayo cepet, kampanyenya 10 menit lagi."

"Berisik, gue colok mata lu nanti."

***

"Se, lu deg-degan gak?"

"Gak. Gue pusing deket-deket lo."

"Pegangan sini sama gue kalo pusing."

"Mati lu!"

Kedua anak yang nampak tidak pernah akur ini malah duduk bersebelahan dengan sebuah papan tulis besar dihadapan mereka.

Kampanye sudah dilakukan dan tinggal penghitungan suara. Sean risih karena ada cukup banyak orang yang menjadi saksi dan belum lagi pasangan saingan Arka. Tak jauh dari mereka, tepatnya baris ketiga arah belakang Sean melihat Zen tengah duduk sambil mengunyah cemilan, dia terpilih menjadi perwakilan dari kelas Sean untuk menjadi saksi.

BAD ROMANCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang