"Se, coba tolong panggilin si Arka dong. Perlu tandatangan nih." Ujar Zen seraya menghampiri Sean yang tengah sibuk didepan laptopnya. "Lu panggil sendiri gabisa?" Sean menatap temannya tajam dan nampak membuat Zen merinding, namun bukan teman Sean namanya jika hanya gara-gara ini langsung kabur. "Tadi gue panggil dia nya budek, masih nongkrong di warung bu Susi." Curhat Zen lalu mulai memasang wajah minta dikasihani.
Sean menghela napas, dia sudah sibuk menyusun laporan keuangan dan membuat proposal lalu sekarang si ketua osis paling bobrok sejagat itu malah mempersulit pekerjaannya.
Festival olahraga sekolah akan dilaksanakan sebentar lagi, dan ini adalah program pertama yang dijalankan oleh Osis angkatan baru. Padahal jabatan Sean adalah sebagai Wakil Ketua Osis tapi pada program kali ini dia menjadi sekretaris, karena setiap program memiliki susunan yang berbeda dari susunan Osis.
"Arka, pulang."
"Astaga Sean, sakit, aduh.." rintih Arka ketika telinganya dijewer dengan keras lalu ditarik oleh Sean. Anak-anak diwarung itu langsung mentertawakan bagaimana sialnya nasib Arka, namun ada sebagian yang mencibir karena menganggap Sean tidak sopan dengan kakak kelas.
"Yang lain pada sibuk, lu sendiri malah nongkrong. Selesein tugas lu bego!" semprot Sean sekali lagi sambil terus menyeret Arka menjauh dari warung tersebut.
"Iya sayang iya, astaga dek, mas gakuat kalo kamu ngamuk terus tiap hari." keluh Arka yang mungkin dengan ekspresi watados nya menggoda Sean hingga menjadi bahan lawakan anak-anak kelas 11 dan 12 namun sayang anak laki-laki kelas 10 itu tidak peduli, yang penting Arka pulang kerumah! Bukan, maksudnya kembali bekerja.
Sementara itu Rafa tertawa gelak masih sambil mencomot tahu isi diwarung tersebut, "Maju terus Se, emang gaguna dia." Tawa Rafa nampak puas. Sepertinya dia juga mengalami kesulitan ini di tahun lalu ketika menjabat sebagai wakil ketua osis, betapa susahnya mengurus Arka.
"Tugas lo ngawasin anak buah gue kerja kan?" Sean mendelik dan Rafa langsung tersedak air es gratis nya. "Siap bosque, 5 menit lagi gue meluncur!" sahut Rafa dengan cepat, setidaknya dia tidak mau senasib dengan Arka yang harus diseret paksa.
Anak laki-laki dari kelas 12 hanya bisa mentertawakan bagaimana Arka dan Rafa berubah menjadi budak seorang anak kelas 10. "Raf, emangnya dia galak banget ya?" tanya Reza, cowok kelas 12 yang diketahui sebagai mantan bendahara Osis tahun lalu.
"Gila Za, jajaran guru killer disekolah mah lewat kalo sama Sean." Cerita Rafa dengan dilebih-lebihkan, Reza langsung tertawa gelak melihat bagaimana adik kelasnya itu berekspresi.
Sementara itu di ruang Osis mulai disibukkan lagi dengan segala persiapan yang harus dilakukan. "Tandatangan Arka udah, sekarang ngirim proposal buat sponsor." Ujar Zen seraya menghela napas lega, setidaknya satu tugas sudah selesai.
"Yaudah, lo aja yang ngirim." Celutuk Sean lagi namun langsung disambut silangan tangan dari Zen, "No no no baby, gue harus nyari guru yang bakal jadi juri. Lu sama Arka aja gih." Zen menjelaskan sekaligus memberi usulan.
Wajah Sean langsung mendadak datar sedangkan wajah Arka berseri-seri, "Kuy lah Se, kita menaiki kendaraan berdua dibawah indahnya langit biru." Tuh, Arka sudah mulai memancing iblis Sean.
"Sekolah modal nebeng kayak lu pakai apa perginya?" cibir Sean sarkas. Benar juga, tadi pagi pun Arka pergi dengan minta antarkan oleh Arjuna, tetangganya yang selalu menjadi korban ojek.
"Motor lu dima—Oke maaf gue lupa lu diantar jemput supir." Ujar Arka seraya menggaruk-garuk kepalanya. Sean tidak marah dengan ucapan Arka, dia hanya memalingkan wajah dan menghela napas.
KAMU SEDANG MEMBACA
BAD ROMANCE
Подростковая литератураArka Erlandana, cowok ganteng yang cool outside bobrok inside dipertemukan dengan Sean A. Brown, adik kelas cowok yang manis dengan muka datar dan irit bicara. Sejak Sean masuk ke SMA yang sama dengan Arka, Arka setiap hari melancarkan jurus-jurusny...