Typo is Art, enjoy reading guys~ 🤍
.
"Kak, cepet habisin makannya. Ada temen diluar." Ujar Sena seraya menghampiri sang kakak di meja makan. Sean mengerutkan kening heran, "Siapa? Arka?" tanyanya dan langsung membuat Sena memasang ekspresi yang sulit dijelaskan.
"Cie ingetnya sama kak Arka." Sang adik menggoda dan sebuah sendok pun melayang ke dahinya. "Bukan, namanya Zen kalo gak salah." sambung Sena cepat seraya duduk disamping kakaknya. Dia tidak mau merasakan sendok kedua di dahinya.
Oh Sean baru ingat jika hari ini dia dan teman sekelasnya itu janjian untuk mengerjakan tugas kelompok –atau lebih cocok disebut tugas dua orang.
Sena memperhatikan kakaknya yang makan dengan kalem, "Suruh masuk gak?" tanya si adik lagi. Sean menghela napas, susah juga punya adik cerewet macam Sena. Untung cuma satu, kalau dua mungkin akan dijadikan babu pribadi oleh Sean saking gemasnya.
"Suruh pulang aja, abis itu kamu ku cubit." Dan terjadilah adu mulut kecil antara dua anak tersebut.
Rasanya seperti kalau mereka tidak adu mulut barang sehari, pertanda bahwa dunia sedang tidak baik-baik saja.
"Kak Sean akhir-akhir ini sensi banget, kek cewek pms." Cibir Sena kemudian langsung ngacir keluar menghampiri Zen yang menunggu disuruh masuk sedari tadi. Jika lama-lama di sana dia takut Sean khilaf menjambak rambutnya.
Perempuan muda itu lalu tersenyum seraya mempersilakan teman kakaknya untuk masuk, "Masuk aja kak Zen. Tapi kak Seannya lagi pms, maklum ya." Ujarnya membuka peluang untuk menggibah Sean lebih dalam.
Seperti ada bohlam yang tiba-tiba menyala di atas kepalanya, Zen buru-buru menyahut, "Ah Sean mah tiap hari pms Sen. Lu gatau aja gue ini korbannya penindasannya tiap hari." Keluh Zen pada Sena.
"Iya, mana telinganya sensitif banget lagi. Aku nyibir dilantai atas aja dia langsung bisa denger padahal ada dilantai bawah."
"Kuping Sean jelmaan kuping gajah." Zen dan Sena manggut-manggut seolah mereka akhirnya menemukan teman seperjuangan dan sepenindasan dibawah rezim Sean Ananda Brown.
"Mau masuk apa mau jelekin gue?"
Tuhkan.
Sena dan Zen langsung berdiri tegak sambil cengar cengir. Untung saja Sean tidak nekat mencubit pipi kedua remaja itu. "Buruan masuk." Ucap Sean dengan ketus lalu berjalan lebih dahulu.
"Iya Se, sabar dong. Kangen banget ya sama gue?" Zen sempat-sempatnya mengundang emosi Sean. Namun kali ini agak berbeda, reaksi cowok manis berekspresi datar itu terlihat biasa saja.
Entah dia tidak fokus atau memang sedang memikirkan sesuatu, yang jelas memikirkan hal yang lebih penting daripada sekedar mengamuk tentang bacotan Zen.
Sean duduk dilantai setelah mengambil buku dan alat tulisnya.
Duduk dengan kalem sambil membuka tugas yang akan dia kerjakan dengan Zen.
"Gue berasa lagi duduk sama keluarga keraton dari mana begitu Se." Celutuk Zen. Dimatanya, Sean memang terlihat anggun dan elegan, terlihat seperti pelayan dan pembantu?
"Bacot."
"Ya maap."
Tak mau ambil pusing dengan derajat sang kakak dan temannya, Sena memilih duduk di sofa sambil menonton youtube dan makan camilan.
"Se," panggil Zen.
"Hm."
"Akhir-akhir ini kelas agak damai ya?"
![](https://img.wattpad.com/cover/136265195-288-k683986.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
BAD ROMANCE
Fiksi RemajaArka Erlandana, cowok ganteng yang cool outside bobrok inside dipertemukan dengan Sean A. Brown, adik kelas cowok yang manis dengan muka datar dan irit bicara. Sejak Sean masuk ke SMA yang sama dengan Arka, Arka setiap hari melancarkan jurus-jurusny...