"Raf, lu mau gak berenti jadi waketos?"
Dan detik berikutnya Arka langsung disembur Rafa dengan air putih. "Kenapa? Lu bosen sama gue?" Rafa melotot kearah temannya sedangkan Arka sudah didepan keran dan membersihkan muka dari semburan Rafa.
"Gimana ya Raf, lu jadi ketua komite kedisiplinan aja deh. Nanti gue urus sama guru-guru." Bujuk Arka sekali lagi seraya menutup keran dan kembali duduk didekat Rafa.
Cowok yang terkenal memiliki wajah ganteng tapi galak itu mengeryitkan alis, "Gue nanyanya kenapa, bukan nanyain solusi." Dengus Rafa seraya menggeleng-gelengkan kepalanya. Kemudian Rafa melihat teman sekaligus rivalnya itu memberikan cengiran.
"Gausah nyengir njir, horor." Rafa melemparkan gelas aq*a ke wajah Arka.
"Pemilu nanti gue mau ngajakin Sean. Biar makin deket gitu Raf." Arka menaik-turunkan alisnya dan disambut wajah jijik oleh Rafa. "Lu emang homo beneran ya?"
Kali ini Rafa yang ditempeleng wajahnya oleh Arka. "Eh bego, awas aja kalo nanti lu suka sama cowok."
"Iya dah, bawa aja si Sean. Gue juga males jadi wakil lu." Rafa berdiri kemudian meregangkan otot-otot tubuhnya. Dia berniat untuk kembali kelapangan dan bermain bola dengan teman-temannya. Kebetulan saat ini kelas mereka sedang jam pelajaran olahraga namun Rafa dan Arka memilih istirahat sebentar.
"Jangan cemburu beb, gue ju—"
"NAJIS LO!"
Sedangkan disisi lain, nampak Sean sedang merekap absen bulanan kelasnya, sebenarnya ini tugas sekretaris tapi Sean nampaknya lebih percaya pada dirinya sendiri untuk melakukan pekerjaan penting ini. Ini adalah pertama kalinya dia merekap karena tepat satu bulan dia sekolah.
"Sayang, sibuk gak?" sebuah suara menyapa indra pendengar Sean. Lelaki manis itu seketika merinding mendengarnya. Dia tak mau repot-repot menoleh mencari sumber suara karena dia yakin pemilik suara menyebalkan ini hanya Arka seorang.
"Say—"
"Mau mata lu gue colok?" tanya Sean seraya mengacungkan pulpen berwarna merah miliknya. Arka diam dan segera menyilangkan kedua tangannya.
"Pergi sana. Hush hush." Usir Sean tanpa basa basi pada Arka.
Arka sudah bisa menebak reaksi itu namun dia masih tetap betah berdiri disana. Selama satu bulan ini tidak ada satu pun cara yang berhasil untuk menjinakkan seorang Sean.
"Se, lu mau gak jadi wakil gue pas pemilu nanti? Biar gue deh yang ngurus semuanya. Tapi lu harus jadi wakil gue, mau ya?" tanya Arka dengan serius. Sean menghentikan sejenak acara tulis menulisnya. Wajah datar anak itu kemudian mendongak dan menatap Arka dengan seksama.
"Kok gue?" tanyanya sedikit kesal. Jadi ketua kelas saja sudah ribet, tambah jadi wakil ketua osis, bisa-bisa dia mabok.
"Rafa udah gak mau lagi jadi wakil gue, dia nyaranin gue nyari orang lain. Cuma lu yang kepikiran, lagian lu kan bisa bikin orang-orang patuh." Arka menyusun alasan yang berbanding terbalik dengan kenyataan yang dia hadapi. Yakinlah jika Rafa mendengar ini maka Arka akan mendapatkan sebuah tendangan indah dari pemain bola kesayangan kita.
Sean nampak berpikir sejenak, "Sama lo?"
Arka manggut-manggut.
"Gak sudi."
Seketika rasa percaya diri Arka runtuh. Sean sudah kembali menulis rekapan absen bulanannya. Beruntung dikelas sedang tidak ada siapa-siapa jadi Arka tidak harus menahan malu.
"Eh eh ini cuma pemilu kok. Kalau kita gak kepilih kan lu gak bakal jadi wakil gue. Mau ya Se? Gue jadi gak enak sama guru-guru kalo mundur." Ini usaha terakhir Arka sambil memasang wajah sedih dan memelas andalannya jika minta tebengan dengan sang tetangga yang sekolah di SMA sekolah sebelah, sebut saja Arjuna.

KAMU SEDANG MEMBACA
BAD ROMANCE
Teen FictionArka Erlandana, cowok ganteng yang cool outside bobrok inside dipertemukan dengan Sean A. Brown, adik kelas cowok yang manis dengan muka datar dan irit bicara. Sejak Sean masuk ke SMA yang sama dengan Arka, Arka setiap hari melancarkan jurus-jurusny...