Happy reading!!
Hope u guys like it!!
☁ ☁ ☁
Andra menendang kerikil di depannya dengan perasaan kesal. Ini kali pertama ia dikeluarkan dari kelas dan penyebabnya tak lain dan tak bukan adalah Agrivan Dolan. Seminggu lelaki itu tak masuk sekolah dikarenakan menjenguk Neneknya yang sakit parah, dirinya merasa bertemu surga. Tapi apa sekarang?! Menghirup oksigen pun rasanya susah .
"Ra.. Ckck, gue sih bukannya gak sopan atau gimana yah. Cuma, karena ngeliat bra lo yang keceplak, sisi lelaki gue bangkit."
Tak.
Andra menginjak kaki Rivan kuat. Oh iya satu lagi, Rivan itu mesum. Walaupun tak sampai level akut, tapi sisi kemesuman Rivan memang harus dihindari.
"Daritadi kaki gua salah mulu, yak? Hhh.. Sini deh lu deketan dikit." Rivan melambaikan tangannya menyuruh Andra mendekat.
Kali ini Andra tak mau menuruti apa yang diinginkan Rivan. Emang dirinya bodoh dengan melakukam kesalahan untuk kedua kalinya?! Apalagi ini dilingkungan sekolah. Bisa hancur reputasinya menjadi gadis baik dan polos.
"Yee.. Lo mah dibilangin suka gak nurutin yah. Ini nih, gue cuma mau pakein ini ke lo." Rivan membuka hoodie yang ada di tubuhnya lalu melemparkan hoodie itu tepat diatas pangkuan Andra.
"Pake gih, sisi lelaki gue suka ga ke kontrol soalnya hehe." Rivan mendesis lalu terkekeh.
Andra menarik napas lalu teriak, "RIVAN!!"
"Sutt.. Diem Ra, lo ganggu orang lagi belajar aja." Laki - laki itu mendekat ke arah Andra lalu menukikkan alisnya.
"Kenapa ga dipake sih? Mau mancing gua yah?" Rivan tersenyum menggoda membuat darah Andra mendidih.
Andra dengan gerakan scepat kilat memakai hoodie Rivan pada tubuhnya. Andra sempat menghirup aroma tubuh Rivan yang terkesan maskulin. Lelaki itu selalu wangi. Selalu.
"Unyu nyaa.. Kamu kok kecil banget ciii?? Bantet lagii.. Jadi gemes akutuhh.." Rivan mengacak rambut Andra gemas karena menurutnya gadis itu seperti tenggelam saat memakai hoodie miliknya.
Ini Rivan niat muji atau ngeledekin gue sih?! Batin Andra.
"Jauhin tangan lo." Andra mendesis tak suka dan mengambil ancang - ancang saat Rivan mau mencubit pipinya.
"Gue rasa Andre bakalan nyesel mutusin lo. Milih sampah dan buang berlian." Rivan melipat kedua tanganya di depan dada dan menatap tepat ke depan.
"Sadis banget kata - kata lo." Andra menarik sudut bibirnya ke atas.
"Ini gue serius, sayang. Gue sebenernya pengin banget nonjok si andre pas tau kalo lo diputusin di rumah pohon itu. Tapi gue tau pasti lo bakalan enggak mau kalo Andre kesayangan lo itu gue pukul." Rivan menatap Andra tepat di manik gadis itu.
"Darimana lo tau kalo gue diputusin di rumah pohon?!"
Skakmat. Rivan meneguk ludahnya. Masa ia mengaku kalau ia mengikuti motor Andre kemarin? Yang benar saja?! Ini menyangkut harga dirinya sebagai lelaki yang jantan, tampan dan mapan.
"Rivannn!! Kuping lo masih sehat kan?"
"Anu.. Ra, gue mah tau dari Saras. Ck, Saras emang tau segalanya."
"Gue cuma kasih tau Saras kalo gue udah putus. Gue gak bilang kalo gue diputusin di rumah pohon! Jujur deh, Van. Lo nguntit kita kan??!" Andra berteriak tepat di depan telinga Rivan karena jarak mereka cukup dekat sekarang. Rivan menggosok telinganya yang terasa panas karena teriakan menggelegar Andra.
"Banyak banyak elus dada deh gue deketan sama lo apalagi entar pas kita udah berumah tangga."
Andra menarik napasnya lalu menarik telinga Rivan," Siapa juga yang mau berumah tangga sama lo?!"
Sedetik kemudian Andra pergi meninggalkan Rivan, entah kemana setidaknya berada jauh dari jangkauan Rivan. Rivan nyebelin, tapi bikin nyaman.
Haishh.. Gue mikir apa sih?! Batin Andra sembari mengetuk dahinya agar berpikir logis.
Andra memutar langkahnya memilih ke perpustakaan untuk membaca beberapa novel daripada waktunya terbuang sia - sia karena dihukum keluar kelas.
Andra memilih duduk di ruangan pojok khas untuk siswa yang ingin bermalas malasan dan tidur. Juga tempat biasanya untuk orang pacaran menghabiskan waktu berdua. Seperti dirinya dan Andre DULU. Iya, DULU.
Sembari memilih novel, mata Andra terperangkap pada sosok bayangan seseorang yang sedang berdiri sambil membaca dari celah novel yang diambilnya.
Andra mengucek matanya beberapa kali untuk meyakinkan kalau orang yang ada di depannya ini adalah Andre.
Sekali.
Dua kali.
"Andre.." Andra buru buru menutup mulutnya dan merunduk agar Andre tak bisa melihatnya. Salahkan mulutnya yang bertindak tanpa di komandan oleh otaknya.
Begoo begoo, jadi kelihatan kayak cewek gamon ini mah.. Ujar Andra dalam hati.
Emang iya-readers
"Aman enggak yah?" Andra menggigit bibir bawahnya lalu mulai menegakkan badannya seperi semula.
Andre tidak ada di balik rak buku itu. Ada dua kemungkinan kemana Andre sekarang.
1. Kembali ke dalam kelas.
2. Mencari siapa yang menyebut namanya tersebut.
"Kok keluar Ra? Lo dihukum?" Andra merasakan aliran darahnya membeku. Kenapa harus ada Andre di belakang tubuhnya? Kenapa dia gak sadar? Kenapa kinerja tubuhnya selalu saja lambat seperti ini?
Andra membalikkan badannya dan menatap dagu Andre. Kenapa? Karena ia tidak ingin menatap mata mantannya itu, yang ada di rumah bawaanya mewek mulu.
"I.. Iya, Dre." Jawab Andra gugup.
Begoo banget sihh?!! Keliatan banget ampasnya gue..
Tuh nyadar-readers
"Gausah gugup gitu dah, kalo kita putus setidaknya kan bisa jadi temen?!" Andre tersenyum lalu mengacak rambut Andra.
"Maaf yah, Ra. Kayaknya kita emang cocoknya begini. Gue balik ke kelas diluan yah, udah ganti pelajaran."
Andra menundukkan wajahnya seraya menghela napas berat.
"Kenapa Andre manis begitu sih? Kan jadi pengen balikann!!" Andra menutup wajahnya dengan novel yang diambilnya sembari bergerutu tak jelas.
☁ ☁ ☁
Apakah ada yang menunggu cerita ini?!
Gausah kepedean dah..,-
Mau nanya nih, kalian pilih team apa?
#TEAMDEANDRANDRE
#TEAMDEANDRAGRIVANCOMMENT YAWW!! 👌👌👌😋
Be active guys, ur votes and comments are my heaven;)
![](https://img.wattpad.com/cover/130348085-288-k537504.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny
Teen Fiction"Buka mata lu. Buat apa mertahanin dia yang nyakitin lu? Ra, gua ada disini, kurang jelas?" Rivan berbisik pelan. Andra terdiam.