Happy reading!!
Hope u guys like it!!
☁ ☁ ☁
"Makann Raa.. Bukan malah liatin orang lain." Saras menepuk pelan tangan gadis itu.
Andra mendengus sambil mendesis kecil, "Huh, temen? Makan tuh temenn.." Ujarnya seraya menusuk satu bola bakso kesal.
"Kenapa sih lo? Semenjak kelar di hukum lo jadi keliatan aneh gini."
"Gak kenapa napa juga. Oh iya, Rivan kok daritadi gak keliatan?" Andra mengalihkan pembicaraan. Tentu saja.
"Mana gue tau, terakhir juga sama lo kan?!" Saras berkata dengan sedikit nada tak suka didalamya.
"Iya sih.. Yaudah yah gausah bahas Rivan. Gak penting banget."
Andra kembali menyantap makanannya dan menatap sekitar."Temen - temennya Rivan sama gak benernya yah kayak dia." Ujar Andra saat tiga orang cowok masuk ke kantin dengan senyum lebar mereka. Bagi Andra, senyum mereka hanya mengundang rasa mual pada dirinya, namun bagi siswi yang lain itu seperti surga yang nyata
"Tadi gue ketemu sama Andre di perpus, Ras."
"Ngapain lagi dia? Gak buat lo nangis 'kan?" Saras menatap Andra menyelidik.
"Apasih liatinnya begitu? Andre gak ngapa - ngapain gue. Tapi kayaknya Andre itu tipe orang yang susah untuk gue lupain." Andra menatap seseorang yang duduknya lumayan jauh dari tempat ia duduk.
"Setelah putus kenapa Andre jadi tambah ganteng sih? Ini gak adil buat gue."
"Lebay banget, sih. Udah jadi mantan juga!" Saras mengalihkan pandangannya ke arah Rivan dan teman temannya berada.
Rivan terlihat melambaikan tangannya pada Saras. Saras menyunggingkan senyum kecilnya.
Ternyata dari tadi liatin Andra toh.. Sakit tapi tak berdarah ini namanya batin Saras.
"Halo ciwi-ciwi.. Wahhh.. Ini kenapa kakak Andra liat-liat kesana sih? Oalah.. Ada mantan ternyata, perasaan lo apa kabar Va--"
Tuk.
Rivan menyentil dahi Dearly agak kuat. Laki-laki dengan mulut nyinyir ini bisa berucap sampai kemana mana kalu tidak segera untuk dihentikan.
"Ras, entar malam ada acara gak?" Ujar Rivan.
Saras menaikkan sebelah alisnya, "Engga. Ngapain emang?" Tanya gadis itu sarkas.
Rivan melirik Andra sekilas, "Jalan, yuk."
"Engga dah. Gue punya banyak tugas."
"Lah, anjing Pan. Ditolak mulu lo perasaan." Ujar Rendra dan dihadiahi pukulan kencang di bahu cowok itu.
"Diem, nyet. Ras, bener gak mau nih?" Rivan menatap Saras dengan wajah memohon.
Andra menatap Rivam jengah lalu menarik lelaki itu menajuhi meja mereka.
"Udah yah, gak usah gangguin orang. Kalo udah di bilang engga yah engga, Van." Andra mencebikkan bibirnya.
Rivan tersenyum kecil, "Alah. Lu paling sensi karena gua ajaknya Saras bukannya lu."
"Najis, dih. Gue cuma gak suka lu ngurusin temen gue."
"Pada intinya kan engga ada urusannya sama lu." Rivan tertawa kecil lalu merangkul bahu gadis itu.
"Gak usah muna, Ra."
"Gak jelas lu." Andra melepaskan rangkulan tangan Rivan dari bahunya lalu meangkah kembali ke meja gadis itu.
Rivan melipat kedua tangannya di depan dada. Matanya tak sengaja berpandangan dengan mata Andre. Rivan menaikkan sudut bibirnya seraya menaikkan kedua alisnya. Andre memalingkan wajahnya lalu mulai kembali lagi menatap Gita di depannya.
"Idih udah cogan senyumin tapi dianggurin. Sampah."
⛅ ⛅ ⛅
"Gue pulang duluan yah, Ra." Saras buru-buru merapikan buku nya yang berserakan di meja.
"Cepet amat, Ras. Tumbenan lo gini." Andra menatap Saras penuh selidik.
"Ada urusan. Gue duluan, yah." Saras menepuk pelan bahu Andra.
"Saras mau pulang? Hati-hati yah, sayang.." Rivan yang berada di belakang Andra melambai pada Saras.
Saras hanya melirik Rivan sebentar lalu kembali lagi melanjutkan lagkahnya keluar kelas.
"Cogan dianggurin untuk kedua kalinya. Udah biasa.." Rivan tertawa sendiri dan diikuti tawanya Andra.
"Ngikutin gua, najis." Rivan mencebikkan bibirnya.
"Pede banget lu." Andra buru buru menggendong ranselnya lalu keluar dari kelas.
Rivan menatap kepergian Andra lalu mendesis pelan, "Lama banget luluhnya."
Rivan pun menyusul langkah Andra. Laki laki itu merangkul Andra lalu bersiul.
"Sadar diri napadah kalo tangan lu berat." Andra berusaha melepas rangkulan Rivan di pundaknya.
Tapi yah itu sia sia. Rivan lebih kuat.
"Gue harus rangkul lo biar so sweet." Rivan senyum senyum sendiri sedangkan Andra sudah ingin pingsan mendengarnya.
"Najis bener sumpah. Van, bener yah lu gak ngeselin sehari aja bisa gak?" Andra melenguh.
Rivan menatap Andra, "Gue rangkul biar gak kalah mesra sama yang di depan noh." Rivan menunjuk sepasang kekasih yang sedang bergandengan tangan.
"Kok sakit yah, Van?" Andra cemberut. Di depan mereka tepatnya di daerah parkiran ini, Andre dan Gita sedang bergandengan tangan sampai dimana motor Andre diparkir.
Saat Andre mengingatkan jaketnya pada pinggang Gita, pandangannya tak sengaja menatap Andra. Andre tersenyum sedikit agak kaku. Yah namanya ada mantan apalagi liat dia mesra-mesraan yah canggung lah.
Andra menatap kearah lain lalu dengan cepat menarik Rivan kesembarang arah.
"Ra, motor aing disana. Ngapa narik gua dah?" Rivan mencoba mempertahankan posisinya sampai Andra berhenti menarik lelaki itu.
Andra membalikkan badannya, "Ga terima, Van.. Dulu kan gue yang digituinn.."
Rivan mengerutkan dahinya, "Secinta apa sih lu sama Andre, Ra? Dia udah nyakitin lu tapi lu masih aja sesuka itu ke dia. Bahkan lo liat ke arah gua sekali aja engga. Gue juga bisa capek." Rivan melepas pegangan Andra pada tangannya lalu berjalan ke arah motornya diparkir.
Andra terdiam mematung sebentar.
Rivan suka dirinya?
☁ ☁ ☁
Rivan patah hati g3ngzz..
Vote and comment guyss
Ailufyuu
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny
Teen Fiction"Buka mata lu. Buat apa mertahanin dia yang nyakitin lu? Ra, gua ada disini, kurang jelas?" Rivan berbisik pelan. Andra terdiam.