Happy reading !!
Hope u guys enjoy this ! 🌝
☁ ☁ ☁
Saras melipat kedua tangannya di depan seorang lelaki seperti mau menghajar lelaki di depannya ini.
Plak
Sekali lagi Saras menampar Andre, iya seorang lelaki yang ada di depannya adalah Andre, cowok brengsek yang membuat sahabatnya menangis semalaman.
Andre masih mematung membiarkan Saras berlaku sepuas hatinya sampai perempuan itu lelah sendiri.
"Tega yah lo, Ndre. Sok kecakepan banget dah, sukur kalo Andra mau sama lo. Ini lagi, eh lo.." Saras melotot ke arah Gita yang ada di belakang Andre.
"Udah tau nih orang udah punya cewek kenapa masih mau di deketin sama dia haa? Cocok sih.. Cowok brengsek paketan sama cewek ga punya harga diri." Saras tersenyum miring.
"Jaga ucapan lo yah, Ras. Gue ngediemin lo bukan berarti lo boleh ngejelekin Gita. Emang lo udah perfect? Emang lo Tuhan yang boleh ngatur hidup gue? Ini urusan gue sama Andra bukan sama lo yang jelas gak tau apa-apa dan sok tau menahu." Andre menunjuk Saras dengan jari telunjuknya sambil mendesis. Gita bersembunyi di belakang Andre karena dirinya sedang ketakutan saat ini.
Saras tertawa sumbang, "Gue gak bilang tuh kalo gue perfect, setidaknya sih gue masih punya otak dan hati yang masih tau mana yang baik dan buruk. Gue emang bukan Tuhan yang bisa ngatur hidup lo, tapi sekarang gue cuma mau negasin aja sama lo.. Kalo lo itu gak sekedar dari cowok brengsek yang sok kecakepan. Udah punya cewek masih aja gatelin cewek lain. Dan lo Gita, udah tau ditempelin sama cowok gatel bukannya malah di hempas eh-- malah digarukin. Ups, duhh.. Mulut gue suka ga kekontrol kalo masalah ngomong fakta apalagi sama orang yang jelas-jelas buat omongan gue masuk kanan keluar kanan, membal maksud gue. Gue pamit, bhay!!" Saras melengos dari hadapan Andre dan Gita. Kelas Andre serasa panas karena aura Saras. Perempuan itu memang terlihat menyeramkan sekaligus ganas.
Andre menahan napasnya dan mengepalkan tangannya erat. Gita mengelus punggung Andre agar lelaki itu tak larut dalam emosinya. Andre menatap manik mata Gita lalu memeluk gadis itu.
Tindakan Andre sontak membuat kelas mereka ribut apalagi ditambah kehadiran seorang perempuan yang berada di depan pintu kelas mereka. Andra.
Niat Andra kesini ingin meminta maaf atas perbuatan Saras, bukan untuk melihat pemandangan menyakitkan ini. Gadis itu merasa dadanya sesak saat melihat Andre yang menikmati pelukannya bersama Gita.
Sakit.. Panas lagi batin Andra.
Sedetik kemudian, seorang lelaki menutup kedua mata Andra menggunakan sebelah tangannya.
"Udah tau sakit masih aja dilihatin. Emang cewek itu ribet banget. Kalo sakit yah udah gak usah diliatin sampe mata mau keluar gitu." Rivan berbisik tepat di sebelah telinga Andra membuat bulu tangan Andra meremang.
"Minggirr!!" Andra melepaskan tangan Rivan. Sudah hukum alam, bagaimanapun kekuatan lelaki selalu lebih besar dari perempuan.
Rivan mengajak Andra menjauhi kelas Andre lalu ia melepaskan tangannya dari mata Andra.
"Rivan lo emang ngeselin yah. Gue udah bersyukur banget seminggu ini lo gak masuk sekolah, sekalinya masuk lo bikin gue kesel tau gak?" Andra mencebikkan bibirnya.
Rivan menarik bibir Andra gemas, "Deandra sayangg.. Kamu kok ngegemesin sih? Pengen cium.."
Andra merasa pipinya memanas, namun dengan secepat kilat ia menginjak kaki Rivan membuat yang empunya meringis kesakitan. Hal itu menjadi kesempatan dirinya untuk kabur dari hadapan Rivan.
Terimakasih untuk Rivan yang membuat hati Andra sedikit menghangat dan melupakan Andre yang memeluk Gita walaupun hanya sementara.
⛅ ⛅ ⛅
Andra mengetuk ngetukkan pulpennya pada meja. Pandangannya masih fokus melihat Pak Sudirman yang tengah mengajar di depan. Namun, fokusnya menghilang saat seseorang yang duduk di belakangnya mencolek bahunya beberapa kali.
"Ra.. Lo ga pake kutang yah?" Rivan menyentuh punggung Andra menggunakan ujung pulpennya.
Andra membulatkan matanya lalu menolehkan kepalanya menghadap Rivan, "Ngapain pegang- pegang? Gue pake kutang, jangan asal deh, Van." Andra berusaha meminimaliskan suaranya agar Pak Sudirman tak terganggu di depan sana.
Siswa siswi disekitar mereka mulai memperhatikan kenapa Andra bersuara lumayan keras seperti itu.
"Beneran loh. Ini bra lo keliatan. Item kan?!"
Brak
"Ada apa, Deandra? Tidak senang dengan pelajaran saya?" Pak Sudirman membalikkan badannya menghadap Andra yang terlihat gugup. Salahkan Rivan yang membuat darahnya naik. Ahh, lelaki itu memang selalu seperti itu.
"Maaf, Pak." Deandra membungkuk sedikit meminta maaf. Pak Sudirman di depan sana mendengus sebentar lalu melanjutkan pelajarannya. Beruntung, Andra tidak dikeluarkan.
Andra menghadap ke belakang lalu menarik rambut Rivan kencang dan membuat suara kegaduhan di dalam kelas. Pak Sudirman kembali menghentikan aktivitasnya lalu mulai menghadap Andra dan Rivan.
"Tidak ada lagi toleransi, silahkan Deandra dan Agrivan keluar dari kelas saya."
Saras yang melihat keduanya hanya menarik sudut bibir gadis itu.
Emang enggak ada lagi posisi gue di hati lo, Van.
☁ ☁ ☁
Kiss😘
Vote & comment
![](https://img.wattpad.com/cover/130348085-288-k537504.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny
Novela Juvenil"Buka mata lu. Buat apa mertahanin dia yang nyakitin lu? Ra, gua ada disini, kurang jelas?" Rivan berbisik pelan. Andra terdiam.