Selamat siang.
Maaf updatenya kelamaan. Part ini udaha da di work aku, tapi belum aku publish karena aku pikir no respon.
Nah,ini karena ada respon bagu dari kamu, akhirnya aku publish.
Makasih yha semangatnya. Semoga kalian suka.
.
.
.
Suasana ruangan Nania menjadi dingin saat hanya ada Nania dan Rendra. Nania tetap duduk ditempatnya dan Rendra memilih untuk duduk lebih dekat dengan Nania. Nania terus menampilkan wajah santai sedangkan Rendra terus menahan keinginannya untuk memeluk anak perempuannya.
"Kamu tidak ingat papa?" Rendra membuka percakapan mereka.
"Ayah saya sudah tidak ada saat saya kecil, bapak Rendra." Jawab Nania dengan dingin tanpa mau menatap wajah Rendra.
Mendengar jawaban Nania, hati Rendra seperti diremas. Anak kandungnya yang selalu dibanggakan ternyata sudah mengganggapnya tiada. Tapi mau bagaimana lagi, Rendra sadar bahwa sesaknya hati Rendra tidak akan berarti jika dibanding dengan sakitnya anak kecil yang bertahun-tahun ditinggal pergi oleh papanya.
"Oke, kalau gitu sebagai rekan kerja boleh saya undang kamu makan malam?"
Rendra menguatkan hatinya untuk bisa lebih dekat dengan Nania. Sepertinya menggunakan kedok masalah kantor adalah cara terbaik untuk memperbaiki hubungannya dengan Nania. Hubungan papa dan anak yang sudah lama terputus karena ego Rendra untuk memperjuangkan Sanja.
"Tentu, perwakilan perusahaan kami akan datang." Merasa jengah dengan suasana dingin ini, Nania merogoh sakunya untuk mengambil ponsel. Rencananya dia akan meminta orang operasional untuk datang menghadiri undangan Rendra. Buat apa dia harus menuruti permintaan Rendra, toh selama ini dia juga hidup tanpa Rendra.
"Papa mengundang kamu Nania. Nanti malam di rumah papa." Sepertinya Rendra sudah mengendus rencana Nania. Dia tidak akan membiarkan kesempatan emas untuk makan malam bersama Nania hilang.
"Kalau memang anda memaksa, oke saya setuju. Tapi saya pikir lebih baik saya yang menentukan tempatnya. Silahkan bapak bawa keluarga bapak atau rekan kerja bapak Rendra, mungkin? Dan satu hal lagi, anda bukan papa saya."
Papa sudah tidak ada. Hal ini harus ditekankan didalam otaknya. Karena Nania sadar, datang ke rumah papanya adalah hal yang sangat menyakitkan. Bayangan papanya yang hidup bahagia bersama keluarganya sangat menyakitkan.
Bayangan kebahagiaan Rendra dan Sasa yang datang saat pesta ulang tahun Nania ke tujuh belas membuatnya sakit hati. Dia yang juga putri kandung Rendra tidak pernah merasakan kasih sayang papanya.
Sejak kecil papanya lebih sibuk memperjuangkan cintanya dengan Sania dari pada berjuang mempertahankan keluarganya bersama Lana dan Nania.
"Oke, saya akan datang. Sania ingin bertemu kamu nak."
Sebenarnya ada rasa bahagia di hati Nania saat papanya memanggilnya dengan sebutan "nak". Cukup sederhana, tapi ia tidak pernah mendengarnya dari seorang papa.
"Setidaknya dia sudah memanggilku nak, bukan?" Batin Nania.
"Nanti seketaris saya yang akan mengatur."
Malamnya Nania datang ke hotel yang sudah dibooking seketarisnya. Nania sengaja memilih tempat yang mewah untuk menunjukkan bahwa hidupnya tetap berjalan mulus meskipun dia hidup tanpa kasih sayang papa.
Nania ingin menunjukkan bawah figur papa sama sekali tidak berarti dalam hidupnya. Selama ini hanya ada mama, kakek, om dan sepupunya yang selalu menyayanginya. Papa sama sekali sudah hilang dari kehidupannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Fine Without You!!
ChickLitPapaku meninggalkanku sejak umur delapan tahun. Dia lebih memilih perempuan yang ia cintai sebelum dijodohkan dengan mamaku. Mama sudah memawarkan diri untuk dipoligami. Tapi Papa lebih memilih hidup baru bersama perempuan itu yang tengah mengandung...