Tujuh

16.2K 1.5K 206
                                    

Haiii akhirnya aku update

.

.

"Maafin keluarga Sasa yha kak. Sasa minta maaf." Sasa yang awalnya hanya duduk disofa berjalan mendekat ke Nania lalu duduk bersimpuh tepat di kaki Nania.

"Udah, ngapain kamu duduk dibawah gitu? Duduk yang bener di kursi, baru kamu ngomong." Nania memang benci Sasa, tapi Nania tidak bisa sekejam itu. Karena pada dasarnya Sasa tidak tau apa-apa, yang salah ada kedua orang tuanya.

Akhirnya Sasa menurut untuk duduk di sofa sebelah Nania. "Sasa mau minta maaf kak. Kakak jadi jauh sama papa karena kami. Maaf kak." Maaf Sasa lagi.

"Jangan minta maaf. Cukup kamu menjauh dari saya. Sampaikan juga untuk keluargamu yang lain."

"Kak, aku ingin menebus salah keluarga kami ke kakak dan mama kakak. Kakak mau aku apa?"

"Kamu pergi."

"Kak..."

Sasa sungguh tidak bisa membayangkan jika dirinyalah yang harus berjauhan dengan papanya. Sasa sendiri sangat dekat dan dimanja Rendra. Berangkat sekolah selalu diantar, mengerjakan tugas pun terkadang Sasa masih minta bantuan dari Rendra. Sedangkan kehidupan kak Nania-nya sangat berbanding terbalik. Kak Nania hampir tidak pernah bertemu dengan papa Rendra.

Masih jelas dalam ingatan Sasa, sewaktu Nania ulang tahun ke tujuh belas. Papanya sangat antusias saat mendapat undangan ulang tahun Nania dari mantan istrinya. Seminggu penuh papanya itu berfikir apa yang akan diberikan kepada Nania. Sempat berfikir untuk memberi boneka, tapi Rendra yakin bahwa boneka Nania sudah sangat banyak. Lalu juga sempat ingin memberikan handphone pada anak gadisnya, tapi Rendra cukup tau diri bahwa Nania pasti punya benda itu denga seri terbaru dan tipe terbagus pastinya.

Lalu Rendra berfikir untuk membelikan kalung dengan bandul cantik simbol cinta agar Nania tahu bahwa Rendra akan selalu mencintai Nania meskipun dengan banyak kesalahan yang sudah banyak dia lakukan. Memang benar bahwa hati dan pemikiran Rendra bukan termasuk dalam golongan orang yang baik, tapi entah kenapa saat berhadapan dengan Nania pikirannya selalu luluh. Bertahan bersama Lana selama tujuh tahun pun dilakukan Rendra demi Nania. Yha meskipun selama tujuh tahun itu juga Rendra sudah membagi cintanya dengan Sania.

Belum Sasa beranjak dari sofa, ada suara mobil masuk ke parkiran. Mobil itu adalah milik Lana. Mama Nania ini baru saja menyelesaikan beberapa urusan untuk pesta pernikannya yang akan lebih dipercepat menjadi minggu depan.

"Nania.." Lana sudah memanggi nama anaknya sejak di teras rumah. Sudah tidak sabar rasanya untuk menceritakan rancangan kebaya spesial untuk Nania.  "oh ada tamu yha." Lana tersenyum manis pada Sasa.

"Mau pulang kok mah tamunya." sahut Nania asal.

"Nania kok gitu sih." Lana mendekati anaknya itu lalu mengelus puncak kepala Nania.

"Tante Larasati yha?" sahut Sasa. Lalu mengulurkan tangannya untuk bersalaman dengan Lana.

"Oh, iya. Hai, temennya Nania yha?" Lana menanggapinya dengan baik.

"Saya Sasa tante. Anaknya papa Rendra."

"Oh, hai. Akhirnya kita ketemu juga." Sesaat Lana menegang, tapi Lana adalah tipe orang yang mampu mengendalikan diri dengan baik.

"Tante enggak marah sama Sasa? Enggak benci?"

"Sasa, itu bukan salah kamu. Yha udah, tante tinggal dulu yha."

"Oh yha Sa, minggu depan tante mau nikahan. Dateng yha sama keluarga kamu. Nanti undangannya biar tante kirim ke kantor papa kamu."


"Mah! Ngapain?" Protes Nania.

"Silaturrahmi, Nania."

Lalu Lana melangkah masuk kedalam rumahnya. Dia ingin memberi ruang pribadi untuk kakak beradik yang baru bertemu itu. Lana ingin Nania menjalin hubungan baik dengan anak-anak Rendra meskipun Lana tau pasti sangat sulit. Lana sendiri perlu belasan tahun untuk bisa merasakan cinta lagi.



***


Pernikahan Lana akhirnya berlangsung juga. Nania tidak bisa menahan haru ketika prosesi akat nikah berlangsung di taman sebuah hotel berbintang lima milik keluarga suami Lana. Mamanya akhirnya menemukan pasangan lagi, bahkan mamanya menemukan keluarga baru. Lana sangat di terima dikeluarga suaminya. Bahkan anak bawaan dari suaminya pun sangat menyayangi Lana. Keluarga suami Lana pun bukan keluarga bisa. Mereka termasuk dalam jajaran konglomerat di Indonesia. Sungguh ini bagai imbalan dari semua kesabaran Lana.

Sesaat kemudian acara dilanjutkan dengan pesta kecil hanya untuk keluarga, kerabat dan juga beberapa rekanan bisnis. Konsep acaranya masih sama, garden party dengan hiasan bunga-bunga hidup dimana-mana. Nania dengan senyum lebarnya duduk di kursi taman sambil memandangi petugas hotel dan EO yang sedang membenahi venue acara. Didepannya ada segelas jus alpukat kesukaan Nania. 

"Nania," Nania menoleh ke sumber suara.

Setelah mengetahui siapa pemilik suara itu  Nania langsung mendengus, senyum dibibirnya pun sudah hilang. Bayangan kejadian saat makan malam bersama keluarga Rendra masih jelas teringat. Dan itu manambah daftar ketidak sukaan Nania ke papa kandungnya ini.

Tanpa dipersilahkan, Rendra sudah menarik kursi disebelah Nania dan ikut duduk bersama untuk  menikmati pemandangan para pegawai yang sedang membenahi venue.

"Papa tau kamu pasti tidak mau bertemu papa."Mata Rendra masih setia memandangi taman. Sedang yang ada disebelahnya hanya diam.

Sebenarnya bisa saja Nania langsung pergi meninggalkan papanya itu, tapi entah kenapa ada tubuh dan hati Nania berkata lain. Tubuhnya seperti kaku tidak ingin bergerak. Nania juga merasakan perasaan aneh ketika bisa memiliki waktu bersama dengan papanya. Ini adalah kali pertama Nania bisa duduk berdua dengan papa setelah dua puluh tujuh Nania hidup.

"Papa memang banyak salah sama kamu Nania. Papa memang bodoh. Papa cuman mau mohon maaf ke kamu. Maaf kalau selama ini papa jadi pengecut." Rendra terus bermonolog.

"Papa tidak berani menemui kamu. Tapi kalau memang niat papa ini menggangu kamu, papa minta maaf. Papa janji akan menjauh dari kamu. Papa hanya ingin dekat dengan anak papa dan memperbaiki semuanya."

Nania hanya mendengar apa yang dikatakan Rendra tanpa memberikan respon apapun.

"Nania, kamu benci sekali sama papa yha?"

Nania tersenyum kecut mendengar pertanyaan itu. Bagaimana bisa laki-laki itu bertanya hal yang sudah pasti jawabannya.

"Laki-laki yang dulu saya panggil papa memang sangat bodoh, bahkan tidak punya hati. Dia terus meninggalkan kami demi perempuan lain. Lalu apa yang harus saya lakukan?" Jawab Nania tanpa sedikit mengubah arah pandangannya.

"Maafkan papa Nania."

"Dan apa pak Rendra yang terhormat tau? Perempuan yang bapak bangga-banggakan itu sudah menelantarkan anak kandungnya di panti asuhan? Apa istri bapak pernah membesarkan anaknya yang dia buang sia-sia?"

"Apa maksut kamu!" Suara Rendra meninggi.

"Sebaiknya bapak tanya sendiri ke istri bapak. Benar apa tidak perkataan saya." Akhirnya Naia monoleh ke Rendra dengam bibir terseyum kecut.

"Nania, papa paham kalau kamu benci papa, tapi jangan begitu nak. Jangan memfitnah kami."

"Memang selamanya akan begitu kan? Perempuan itu selalu menjadi prioritas."

"Anda bisa pergi dari sini."

"Nania..."

"Nania, yang harus kamu tau, papa selalu menyayangi kamu nak. Selalu."

"Papa memang banyak salah, tapi tolong kasih kesempatan papa untuk jadi papa yang baik untuk kamu nak."

I'm Fine Without You!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang