Perasaan manusia

29 6 1
                                    

     Karir adalah hal yang paling penting untuk kupertimbangankan sekarang ini, sisa waktuku tinggal Satu tahun enam bulan. Aku berminat bergelut di dunia musik dan aku punya sedikit bakat di bidang itu. Hanya saja... sampai saat ini aku masih kebingungan memikirkan cara melengkapi fasilitasku, bila memang aku yakin dan memilih karir itu.
Ayah memintaku mencari beasiswa di perguruan tinggi, melihat nilai-nilaiku yang cukup memuaskan membuat mereka berdua bersikeras menyuruhku melanjutkan pendidikan di bangku kuliah, dan itu sangat berat bagiku. Memikirkan rencana jangka panjang seperti itu membuat kepalaku terasa berat dan terasa retak di mana-mana...Yah... walaupun sekarang aku sudah cukup tenang.

"Taman ini baru di resmikan ya? "

"Kelihatannya begitu"

"Iwan pernah kesini sebelumnya? "

"Ini kali pertamanya sih"

"Hahahah....Kak iwan, di mulutnya ada bekas kecap tuh"

"Mana? "

"Bukan di sisi itu, sebaliknya"

"Oh... "

Tidak ada unsur kesengajaan. Dina mengikuti les musik di tempat yang sama dengan ku. Tidak bohong tapi dia memang hebat bermain piano, walaupun jemarinya itu sama sekali tidak mirip dengan jemari pemusik pada umunya yang terlihat lebih lentik dan lincah, tapi itu sama sekali tidak menjelaskan kemampuannya dengan baik, di kelasnya kemarin, Dina memenangkan kontes Rondo capricioso atau penampilan duet antara seorang Pianist dan Violinist.

Dan yah... Seperti inilah situasinya sekarang. Bimbingan bermain alat musik yang didirikan oleh guru seni di sekolahku Pak Ahmad Ricci melonjakkan reputasinya dengan hasil didikan yang tergolong berkemampuan prima. Salah seorang bimbingan dua tahun yang lalu memenangkan sebuah ajang perlombaan pianist seantero asia di kota Osaka, Jepang. Aku melihat sebuah peluang di tempat bimbingan ini dan kuputuskan untuk bergabung di bimbingan ini. "The Petronom", itulah nama tempat bimbinganku, dan aku harap ini bisa menjadi tangga pertamaku untuk mencapai singgasana kesuksesan ku.

Taman lasinrang, Taman yang dahulunya lebih dikenal sebagai alun- alun kota pinrang, yang sekarang terlihat lebih asri setelah dipindah fungsikan menajadi taman kota. Keputusan Pemda itu sangat bijak, tempat ini memang harus di revitalisasikan secepatnya.

     Sekarang sekitar pukul Delapan pagi, hari ini ahad dan aku telah menghabiskan sepertiga dari akhir pekanku di taman ini, dengan seorang gadis yang awalnya terlihat sangat asing, sampai akhirnya aku perhatikan senyum dan lesung pipinya. Yah...  Gadis ini bernama Dina, Nurmadinah. Nama yang indah bukan?. Hari ini sesuai dengan jadwal kelas ku adalah hari bimbingan kami, kelas gitar dan kelas piano memiliki jadwal belajar yang sama. Aku sangat menantikan datangnya hari ini. Gitar adalah segalanya bagiku, dan mengetahui semua seluk beluknya adalah impian ku sejak lama. Pagi tadi kuusahakan menyelesaikan semua tugas akhir pekan ku sebelum pukul Tujuh pagi, dan alhamdulillah semuanya selesai bahkan sebelum pukul Enam, Luar biasa bukan?.

Namun semua perjuangan itu terbukti sia-sia sesaat sampai ku depan bangunan dengan pintu masuk yang dipenuhi ukiran-ukiran toraja ini,

______________________________

"Untuk adik-adikku sekalian
Para pencinta piano dan gitar...

Dengan rasa bersalah yang amat-amat dalam, kakak memohon maaf.

Our storyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang