III

9 3 0
                                    

"Anjay, tumben pagi udah dateng." Seru Luna yang duduk di sebelah Siena.

Hari ini Siena datang pagi karena dipaksa ayahnya untuk berangkat bareng. Jadi Siena sudah datang sebelum gerbang dibuka dan itu membuatnya sebal, karena jatah tidurnya berkurang walaupun hanya lima belas menit.

"Gua dateng pagi salah, telat salah. Jadi Raisa bisa kali ya gue?" Ucapnya menghadap Luna, lalu melengos lagi ke arah layar hapenya.

"Kalo lo cocoknya, raiso. Raiso move on." Gelak tawa Luna berderai berbanding terbalik dengan Siena yang mengerucutkan bibirnya.

"Gue udah move on tau!" Serunya tak terima ucapan Luna barusan.

"Iyain dah, ntar juga bahas Andre lagi." Kata Luna dengan sisa kekehannya.

Siena hanya memutar mata jengah dengan olokan Luna. Siena kembali membuka instagram–tepatnya dm instagramnya. Dari semalam ia tidak habisnya berkirim pesan dengan Renzza, bahkan Siena sendiri belum kepikiran untuk melihat profil Renzza.

(Arenzzanvld)
Lo udah sampe sekolah?

(Sienathayya)
Udah. Kepagian

(Arenzzanvld)
Anak rajin, belajar yang bener

(Sienathayya)
Bener gue mah.
Lo sekolah dimana?

Bel masuk terdengar nyaring seantero gedung SMA Taruna. Membuat para murid yang masih di luar berjalan masuk ke kelas dan menempati bangku masing-masing.

(Arenzzanvld)
Nanti gue dm lagi
Sekolah gue udah bel

"Lah kok barengan?" Celetuk Siena saat bel tadi selesai dan Renzza langsung bilang bahwa sekolahnya baru saja masuk juga.

"Apanya yang barengan?" Tanya Luna yang mendengar ucapan Siena barusan.

Siena menggeleng dan menekan home butten handphonenya. "Apaan, enggak."

"Ya ampun Siena, lo tuh realistis dikit kek, jangan baca wattpad mulu dong." Keluh Luna sambil mengeluarkan buku pelajaran sejarah.

"Sotau banget, orang gua lagi dm'an." Jawab Siena sewot, karena Luna selalu menuduhnya tanpa lihat dulu apa yang sebenarnya dilakukan.

"Terus itu kenapa senyum-senyum? Andre ngucapin kata manis lagi? Atau, Vino ngajak jalan?" Tebak Luna penuh semangat. Temannya ini sangat semangat dalam hal mengejek Siena, namanya juga teman.

"Kepo lo. Yang pasti bukan keduanya." Siena memasukkan handphonenya ke kolong meja, karena guru sejarahnya sudah masuk kedalam kelas.

•-•-•-•

Hari secerah ini cukup menggambarkan betapa cerahnya juga aura yang di keluarkan oleh Renzza. Dari tadi dia tidak ada habisnya tersenyum, bahkan terkekeh di depan layar handphonennya. Membuat beberapa temannya mengernyit tetapi ada juga yang terlena karena manisnya senyuman Renzza yang berlesung pipi.

"Heh! Senyum mulu kayak orang waras." Seru Galih membuyarkan lamunan Renzza yang duduk di sebelahnya.

Renzza yang sedikit tersentak kaget menoleh ke arah Galih dengan senyum yang masih setia di wajahnya. "Sirik aja,"

"Udah istirahat bego, senyum gabakal bikin lo kenyang. Ayo ah ke kantin." Ajak Galih yang beranjak dari duduknya dan diikuti Renzza di belakangnya.

Mereka berdua berjalan melewati lorong anak kelas ips karena lebih dekat dengan tangga menuju kantin. Setiap mata perempuan dibuat terperangah karena senyuman Renzza yang belum juga luntur. Sedangkan Galih berjalan seolah dialah yang menjadi pusat perhatian.

SierenzzaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang