V

7 0 0
                                    

"Udah jangan nangis ya, nanti abang beliin cupcake." Renzza mencoba menenangkan adiknya yang masih menangis kecil karena insiden terkunci dari dalam.

"Lain kali di cek berkala ya mas." Ucap Renzza pada mas-mas yang telah membantu membuka pintu bilik dan kemudian berjalan keluar toilet sambil menggandeng Dhea.

Sekarang Renzza yang harus menenangkan debaran di jantungnya. Siena berjalan mendekati dirinya dengan agak menaikkan tatapannya karena Siena hanya sebahu Renzza.

Renzza sengaja hanya menatap Siena sambil tersenyum sembari mengangguk samar dan langsung berjalan menjauh sebelum Siena semakin mendekat. Sayang cekalan tangan Siena lebih dahulu mendarat di tangannya membuat debaran di jantungnya makin keras.

Renzza menoleh mendapati mata cokelat Siena yang menatap mata elang miliknya. "Gue mau tanya. Kok tau nama gue sih?"

Renzza mengerjapkan matanya, justru sekarang dia bingung harus bicara apa dengannya. Pikiran jeleknya mulai mencuat di otaknya, apakah dia seculun itu karena tidak berkenalan langsung dengan Siena saat di sekolah.

"Gue anak Taruna." Dan jawaban Renzza sama sekali bukan jawaban dari pertanyaan Siena.

Siena mengerutkan keningnya. Sepertinya dia tidak pernah melihat cowok ini di lingkungan sekolah, bahkan saat istirahat ataupun pulang sekolah.

Renzza masih menunjukkan wajah datarnya namun siapa yang tahu jika di dalam dirinya ia menahan debaran jantungnya yang berlebih. Belum lagi tangan Siena yang masih setia memegang pergelangan tangan Renzza.

Melihat kerlingan mata Renzza ke arah tangannya, Siena langsung melepaskannya dan berusaha bersikap normal.

"Kakak yang tolongin Dhea tadi ya?" Suara imut Dhea menginterupsi mereka berdua dan Siena langsung tersenyum melihat Dhea yang masih menarik ingusnya karena menangis.

"Makasih ya kak," ucap Dhea dan disabut tepukan lembut di atas rambut Dhea oleh Siena.

"Kakak pacarnya bang Renzza ya?" Celetuk Dhea yang membuat Siena membelalakkan mata melihat cowok yang ada di depannya.

"Hah? Renzza?" Siena makin menampakkan terkejutannya. Sedangkan Renzza mengangguk dan mencetak senyum manis di wajahnya.

Siena meringis kikuk. Sekarang dia yang bingung harus melakukan apa, rasanya ingin tertelan bumi saja.

Seketika ingatan Siena muncul pada beberapa hari lalu, yang mana notifikasinya memberikan pemberitahuan bahwa seseorang bernama Renzza telah bergabung kedalam grup angkatan SMAnya.

"Tunggu," ucap Siena yang langsung meraih handponenya dari saku celana, dan saat itu juga ia mengirimkan direct message kepada seseorang.

Tidak perlu waktu lama. Dentingan notifikasi yang terdengar membuat Renzza mengeluarkan handphonenya juga dan mendapati nama Siena disana dengan isi pesannya.

(Sienathayya)
Lo?

Renzza langsung mengarahkan layar handphonenya ke arah Siena yang sekarang sudah melotot tidak percaya. Untung saja dua bola matanya tidak sampai menggelinding keluar.

Rona merah menjalar di pipi mulus Siena, yang entah kenapa pipinya juga terasa gatal. Ternyata Renzza adalah anak baru yang diributkan para kaum hawa di sekolahnya.

Benar saja mereka semua terpesona, lekuk wajahnya yang tegas dan bibir ranumnya saat tersenyum membuatnya kece abis. Belum lagi badan tinggi tegapnya serta hidung macung, mata elang berwarna cokelat terang dan rambut yang dibiarkan seperti acak-acakan namun terkesan modis mampu menghipnotis penglihatan.

SierenzzaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang