#MOVEON4

555 55 3
                                    

Mulai malam itu, aku memutuskan untuk memprivasi akun IG-ku demi ketentraman hati. Bukannya lebay atau sok ya, tapi semenjak postingan itu, IG-ku ramai oleh followers baru yang kebanyakan perempuan.

Aku pikir mereka adalah para penggemar Bang Heksa yang kaget karena melihat postingan terakhir Bang Heksa bersamaku. Ada juga beberapa laki-laki yang termasuk teman-temannya Bang Heksa, mungkin kepo juga tentangku.

Yang cowo-cowo ini sih kalem. Spam like dan komennya pake bahasa yang enak dilihat mata dan dibaca mulut. Just like "wah cantik juga" atau "pantesan Heksa melabuhkan hati, modelan begini cuy".  See? Terbukti paten kalo aku emang cantik meskipun banyak yang lebih cantik dari aku.

Nah kalo yang cewe-cewe ini, I'm really sure if you know how's them speak about me. Bikin emosi jiwa bacanya. Kekejaman mereka yang merasa tidak rela jika idolanya memiliki kekasih hati itulah yang membuatku memutuskan untuk memprivasi akun IG-ku dan menyortir siapa saja yang aku terima permintaannya untuk mengikutiku.

Sialannya, kehebohan itu gak cukup di IG doang, dalam kehidupan real-ku pun ikut heboh seketika. Contohnya saat ini. Aku sudah duduk di lapak pecel ayam Pakde untuk mengisi perutku yang sudah berdangdut ria minta diisi. Dan di depanku saat ini, ada anak-anak futsal yang lagi latihan rutin.

For the God's sake, aku sama sekali tidak berniat untuk menonton tim futsal latihan. Tapi netizen di sekitarku mengatakan yang sebaliknya. Alhasil aku yang sudah kepedesan karena makan ayam geprek Pakde yang sambelnya naujubilah pedesnya, jadi semakin panas karena mendengar omongan cewe-cewe rumpi di kanan kiriku. Bahkan ada juga yang terang-terangan menatap atau melirikku dengan sinis.

"Pedes banget apa Ra sampe merah gitu muka? Biasanya juga lo biasa aja, gak sampe begini." celoteh Rana sambil menyedot jus melonnya.

"You see and you hear them, Ran. Pengen gue colok pake tulang ayam aja rasanya mata-mata mereka. Terus mulutnya gue sumpel pake cobeknya Pakde biar pada diem ngemilin cobek."

Rana terbahak di depanku.

"Parah lo Ra. Biarin aja lagian sih. Itu namanya mereka pada iri bin sirik sama lo. Sirik tuh tanda tak mampu kan."

"Wah! Yaiyalah! Ngga ada yaa yang mampu menandingi seorang Kara Vishaka."

Rana langsung gaya sok muntah.

"Munduran Ra, PD-nya udah kelewatan tuh." Katanya sinis dan gantian aku yang terbahak.

"Eh tapi gimana sih emang sebenernya hubungan kalian? Gue masih ngga paham lho suwer. Lo kebat-kebit gini, si pembuat hebohnya kalem-kalem aja gitu. Apa karena dia kelewat cool yaa?"

Rana langsung menatap lurus ke arah di mana Bang Heksa berdiri sambil bertolak pinggang.

"Cool? Kulkas maksud lo? Ya ngga gimana-gimana sih Ran. We're just friend and maybe will always be friend. Gue aja baru kenal sama dia. Belum tau apa-apa, masa iya udah punya hubungan lebih? You know me so well lah."

Aku menjawab sambil menatap sinis pada mereka yang masih saja melirik-lirik sinis ke arahku. Gini nih jadinya kalo kurang asupan liat cewe cantik seperti aku gini.

"Iya gue tau, lo masih mentok sama si Antara. But, look at that. Daritadi si babang tamvan curi-curi pandang terus ke arah sini tau. Kayaknya dia beneran naksir sama lo deh cuy."

"Lo lagi belajar jadi cenayang ya Ran yang bisa membaca perasaan dan isi pikiran orang-orang? Jangan berasumsi yang enggak-enggak deh."

"Eh tapi beneran, Ra. Dimas tuh cerita sama gue gimana si Bang Nas or Heksa or whatever lah panggilannya itu siapa kalo dia itu cukup sering nanya-nanya tentang lo ke Dimas."

MOVE ON [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang