#extraMOVEON

978 64 1
                                    

Plataran Dharmawangsa mulai dipenuhi para tamu. Aku kembali merapikan tatanan rambutku yang dikepang dengan sangat cantik, hasil karya salon kepang yang dimiliki oleh teman semasa kuliahku dulu. Tak lupa mengecek brokat dress berwarna peach selutut yang kugunakan, memastikannya sudah terpasang sempurna di badanku. Penampilanku pagi ini dilengkapi dengan Slingback heels tujuh senti berwarna nude dan Wristlet berwarna senada dengan heelsku.

“Maaf lama.” ucap Bang Heksa yang sudah berdiri di sampingku sambil menyentuh punggungku.

It’s okay. Belum mulai acaranya juga.” jawabku sambil merapihkan dasi kupu-kupu yang sedikit miring di lehernya. “Nanti kalo makan sama duduk hati-hati ya. Inget kamu pake kemeja putih sama celana warna sepia kayak gini.” sambungku.

“Siap tuan puteri.” sahutnya lagi. Dia itu memang harus diingatkan untuk dua hal itu. Suka asal duduk ngga liat-liat tempat. Terus kalau makan juga suka berantakan.

Kami memakai seragam yang diberikan si empunya acara. Untuk bridesmaid, diberikan bahan brokat berwarna peach yang kemudian kujadikan brokat dress modern sebatas lutut. Dan untuk groomsman, ada kemeja putih, dasi kupu-kupu berwarna peach, dan celana pendek berwarna sepia atau coklat muda. Bang Heksa melengkapi tampilan kerennya dengan sneakers andalannya.

“Ngga usah tegang gitu kali Ra. Yang mau nikah siapa, yang grogi siapa.”

Aku meringis, “Keliatan banget ya Bang?”

“Iyalah. Santai Ra. Pengantinnya aja santai-santai aja tuh.” Ucapnya sambil menunjuk ke belakangku.

Aku menengok mengikuti arah pandangannya, “Ah dia mah emang selengean gitu. Liat aja nanti pas udah salaman di meja akad, pasti langsung pucet. Eh iya aku ke dalem sebentar. Setor muka biar si pengantin cewe yang suka lebay itu bisa bernafas sedikit lega. Aku yakin, dia pasti lagi gemeteran di dalam sana.”

“Kayak kamu ngga gitu aja.” ledeknya.

“Ih rese! Wait ya, don’t go anywhere.”

“Iya. Posesif banget deh.” ledekknya lagi dan aku langsung melangkah meninggalkannya dengan bibir mengerucut sebal.

---

“Beiiiib!!! Selamat ya sayaaaaang!” seruku begitu mendapat giliran memberikan selamat pada kedua mempelai. Aku memeluknya erat.

“Karaaaa!!! Makasih yaa sahabat sejiwakuuu.” sahutnya seraya membalas pelukanku tak kalah erat.

“Aduh aduh gue kena tusuk konde lo nih.” kataku sambil mengurai pelukan kami.

“Ah ngerusak momen aja lo Ra.” katanya sebal.

Congrats yaa sahabat sejiwanya Kara. Akhirnya jadi juga.” kali ini Bang Heksa yang memberikan selamat.

“Eeeh thank you so much Babang gantengnya Kara. Makasih juga udah mau jadi groomsman ya Bang.”

Lalu tiba-tiba ada yang memelukku dari belakang dan menyandarkan kepalanya di pundakku seenaknya. Dari wangi parfumnya saja aku sudah tau dia siapa, sudah pasti si mempelai pria yang sempat terlihat pucat sesaat sebelum akad tadi.

“Dimas. Gue tendang ya lo. Lepas ngga?!” kataku dengan nada cukup tinggi.

“Kalo ngga dilepas juga, gue sleding ya Dim.” sambung Bang Heksa.

“Yaelah galak amat sih ini dua sejoli sama pak comblangnya. Ra, ilangin napa itu galaknya. Dikit lagi berubah status juga.” kata Dimas sambil melepas pelukannya.

MOVE ON [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang