"Nad! Kenapa sih, lo tuh jutek banget kalau ngelewatin Melo CS, what's wrong nad? Apa yang salah?"
Nada Anggraini. Atau gadis yang biasa di panggil dengan sapaan Nada itu, merengut kesal sembari meletakan sepasang sendok dan garpu dari mangkuk bakso yang sedang dinikmati olehnya. Melirik dengan kesal kepada Karina yang terus-terusan menanyakan hal yang sama terhadapnya dari mulai jam pelajaran pertama sampai sekarang mereka berdua sedang dalam jam istirahat.
"Kar! Gue udah jawab ratusan kali, dan lo masih nanya kenapa? Lo ngomong deh nih sama kaos kaki gue! Capek tau ngga!"
Karina berdecak, masih belum puas dengan jawaban yang di berikan Nada atas pertanyaannya barusan. "ya, tapi kan, nad? Masa cuma karena—"
"bukan cuma! Cuma apa yang macem orang kayak dia? Cuma nakal? Cuma bikin gaduh? Cuma barbar? Atau cuma orang yang ngga ngerti cara ngerhargain seni? Iya, apa itu semua bisa di bilang 'Cuma' Kar?"
"ya itu karena lo mandang dia cuma—"
"Cuma apalagi sih, Kar? Udahlah, lo ngga liat tingkah apa yang dilakuin dia kemaren pagi sebelum upacara? Bukan cuma bikin gaduh seisi sekolah Kar, dia juga ngerusak apa yang seharusnya terlihat indah! Dia main-main sama puisi! Gila, ngga habis fikir gue!"
"tunggu deh nad! Lo bilang, Melo sama sekali ngga menghargai seni, kan? Oke. Gue mau nanya sama lo. Menurut lo, apa seni cuma tergolong dalam hal-hal yang lo suka? Kayak puisi dan musik? Terus, seni dalam cara pandang orang lain itu bukan seni menurut lo?"
Nada mengangkat satu alis miliknya, menjawab pertanyaan Karina sembari menggeleng. "oh? Engga dong! Semua orang berhak punya pandangan seni-nya masing-masing. Ngga masalah."
"that's right, Nada! Itu! Lo bener! Semua orang punya cara pandang masing-masing kan tentang seni? Sama juga kayak Melo! Mungkin pandangan dia sama lo tuh beda. Lo suka musik dan sastra, sedangkan dia lebih suka Art yang menjuru ke realistis yang bisa dia tuangin dalam bentuk gambar. Mungkin lo bisa gunain tinta pulpen lo diatas kertas untuk ngerangkai kata demi kata yang puitis sesuai dengan apa yang lo suka. Tapi, lo belum tentu bisa gunain tinta pulpen itu yang bermula dari coretan biasa sampai ngehasilin sebuah karya, kayak apa yang Melo lakuin, kan?"
"lo tau? Kenapa anak SMA lain sering banget main ke sekolah kita cuma buat nongkrong di halaman belakang yang di kelilingin tembok itu?"
Nada masih terdiam, menyimak tanpa adanya sahutan. "itu karena mereka suka atau seneng sama dekor di sekelilingnya. Lo liat mural yang bertemakan kegiatan-kegiatan yang lazim di lakuin anak SMA di tembok taman belakang sekolah kita? Dan lo tau siapa yang buat itu semua?"
"Melo, nad! Melo!"
CAN ART CHANGES THE WORLD? -Melo S. Diendra
KAMU SEDANG MEMBACA
Satu Warna Melodie
Dla nastolatków"gue itu ngga bisa megang alat ginian! Lebih baik gue disuruh ngegambar full satu sketchbook, deh! daripada jari-jari gue pegel cuma buat mainin ginian!" "gue itu suka sama cowok yang melankolis dan pintar. Bisa main alat musik dan bikin puisi. Buka...