Fakta Semakin Dekat

183 25 23
                                    

Bermain dengan logika dan terombang-ambing. Padahal ada sesuatu yang tidak dapat mereka sembunyikan dariku.
Hati.

Ini adalah pinggiran kota yang sangat jauh dari rumahnya. Bahkan yang ia lakukan saat ini adalah sesuatu yang tidak pasti. Apakah mereka masih ada di sini atau tidak, Chani tidak dapat menjaminnya.

Tetapi tanpa berpikir panjang, Chani tetap melangkahkan kakinya menuju tempat yang sudah lama tidak ia kunjungi. Eomma-nya mengira jika Chani sudah melupakan tempat ini. Nyatanya tidak. Sekalipun itu sudah berlalu untuk waktu yang sangat lama, kenangan buruk adalah sesuatu yang tidak dapat dilupakan dengan mudah.

Chani melihat sekelilingnya. Keheningan membuat langkah kakinya terdengar mencekam. Dia memang seorang diri, namun bukan keberadaan orang lain atau yang lainnya yang membuat nyalinya ciut di siang bolong.

Masa lalu.

Flashback

Kedua bocah yang terpaut usia dua tahun itu memandang sosok eommanya dalam diam. Sedangkan sang eomma tetap pada aktifitasnya mengemasi barang-barang tanpa mempedulikan kedua putranya yang tengah melihatnya penuh harap.

Mereka masih terlalu kecil untuk mengerti. Namun jiwa polos mereka merasa jika hal buruk sedang terjadi. Membuat kedua tangan mungil itu mengait satu sama lain. Saling menggenggam, memberi kekuatan dan tidak ingin terlepas.

Genggaman itu semakin erat ketika sosok sang eomma memandang mereka dengan basah di kedua pipinya.

"Eomma..." lirih si sulung dengan suara khas anak kecilnya.

Wanita yang dipanggil eomma itu tersenyum lembut sembari mengusap kepala si sulung.

"Apa yang kau pikirkan? Kita bertiga akan pergi bersama Dawon-ah,"

"Tapi..."

"Rumah ini terlalu buruk untuk kita tinggali. Lagipula adikmu sudah terlalu sering tertidur tiba-tiba. Jadi..."

"Lalu appa..."

Wanita itu terdiam sebentar, sebelum akhirnya bibirnya kembali melengkung.

"Akan ada orang lain yang jauh lebih pantas untuk kalian panggil appa,"

Deg...

Dawon, si bocah berumur 7 tahun itu memandang eommanya terkejut. Terlalu sering mendengar suara keras kedua orang tuanya, membuat Dawon lebih cepat mengerti. Dan hanya satu hal yang menjadi fokusnya saat ini. Appanya, tuan Lee akan sendirian.

"Ap-pa akan sendirian eomma..." lirih Dawon.
"Dia akan baik-baik saja,"
"Tapi sendiri itu tidak enak. Dawon tau rasanya,"

Keduanya sibuk saling menyangkal. Melupakan sosok terkecil diantara mereka yang memperhatikan semuanya dalam diam. Dia tidak paham apa yang hyung dan eommanya bicarakan. Tetapi jangan remehkan kepala kecilnya yang sibuk merekam semuanya.

"Begitukah? Kalau begitu, kau bisa tetap di sini,"

Mata Dawon mengerjap. Membuat air mata yang sedari tadi ia tahan mengalir begitu saja.

HEARTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang