Tubuh Daehwi terlalu lemah untuk digerakkan sejak dua hari lalu dan kepalanya terus saja berputar saat dia membuka mata kemudian dia akan merasa mual dan ingin muntah. Dia memang sedang tidak sehat selama nyaris tiga hari. Beruntung, suhu tubuhnya sudah mulai menurun secara berangsur-angsur. Kamarnya yang remang-remang memudahkannya untuk tidur, ditambah usapan tangan Hyungseob di kepalanya. Sebagai sahabat yang baik, Hyungseob tidak mungkin membiarkan Daehwi sendirian sedang sakit. Berhubung orang tua Daehwi sedang sibuk, jadilah Hyungseob yang mengambil alih untuk mengurus Daehwi setiap pulang sekolah."Hwi, cepat sembuh, ya." Hyungseob nyaris menangis saat mengatakan kalimat itu. Dia tidak cukup tahan melihat Daehwi yang seperti kehilangan semangat hidupnya begini.
Ya Tuhan, biasanya hanya melihat Daehwi yang kehilangan mood bicara saja, Hyungseob sudah dilanda kerisauan, apalagi melihat Daehwi yang berbaring sakit di rumah tanpa tawa yang berarti, Hyungseob sedih sekali.
Daehwi tersenyum tipis,"Aku pasti sembuh, kok. Jangan berlebihan."
Hyungseob hanya mengangguk-angguk pelan. Masalahnya kalau Hyungseob menjawab, bisa saja air mata yang dibendungnya malah membeludak. Kan, tidak lucu kalau Hyungseob menangis saat menjaga orang sakit, adanya Daehwi nanti juga bisa ikut menangis.
"Bagaimana hubunganmu dengan Woojin?"
Hyungseob menyengir bahagia mendengar nama Woojin disebut,"Kupikir mulai banyak perubahan. Dia bilang, dia punya perasaan padaku, tapi belum saatnya untuk mengungkapkan perasaannya karena kita belum mengenal dekat."
Daehwi ingin memekik senang, tapi tenaganya terlalu kecil hanya untuk sebuah suara lirih, jadi dia meremas tangan Hyungseob sambil menyengir seadanya. Apapun yang terjadi, dia sangat bahagia akhirnya Hyungseob bisa menemukan kebahagiaannya,"Ya Tuhan, aku ikut bahagia, Seob."
Hyungseob ikut tersenyum,"Kemarin Woojin bilang, mulai selanjutnya, kau tidak perlu menemaniku lagi saat kami bertemu."
"Memang sejak awal harusnya seperti itu, Ahn Hyungseob."
『 broken ➹ arrow 』
Sebulan berlalu dengan cepat dan ujian tengah semester akan segera datang dalam waktu beberapa hari saja. Kegiatan sekolah kadang menjadi padat dan menyebabkan Hyungseob harus pulang sekitar pukul sepuluh malam dimana waktu itu sudah jarang ada bus. Pernah sekali, Hyungseob harus berjalan kaki untuk pulang karena bus memang sudah habis. Jadi akhir-akhir ini, Hyungseob rajin membawa sepeda untuk berangkat sekolah. Daehwi juga lebih sering diantar jemput karena dia memang malas membawa sepeda. Biasanya memang saat mendekati hari-hari ujian seperti ini, anak sekolahnya memang akan punya jadwal yang padat dan akan santai kembali sehari setelah ujian berakhir.
"Hwi!" Hyungseob meneriakkan nama sahabatnya yang baru saja masuk lobi sekolah dengan bersemangat.
Omong-omong Hyungseob juga jadi lebih ceria akhir-akhir ini. Terlalu banyak berada di dekat Woojin membuat grafik kebahagiaannya meningkat pesat.
"Seob~" Daehwi memeluk Hyungseob gemas. Dia sering khawatir pada Hyungseob tanpa sebab yang jelas akhir-akhir ini. Apalagi waktunya mengawasi Hyungseob berkurang banyak.
Mereka berjalan beriringan ke kelas. Menceritakan hal-hal yang kemarin terjadi, apalagi kemarin adalah hari Minggu.
"Kemarin ada anjing yang nyaris mati didepan rumahku. Ibu menemukannya dan memutuskan untuk memeliharanya. Beruntungnya dia selamat." Hyungseob menunjukkan sebuah gambar anjing berwarna coklat tengah tertidur di sebuah bantal bundar besar yang sebenarnya adalah bantal Hyungseob.
KAMU SEDANG MEMBACA
broken arrow • jinseob
Fanfic[complete] ❝ Woojin pikir, 'panah' yang meleset itu harus benar-benar dicabut. ❞ 2017 © yeowonn