7

540 116 12
                                    




I started to become greedy
I wanted to live with you
Grow old with you
Hold your hands
And say, how warm my life was
I wanted to be happy for once
But that made you cry
Watching over you, my heart fluttering
Even when I was ridiculously jealous
All of those moments that you gave to me
Some day, we'll meet again
It'll be the happiest day











broken arrow












Woojin merasa kepalanya masih sangat berat. Dia hanya tidak mengerti kenapa tadi pagi bangun di kasur padahal seingatnya kemarin sore dia ada di Rumah Sakit untuk menemui Hyungseob. Tertidur terlalu lama juga tidak bagus ternyata, Woojin bahkan tidak bisa fokus dengan  pelajarannya.

Mengesampingkan hal itu, Woojin memilih menyalin tulisan yang ada di papan tulis ke bukunya daripada tidak melakukan apapun.

"Perhatian, anak-anak."

Guru yang sedang berjalan menuju depan kelas menghentikan pergerakan setiap siswa yang ada di kelas, begitu juga Woojin. Melihat gurunya membawa  seorang siswa laki-laki berseragam sekolah lain di pagi hari seperti  ini, sudah pasti siswa itu pindahan. Kakinya panjang serta kulitnya cukup pucat untuk ukuran seorang anak laki-laki, tapi dari kelihatannya dia tidak selemah itu juga, terlihat jelas dari lengan menonjolnya yang  terbungkus seragam. Merasa keberadaannya terancam, Woojin lebih memilih meneruskan acaranya mencatat. Jujur, Woojin tidak suka bagaimana sosok itu terus mengumbar senyum. Woojin juga tidak suka kenyataan bahwa hawa keberadaan Woojin jadi menipis setelah orang itu datang. Biasanya, dia yang dipuja di kelas ini, namun melihat bagaimana seluruh penghuni kelas  memperhatikan si Murid Baru, Woojin yakin posisinya akan segera tergeser.

"Perkenalkan dirimu."

Pemuda itu kembali mengumbar  senyum termanisnya,"Halo teman-teman. Maaf datang terlambat, aku perlu menyelesaikan administrasi di sekolahku yang sebelumnya pagi ini. Aku pindah karena aku rasa, aku memang seharusnya berada disini."

Segerombol gadis yang duduk dibagian belakang kelas mulai meminta si pemuda menyebutkan namanya.

"Aku pindahan dari kelas Olahraga, XH High School," Woojin mengangkat  kepalanya, mencoba berpura-pura peduli dengan perkenalan si anak baru.

"Namaku—

.

.

.

.

.

.

.

—Lai Guanlin."

Dan kedua pasang mata itu saling menatap dalam kemarahan.

Tidak habis pikir kalau Woojin bertemu Lai Guanlin disini. Akhirnya, Woojin ingat kenapa wajah Guanlin terasa begitu familiar baginya. Jelas saja,  Guanlin adalah pemuda yang mengembalikan dompetnya, pemuda yang sama dengan pemuda yang mengajak Hyungseob pulang.

Pemuda yang sempat membuatnya merasa disaingi kala itu.

"Wah, bersyukurlah kalian sudah kedatangan murid setampan ini." kalimat sang Guru dibalas dengan berbagai sorakan bahagia dari murid-murid perempuan.

"Kau bisa duduk di belakang sana, Lai Guanlin." Sang Guru menunjuk meja kosong yang tepat berada di belakang meja Woojin.

Kedua pasang mata itu tetap saling menatap dengan kemarahan yang  meletup-letup dan tidak dapat dibendung lagi. Saat Guanlin lewat di  sebelah Woojin, barulah mereka memutuskan kontak mata seolah tidak terjadi apapun.

broken arrow • jinseobTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang