Ada berapa banyak air mata yang jatuh?
Ada berapa banyak hati yang mengeluh?
Beratus-ratus tetesan mata yang menitikkan
Beribu-ribu lirihan karena tidak adanya kekuatanKe mana lagi tempatmu untuk bercerita?
Di mana tidak pernah ada dusta
Ke mana lagi kamu harus pergi?
Ketika tidak lagi mampu berdiriHanya ada satu tempat
Ketika kamu merasakan penat
Hanya ada satu rumah
Yang selalu menyambutmu ramahKamu tak melihat-Nya
Dia tetap melihatmu
Kamu tuli untuk mendengarkan panggilan-Nya
Namun, dia tetap mendengarkan keresahanmuPenghujung Januari
KAMU SEDANG MEMBACA
Sajak Dalam Elegi
PoetryDengan ini, kutuliskan suara-suara yang selama ini tertahan, terkungkung dalam jeruji bisu agar tak lagi ada yang diam-diam terluka kemudian hilang. Untukmu, entah siapa pun kamu #153 Poetry - 19 Mei 2018