18

2.3K 229 21
                                    

Sekarang ini Sowon sedang berada dikamarnya dia menatap pantulan dirinya tepat di kaca rias samping tempat tidurnya.

" Apa pilihan ini tepat ? Apa aku akan menyesal memilih perjodohan ini? Aku harus bagaimana sekarang ?"

Sowon terus bermonolog tanpa dia sadari ibunya mendengar apa yang dia katakan. Ada perasaan iba dalam diri ibu Sowon, ia takut keputusan menjodohkan anaknya akan salah dan Sowon tidak akan bahagia dengan keputusannya.

Ibu Sowon berjalan mendekati anaknya yang tampak seperti orang putus asa.

" Sayang kamu kenapa ?"

" Oh, ibu. Aku tidak papa hanya sedikit lelah saja."

" Sowon sayang dengarkan perkataan ibu ini. Jika kamu memang tidak menyukai perjodohan ini Ibu tidak akan marah. Ibu hanya ingin melihat anak ibu bahagia."

" Ibu..... Aku bahkan belum mengetahui siapa yang akan dijodohkan denganku, siapa tau aku malah menyukainya."

" Apa kamu tidak tertekan dengan semua ini."

" Tidak ibu. Aku baik-baik saja, ibu tenang saja."

" Ya sudah kalau begitu ayo turun kebawah sepertinya mereka sudah datang."

Sowon mengikuti langkah ibunya untuk ke ruang tamu tapi ketika Sowon akan duduk pergerakannya berhenti karena dia terkejut melihat pria yang dihadapannya.

Mungkin jika Sowon tidak mendapat tepukan dari ibunya dia akan terus berdiri.

Para orang tua mulai membuka suara yang pertama yaitu ibu Sowon

" Sayang jadi lagi laki-laki yang didepan kamu ini adalah laki-laki yang akan kami jodohkan denganmu."

Sowon tidak membalas dia tidak bisa lagi mengucapkan sesuatu sekarang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sowon tidak membalas dia tidak bisa lagi mengucapkan sesuatu sekarang.

" Haduh kenapa anak kita jadi diam sekarang. Bagaimana kalau mereka berdua jalan-jalan dahulu supaya akrab." Saran itu berasal dari ibu yang anaknya akan dijodohkan oleh Sowon.

Laki-laki yang dihadapan Sowon berdiri yang menyalurkan tangannya didepan Sowon.

" Ayo."

Sowon tanpa sadar menerima tangan itu dan berjalan keluar rumahnya. Mereka berdua berjalan kearah pintu depan.

" Kenapa harus kau orangnya ?"

" Apa ? Maksudmu ?"

" Kenapa harus kau yang dijodohkan olehku."

" Kau itu memang tidak bisa melupakan masa lalu ya, aku juga tidak tau kenapa aku dijodohkan denganmu apa mungkin ini yang disebut takdir."

Sowon hanya tersenyum sinis.

" Sepertinya sudah sangat lama kita tidak pernah jalan-jalan. Bagaimana kalau sekarang kita keluar ?"

" Ti dak Ma U."

Be MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang