Chapter 3 part 3 of 4

12 1 0
                                    

"Bunda pergi dulu ya, daah Sina cantiik"

Bunda Sina pergi bersama kereta besi dengan sangat cepat. Syukurlah perjalanan ke sekolah tidak terlalu lama, kalau tidak aku pasti sudah muntah di jalan.

Tempat bernama sekolah ini cukup luas dan besar. Besarnya hampir seperti kastil, dengan banyak jendela di dindingnya. Kalau dipikir-pikir gedung-gedung di dunia ini banyak sekali jendelanya ya, sudah begitu jendelanya dilapisi kaca yang bening. Hebat sekali, kaca di duniaku adalah benda yang sangat mahal, apalagi kaca bening.

Aku berjalan menuju koridor tempat banyak orang berlalu lalang. Gedung sekolah ini memiliki banyak ruang, dan setiap ruang dipenuhi meja serta kursi yang berbaris. Di setiap dinding bagian depan selalu ada sebuah papan berwarna putih, bersama sepasang bangku dan meja yang lebih lebar.

Aku menebak ini adalah tempat belajar para siswa, akupun mengikuti beberapa orang yang berpakaian sama denganku masuk ke salah satu ruangan. Aku berjalan dan menduduki salah satu bangku yang berada di sebelah jendela. Saat aku duduk, aku menyadari tatapan semua orang tertuju padaku.

"Mm.. kamu bukannya anak kelas XI ya?" Seorang gadis berambut panjang dengan kacamata yang besar bertanya padaku.

Apa itu kelas sebelas?

"Kelas sebelas itu apa?"

Semua orang saling memandang heran. Loh? Apa aku salah ucap?

"Hah? Gue gak ngerti deh kelakuan orang pinter" Kata seseorang dibelakang gadis itu.

"Ngigo kali dia, wkwk" Kata orang disebelahnya.

"Uuh, kamu kelasnya bukan disini kan? Kelas kamu di lantai dua kan? XI IPA 3?" Gadis itu mengabaikan sekitarnya dan kembali bertanya padaku.

Pantas saja mereka semua heran, aku salah memasuki ruangan. Sepertinya setiap anak dibagi dalam beberapa kelompok dan belajar di tempat bernama kelas.

"Oh, iya. Maaf, aku salah ruangan" Aku segera pamit dan keluar dari kelas itu.

Aku melihat dibagian atas pintu ruangan yang tadi kumasuki. Ada sebuah papan bertulisan XII IPS 4. Sepertinya aku bisa menemukan ruanganku dengan melihat papan di setiap pintu. Akupun berjalan menuju lantai dua dan mencari ruang kelas XI IPA 3. Tak jauh dari tangga aku langsung menemukan ruang kelas itu.

Tepat saat aku sampai di pintu, seseorang menyapaku dari dalam kelas.

"Wah, akhirnya nggak telat nih sampenya! Berhasil ya batunya?"

Seorang gadis manis dengan rambut panjang sebahu yang terurai menyapaku. Ia sedang duduk dibangku dan salah satu tangannya menahan dagunya, ia tersenyum.

"..." Aku bingung mau menjawab apa, akhirnya aku hanya tersenyum.

"Gileee manis banget sih senyumannya! Kayaknya udah siap nih buat nraktir gue makan siang"

Aku bingung dengan apa yang dikatakan gadis ini, tapi sepertinya Sina telah membuat janji padanya.

"Ah, iya" Aku hanya mengiyakan sambil tersenyum.

"Mantaaaap! Gini nih namanya temen~" Gadis itu merangkulku.

"I loph yu pul!"

Eh? Apa yang dia bilang? Cinta? Mukanya boleh saja sih, tapi sekarang aku sedang berada di tubuh Sina. Kalau aku berada di tubuhku yang asli, aku bisa saja menerimanya...

"Em... maaf, aku tidak bisa jatuh cinta padamu"

"Iiiiih kok gitu siiih! Jahaaaat"

Gadis itu merengek sambil menggoyang-goyangkan tubuhku, tapi ia segera melepaskan genggamannya. Aku kembali merasa mual...

SelevenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang