Tiga Hati

1.4K 92 9
                                    

Di dalam Auditorium

Saya menacari kedalam tapi Dian sudah tidak ada di ruangan ini. berlari ke taman barangkali Dian ada di taman. Dian masih tidak ada di mana mana, dan saya putus kan untuk pulang dan tidak melanjutkan acara tersebut.

Besok dan satu bulan ke depan saya mungkin gaakan liat dan bertemu Dian karena kita sudah memasuki libur tahun ajaran baru. Sebenarnya udah sangat ingin menemuinya dan meminta maaf. saya pengen kita deket lagi kaya dulu, saya pengen jujur sama diri saya sendiri dan Dian.

Dari dalam taada hal yang bisa saya lakukan selain bermain ponsel sambil mendengarkan rintikan air hujan. saya membuka Instagram tak sengaja melihat like-an terakhir Dian. Foto itu tentang sebuah poster jadwal kajian di sebuah masjid raya di Bandung. Dan jadwal yang ada di dalam foto itu menunjukan jam dua sampai jam lima sore ini.

"Apa mungkin Dian bakal ada di sini ya?" ujarku dalam hati. Mungkin ini adalah sinyal kabar bahwa ia akan ada di situ, setalah di search alamatnya saya putuskan untuk datang ke tempat itu. Tapi tidak untuk mengikuti kajiannya. Saya merasa diri ini belum pantas untuk memasuki mesjid agung ini. Entahlah hidup saya bagaikan satu rim kertas yang tumpah, yang arah dan tujuannya belum tersusun rapih, dan bahkan tidak di ketahui bagian mana yang mau di susun untuk menjadi tujuan hidup .

Usia segini memang masih labil bukan? untung saja saya sempat bertemu orang-orang seperti Dian, yang sudah menentukan hidupnya dari saat ini.

beruntunglah ternyata masjid ini berada di sebuah Mall besar di bandung dan di depan nya terdapat sebuah cafe coffee, dan coffee memanglah teman menunggu yang terbaik. bisa kalian simpulkan sendiri kan betapa buruknya diri ini, yang lebih memilih sebuah cafe daripada mengikuti acara di masjid.

Sudah satu setengah cangkir coffe dan beberapa makana ringan telah membalai meja ini, namun Dian tak kunjung keluar dari masjid. "Sekarang udah mau setengah enam dan orang orang belum pada keluar".

Tak lama adzan magrib berkumandang, dan saya mencoba masuk ke dalam masjid untuk sekedar sholat magrib. Ternyata untuk tempat shalat wanita di bedakan dengan di tempatkan di lantai dua, dan untuk yang kajian di tempatkan di lantai satu yang di mana di beri pembatas antara wanita dan laki-laki. Dari atas sini saya bisa melihat orang orang di bawah, tapi saya tidak melihat Dian sama sekali. Rasanya saya mulai pesimis Dian ada di sini.

Setelah beres sholat magrib saya kembali ke cafe tadi dan menunggu.
orang orang bubaran dari masjid sebenarnya sih yang saya liat acara kajian nya udah beres hanya orang orang masih tetap pada tempatnya setelah melanjutkan dengan sholat magrib. Gak lama mulai terlihat bebrapa orang keluar dari masjid dan di susul dengan beberapa orang lainnya. Dan Allah memang baik, Dian benar ada di sini.

"Dian"

"Assalamualaikum Deara? Kenapa kamu di sini?"

"Wa'alaikumsalam.. emangnya ada larangan nya ya Deara gak boleh masuk?"

"Hehe enggak sih masjid kan tempat umum. Kamu ikut kajian juga tadi?"

Menundukan kepala dan malu "enggak.."

"Terus kenapa ada di sini"

"Ke cafe yuk, nanti aku jelasin" menarik tangan Dian.

"Apa kamu ketemu sama aku Rio udah tau?"

"Gue udah putus sama Rio"

"Kenapa?"

"Rio nyuruh gue untuk pergi"

"Rio putusin kamu?"

"Rio nyuruh gue untuk pergi ke tempat di mana hati gue seharusnya berada"

"Maksud kamu ra?"

Bad Girl Vs Ketua RohisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang