chapter 3 # Lomba Cabai ? hati cabai?

6.9K 560 11
                                    


" ingin membawanya lawan aku dulu." Kata jenderal Long dengan suara yang mengandung bubuk mesiu.

" anak yang tidak berbakti! Kau pikir aku takut? Kakek ini menerima tantanganmu." Kata Long Li Mo dengan percaya diri.

Huf,kapan ini berakhir? Apakah dunia terbalik?

""*#*""

Ayah dan anak ini memang tak pernah mau mengalah. Untungnya, sudah biasa di keluarga Long. Jika di luar kedua ayah dan anak ini bersikap layaknya gunung es. Seakan bukan dari dunia fana.

Jenderal Long mengangkat dagunya dengan wajah sombong. "Kau sudah tua, tapi masih seperti bocah." Pernyataan jenderal Long terdengar di telinga para penjaga, didalam hati berkata bukannya anda juga jenderal?. Tapi tidak akan pernah bisa diungkapkan di bibir.

Mendengar itu, kakek Long marah akan ucapan anak yang tidak berbakti."hei, nak. Jangan banyak omong kosong! "

Berduanya sampai di kolam ikan. Telah disiapkan oleh pelayan dua meja yang berisikan cabai merah gemuk enak dilihat tapi tidak enak dimakan terlalu berlebihan, apalagi dimakan langsung. Pertandingan akan dimulai ala keluarga Long .

" Mo Zi, aku perintahkan kau menjadi hakim !"kata jenderal Long dengan nada memerintah. Yang di perintahkan justru santai dengan langkah kaki tidak terburu-buru. Anggun dengan menikmati kipas yang melambai-melambai . Karena bukan dalam kondisi perang sungguhan hanya perang anak-anak. Tapi kedua ayah-anak ini seakan sedang perang dunia.

Sungguh Mo Zi tidak berdaya karena perintah atasannya tidak bisa di tolak. "Baik, tuan." Jawaban yang diucapkan setengah dari ketulusan didalam hatinya.

"Itu, tidak adil karena pihak hakim pengawalmu sendiri." Kakek Long melotot pada anaknya. " Mo Lan, kau jadi hakim." bukannya kamu juga Patriak? Hati para bawahan keluarga Long.

" bukannya kamu juga Patriak? Hati para bawahan keluarga Long

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mo Lan
(Batu giok biru)

Pria berpakaian biru justru mau kabur, dengan alasan pergi ke dapur keluarga Long mencicipi kue kering. Tapi, mendengar tuannya memanggil dan melototinya seakan mencingcang tubuhnya. Bulu kuduknya sudah mulai berdiri menandakan firasat buruk .

Tak berdaya, seharusnya dia tau jika kedua tuan disatukan dia harus pergi ke dapur lebih awal sebelum perang dunia. itulah yang harus tercatat dalam benak dan hatinya. Ah, Bila perlu membuat catatan di buku makanan favorit dan resepnya.

" baik, tuan." Jawab Mo Lan Sambil terkekeh karena ketahuan dia akan kabur. Berjalan dengan langkah kaki yang menurutnya santai sambil memasang muka tidak bersalah. Ekspresinya seakan meminta dipotong gajinya.

"Kita mulai saja." kata Mo Zi dengan kipas ungu yang digunakan untuk menggantikan bendera.

" satu. Dua. Tiga.slruuu !!"( anggap saja bunyi seruling ). Aba-aba Mo Lan dengan akhiran menggunakan seruling karena tidak ada peluit untuk perlombaan, dia hanya memiliki peluit untuk pemanggil binatang atau keadaan darurat. Inikan hanya permainan boy jadi ..... maafkan aku seluling, demi kue keringku. Kau tumbalkan.

Pengawal dan pelayan berkumpul mendukung jenderal Long dan patriak tua layaknya menonton pertunjukkan. Mereka berharap siapapun yang menang bisa memberi bonus ah.

Hasilnya dua anak-ayah ini tidak bisa di tentukan. Karena hasil akhir keduanya waktu yang sama.

" KekTam.! Yang menang!" Kata Long Li Mo dengan muka yang merah sampai ke leher, mulut seperti ikan koki yang terdampar.

" maniak, aku yang menang!" Kata jenderal Long dengan bibir yang bengkak karena kepedasan "hakim menentukan!" Lanjut jenderal Long dengan merebut kipas Mo Zi berharap bisa meringankan panas yang ada di bibir nya.

Mo Zi tak berdaya begitu pula Mo Lan yang dibujuk oleh muka patriak Long dengan mata memelasnya tapi membuat dia merinding . Jika, itu digunakan untuk gadis tidak masalah, mungkin sudah pingsan ditempat.

Mo Zi dan Mo Lan saling pandang dan berkata serempak. "Pemenang Tuan!" Tidak ada jawaban dari kedua tuan mereka. Setelah dilihat ternyata keduanya sedang perang mata, ada yang melotot dan satunya memicingkan matanya.

Mo Zi akhir nya menganjurkan "sebaiknya ditentukan oleh nona muda saja." Sambil mengambil kipas yang ada di tangan jenderal Long. Berpikir menurutnya ini cara yang efektif. Ah, tak disangka ternyata dia memiliki ide brilian.

" baiklah, pasti Yun'er memilih ayahnya yang tampan ini." Kata jenderal Long dengan nada narsisnya.

" Tidak. Yun'er memilih KekTam. Ini" suara patriak Long yang narsiz. Suaranya terdengar tapi orangnya tidak ada. Ternyata patriak Long sedang berjongkok di depan kolam dengan menyiduk air ke mulutnya berharap bisa meredakan rasa  pedas di mulut. Semua orang yang melihat nya tidak bisa tidak memutar mata mereka.

Long Yue YunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang