New Beginning 3 🚪 2park deephwi

2.1K 243 44
                                    

Jihoon sudah tidak mendengar suara Seulgi yang mengomel pada Chanyeol atau suara televisi yang di tonton Chanyeol sembari menyimak nyanyian sumbang istrinya.

Sudah lewat tengah malam. Jihoon meregangkan tubuhnya. Merapikan buku-buku tebal yang jadi pelampiasan rindu nya. Ah.. ya, rindu. Begitu merebahkan dirinya di atas ranjang, Jihoon kembali di sergap rasa rindu pada mahluk yang berada jauh di sebrang lautan itu.

Park Woojin. Woah, tepuk tangan yang gemuruh untuk pemuda tampan ini.

"Bagaimana bisa aku merindukan orang gila sepertinya. Dia itu maniak !" Jihoon bermonolog.

Tapi nyatanya Jihoon merindukan simaniak ini.

Jihoon diam, ini yang dia benci. Matanya belum mau tertutup walau tubuhnya sudah berebah nyaman di kasur. Pikiran nya pasti memutar kejadian-kejadian beberapa waktu lalu yang dia lewati bersama Woojin.

Throwback~

Jihoon mendesah. Hari sudah mulai gelap dan hujan tidak menunjukkan tanda akan berhenti. Dia menyesal menolak ajakan Daniel untuk pulang bersama, dia pikir satu jam lagi hujan akan segera berhenti.

Jihoon mulai kebosanan berada di koridor utama fakultas kedokteran nya. Hawa dingin menyergap, membuatnya merapatkan jaket untuk mencari kehangatan.

"Setengah jam lagi" gumamnya sambil menatap jam tangan dan hujan yang masih turun bergantian.

"Ayolah, ini sudah gelap. Aku akan mengantarmu pulang"

Jihoon menyalakan ponsel, mencoba menyibukkan diri. Mengacuhkan mahluk yang masih setia membujuk nya untuk pulang.

Park Woojin.

Hhahaha pemuda tampan itu bahkan sudah berdecak kesal berkali-kali melihat Jihoon tetap tidak merespon nya. Menolak untuk pulang bersama. Tapi... mana mungkin Woojin meninggalkan Jihoon sendirian?

Tidak sendirian dalam arti sebenarnya. Ada beberapa orang yang masih bertahan disana untuk alasan yang Woojin tidak mau tahu. Padahal Woojin sendiri ingin segera pulang dan bergelut dengan selimutnya. Ahh pasti akan sangat nyaman.

Semakin lama. Orang-orang juga memilih untuk beranjak pergi. Sudah satu jam lebih sejak Jihoon terlalu asik dengan game-game di ponselnya. Sampai hari benar-benar gelap, sampai ponsel Jihoon mendadak mati karena batrainya habis. Dan pemuda itu mengumpat.

Jihoon memeriksa sekitar. Dia benar-benar terlalu asik sampai tidak sadar sekarang sudah sepi. Benar-benar tidak ada lagi orang selain dirinya disana. Berarti Woojin juga sudah pergi. Cih, dasar pembual.

Bukan nya Jihoon berharap pemuda itu akan benar-benar menunggunya, dia bahkan senang Woojin sudah pergi, tapi dia bisa membuktikan bahwa omongan Woojin hanya bualan.

Mana ada yang mau menunggu orang yang sudah jelas tidak mau pulang bersama di tengah hujan padahal kau bisa langsung pulang untuk tidur?

BLLAAMM !!

Jihoon tersentak kaget, dia benar-benar memegangi dada saking terkejutnya. Ayolah! Ini sudah gelap di sebuah gedung perkuliahan dan hanya ada dia. Mana mungkin terdengar suara bantingan pintu sekeras itu tadi? Tidak lucu.

Tapi mata Jihoon otomatis bergerak panik mengawasi sekitar. Hujan masih turun dengan deras. Jihoon harus tenang dan berpikir positif. Maka dia menarik nafas panjang dan menghembuskan nya perlahan.

Mungkin angin yang menyebabkan suara debuman pintu. Atau masih ada orang disini, yang ikut menunggu hujan dan Jihoon tidak menyadarinya karena terlalu asik dengan ponsel. Tapi siapa?

With Love 2Park✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang