"Pindah dong,"
Prilly menolehkan kepalanya ke belakang, mendapati Ajeng yang sedang sibuk melengkapi catatan bukunya tiba-tiba di ganggu oleh laki-laki sialan yang kemarin juga mengganggu tidur siangnya.
"Mau kemana?" tanya Prilly pelan ketika Ajeng membawa tas dan buku-bukunya dari meja.
"Pindah ke depan," jawab Ajeng sekenanya. Tatapan matanya memperlihatkan kepasrahan karena perempuan itu tidak ingin menjadi seperti Prilly yang sampai sekarang masih berurusan dengan laki-laki tengil bernama Ali itu.
Prilly hanya mengangguk dan menatap Ajeng yang kini sudah menaruh buku-bukunya di meja paling depan. Itu adalah tempat duduk Ali sebelumnya, dan sekarang laki-laki itu duduk di belakangnya.
Iya, tepat di belakangnya.
Pagi ini firasatnya tidak enak, dan ia tidak yakin dengan apa yang akan terjadi nanti siang, besok dan besoknya lagi. Selama Ali masih berada di sekitarnya, selama itu pula Prilly tidak akan pernah mengingat lagi bagaimana rasanya hidup tenang.
***
Masuk jam pelajaran kedua, kini kelasnya sedang melakukan sesi listening untuk pelajaran bahasa inggris. Semua orang sibuk berkonsentrasi dan memasang telinganya lebar-lebar agar bisa mengisi soal di buku masing-masing. Ngomong-ngomong, Kelas ini terdiri dari dua puluh lima orang, mereka semua memiliki bangku yang saling terpisah. Seisi kelas ini adalah sekumpulan murid individualis yang fokus pada urusan mereka sendiri.
Tapi semenjak hari pertama semester baru di mulai, atau lebih tepatnya saat mereka semua berada di kelas yang sama dengan Ali, mereka semua tidak lagi bisa fokus pada urusan masing-masing. Ali selalu membuat ulah, bahkan ini baru tiga hari pertama kelas intensif di mulai.
"Ak'!" Prilly menoleh ke belakang untuk yang ke sekian kali ketika ia merasa rambutnya yang dikuncir satu itu di tarik. Dan yang ia lihat masih sama, Ali berpura-pura tertidur dengan kedua lengan yang terlipat seolah barusan yang menarik rambutnya adalah mahkluk ghaib.
Prilly memutar bola mata dan kembali fokus pada soal yang hampir saja terlewat, ia sedang berkonsentrasi karena ia tidak ingin membuat masalah di kelas Miss Anna, guru bahasa inggris yang terkenal disiplin dan keras kepala itu. Matanya sesekali mencuri pandang pada wanita dengan ekspresi judes-nya yang kini sedang bersedekap dan berdiri di tengah-tengah kelas mengamati satu persatu muridnya.
"Aw! Sakitt!" Prilly meringis, perempuan itu tidak tahan lagi dan sekarang ia berani memukulkan pulpen-nya ke kepala Ali yang masih telungkup di atas meja. Prilly berbisik keras, "Bisa diem nggak, sih lo?!"
Tidak ada respon. Prilly memang hanya membuang-buang waktu seolah ia sedang berbicara dengan sebuah patung hidup. Perempuan itu mulai kesal dan mulai menggerakkan kursinya ke depan agar Ali tidak bisa menjangkau rambutnya lagi.
Untuk lima menit selanjutnya memang tidak, tapi ketika Prilly sedang kembali fokus pada lembar terakhir soal listening di tangannya. Tiba-tiba kursi yang ia duduki ditarik kuat hingga membuat ia berjengit kaget dan refleks berdiri lalu menggebrak meja Ali. "LO TUH KENAPA SIH?!"
Teriakan Prilly itu sukses membuat perhatian seisi kelas tersita. Miss Anna kemudian berjalan menghampiri tape dan mematikan audio soal hingga kelas menjadi hening seketika. Ali kemudian mengangkat wajahnya dan melakukan peregangan sambil menguap lalu tersenyum miring ke arah Prilly.
"DASAR COWOK SINTING!"
"Hey Prilly, why are you so noisy?"
Prilly menolehkan kepala ke arah wanita yang kini berjalan ke arahanya dengan aura horor, menyadari bahwa semua pasang mata kini menatap ke arahnya, ia menelan ludah. "Miss, dia dari tadi jambak rambut saya terus,"

KAMU SEDANG MEMBACA
Tsundere
FanficSemua orang tahu Ali. Prilly juga tahu Ali. Hanya sekedar tahu, tapi tidak saling mengenal. Namun Ali tidak pernah tahu, bahwa Prilly adalah salah satu perempuan yang berada di sekolah yang sama dengannya. Mereka tidak berencana terlibat satu sama l...