Tsundere : 01

26.8K 2.5K 70
                                    

Meskipun selera makannya sedikit berkurang, Prilly terpaksa menyeret kakinya ke kantin karena cacing-cacing diperutnya tidak berhenti bersuara. Hari ini adalah hari pertama masuk sekolah, dan satu-satunya alasan yang membuat nafsu makannya menurun adalah karena teman-teman kelasnya yang baru.

Tiap tahun ada sistem rolling class, dan untuk tahun ini, Prilly ditempatkan di kelas yang benar-benar asing untuknya. Semuanya orang-orang baru-nggak semua, sih, beberapa ada anak eksis yang sering ia temui di koridor kelas sedang bergerombol kini berada di kelas yang sama dengannya, tapi Prilly tidak pernah mengenal mereka. Prilly tidak mau mengenal dan ia tidak mau berkenalan dengan salah satu dari mereka.

Setidaknya ini adalah tahun terakhirnya sekolah, hanya tinggal setahun lagi dan ia akan bebas dari tempat yang sangat membuatnya terintimidasi selama dua tahun terakhir.

Pagi ini ia hanya makan sepotong roti dan segelas teh manis. Siang itu suasana kantin penuh menjelang berakhirnya bell istirahat kedua, belum lagi ditambah siswa-siswa kelas 11 yang baru selesai berolah raga. Jatah makan siangnya hari ini belum ia ambil, jadi Prilly segera bergabung dengan barisan orang-orang yang mengantri untuk makan siang mereka.

Sekolah Prilly memang bukan sekolah biasa pada umumnya. Sekolah yang berdiri atas nama yayasan swasta yang cukup terkenal, dan termasuk sekolah swasta yang paling diincar oleh kaum sosialita kelas menengah atas. Kalau ada yang bertanya kenapa Prilly bisa sampai tersesat di sini, jawabannya adalah karena beasiswa. Dan murid beasiswa di sini benar-benar diremehkan. Jadi semuanya cukup masuk akal kenapa Prilly ingin cepat-cepat menyelesaikan pendidikannya.

Prilly menelan ludah, menu hari ini cukup membuat matanya sedikit terbuka. Tinggal dua orang lagi yang mengantri di depannya, sementara dibelakangnya ada sekitar lima belas orang yang masih berdiri dengan teratur.

Saat satu orang paling depan telah mengambil piring makan siangnya, tiba-tiba dua orang laki-laki yang masih berkeringat sehabis bermain futsal itu menyerobot dan dengan santainya berdiri sambil cekikan di posisi paling depan. Hal itu langsung membuat orang-orang yang berdiri di belakang Prilly mendesah dan berdecak, namun tak ada satu pun dari mereka yang berani memprotes kedatangan dua laki-laki itu.

"Ya ampun, kenapa sih..." Perempuan yang berdiri tepat di belakang Prilly itu bergumam kesal.

Prilly menolehkan kepalanya ke belakang dan ia melihat seorang siswa laki-laki di jajaran paling belakang hanya bisa menghela napas pasrah. Prilly kemudian kembali mengalihkan perhatiannya pada laki-laki jangkung yang tanpa rasa bersalah berdiri sambil memasukkan tangannya ke dalam saku celana. Prilly tahu namanya, dan siapapun juga tahu kalau laki-laki yang biasa dipanggil Ali itu adalah orang yang paling disegani di sekolah ini.

Tanpa pikir panjang, setelah Arbani-teman Ali yang juga datang bersamanya tadi sudah mendapat piring makan siang-Prilly tanpa ragu berpindah posisi dan berdiri tepat di depan Ali ketika piring bagian Ali baru saja hendak di serahkan oleh petugas kantin.

"Oy," seru Ali.

Tapi Prilly menghiraukan seruan dengan nada rendah itu dan tersenyum ketika ia berhasil mengambil piring makan siang yang harusnya berada di tangan Ali sekarang.

"Woy!" panggilan itu kembali terdengar dengan intonasi yang lebih tinggi. Namun Prilly sama sekali tidak menggubris dan justru meminta satu piring lagi untuk siswa yang tadi berdiri di depannya sebelum Ali dan Arbani datang.

"Nih, buat lo." Prilly menyerahkan satu piring di tangannya pada siswa laki-laki yang berdiri di belakang Ali. Laki-laki itu terlihat kikuk ketika Ali menatapnya tajam, ia sempat menolak tapi Prilly tetap menyodorkan piring itu ke aranya. "Ini emang bagian lo, nggak usah sungkan gitu, deh."

TsundereTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang