Matanya terbuka perlahan, selang infus menempel ditangannya.
Fariza terbangun dan menoleh kearah mamanya yang sedang berbicara dengan Irma tepat berada di sebelahnya.Ditengah perbincangan tersebut, mamanya tersadar bahwa Fariza sudah terbangun dan langsung menyuruh Irma sahabatnya memanggil dokter.
"Ma, Iza lagi dimana?" Pertanyaannya dengan wajah kebingungan.
"Kamu di rumah sakit sayang, Irma dan seorang lelaki yang mungkin kamu kenal, cepat membawamu ke rumah sakit"
Fariza mengerutkan keningnya yang bertanya-tanya siapa sosok lelaki itu.Tidak lama Irma datang membawa sang dokter.
"Bu, keadaan Fariza sudah membaik! Dia sangat kelelahan, tekanan darahnya menurun, jadi sebaiknya Fariza istirahat dulu dari kuliahnya" jelas dokter yang Sudah sangat akrab dengan Fariza. Mamanya menganggukkan kepala tanda mengerti.
"Za, lain kali jangan terlalu dipaksakan ya!, banyak-banyaklah beristirahat" Fariza pun mengangguk.
Tidak lama sang dokter pergi dari ruangan tersebut.
Setelah mendapat anjuran dari dokter, Fariza bertanya kepada Irma yang dari awal membawa Fariza ke rumah sakit.
"Ir, apakah Irma yang membawa ku ke rumah sakit ini?"
"Iya Za, tapi yang melihat dan meminta bantuan duluan adalah..." ucap Irma terhenti seketika.
Fariza mengerutkan keningnya tanda keheranan.
"Seseorang yang tidak ku kenal Za, tapi berkat dia, kamu bisa cepat dilarikan ke rumah sakit."
Fariza kembali mengerutkan kening, Irma semakin meragukan.
"Sekarang dia dimana Ir?" Fariza yang kebingungan.
"Dia pulang duluan Za, Katanya ada urusan penting" jelas Irma.Fariza yang begitu penasaran dengan seseorang yang menolongnya, tidak lama Jaka datang membawa buah-buahan.
"Assalamualaiku Za" ucap Jaka dengan sopan.
"Waalaikumsalam..." balasan dengan lembut dari dalam ruang Fariza.
"Bagaimana keadaan mu Za?"
"Alhamdulillah, sudah membaik. Jaka tau darimana kalau aku disini"
"Aku mendengar kabar mu dari seseorang, oh iya ini ada surat dari seseorang"
Fariza kembali keheranan.
"Dari Siapa Jak?" Tanyanya yang semakin penasaran.
"Aku tidak tau, tapi salah satu anak kampus perempuan yang memberikan kepadaku, katanya juga dari seseorang, tapi tidak dia beri tahu dari siapa!" Jelas Jaka yang semakin membuat Fariza kebingungan.Ia mulai membuka isi surat tersebut.
Za bagaimana keadaan mu, aku mengkhawatirkan mu.
Aku melihat mu terjatuh dan aku langsung cepat membawa mu kerumah sakit bersama Irma, aku takut kamu kenapa-napa.
Saat kamu terjatuh, aku kebingungan harus bagaimana. Aku tidak bisa menyentuh mu, tapi karena kondisimu sangat darurat, terpaksa aku menggendong mu. Ku harap dirimu tidak marah kepada ku.
Ku harap, aku bisa cepat melamar mu, menghalalkan mu.
Agar aku bisa menjaga mu, dan merawatmu.Fariza lalu menatap Irma dengan rasa semakin penasaran.
"Ir, Jawab jujur, benarkah yang membawaku dirimu dan sang penulis surat ini?"
Irma tidak bisa berbohong namun tetap merahasiakan identitas sang penulis.
"Baiklah Za aku akan jujur, benar aku bersama sang penulis surat cinta mu yang membawamu kemari, namun aku tidak bisa memberi tahukan kepadamu siapa sang penulis surat, karena aku sudah berjanji kepadanya untuk merahasiakan identitasnya dari mu, kumohon Za maafkan aku, dia akan membuka identitasnya pada waktu yang tepat." Jelas Irma yang sedikit merasa bersalah.Fariza tersenyum, dan membelai tangan Irma yang sedikit gemetar.
"Tak apa Ir, aku mengerti. Baiklah aku akan menunggu dia!" Irma membulatkan matanya.
Fariza berkata seperti itu tanda lampu hijau yang akan diberikan kepada si penulis surat.
Jaka yang mendengar pernyataan si Fariza menjadi terdiam.
"Za, aku pamit ya, ada banyak tugas yang ingin ku selesaikan"
Fariza mengangguk tanda membolehkan dia pergi.
Jaka memberi salam dan langsung keluar, dibalik pintu ia menitikkan air mata.
"Jika itu pilihan mu Za, aku ikhlas dirimu memilih imam mu kelak. Karena aku hanya bisa menyimpan Cintaku kepadamu dalam diam, melihat mu bahagia. aku tetap mencintaimu dari kejauhan dan membiarkan perasaan ini menghilang dengan sendirinya" sambil tersenyum dan lekas mengusap air mata yang sudah terlanjur jatuh di pipinya, dan pergi kembali kekampus."Za benarkah, kamu akan menunggunya"
Fariza menganggukkan kepala tanda yakin.
"Za, kamu tidak akan menyesal untuk menunggunya, karena kamu lah orang yang beruntung yang telah dicintainya" jelas Irma sambil tersenyum.
"Cieee, ada yang mulai jatuh cinta nih" seru sang mama yang melihat putrinya mulai membukakan hati pada seseorang.
"Mama tidak sabar melihat calon mu kelak, apakan dia akan menjadi imam yang baik untuk mu?"
Fariza tersenyum.
"Insyaallah, dia akan menjadi imam yang baik untuk Iza" seru Fariza yang yakin kepada si penulis surat bahwa sang penulis adalah orang yang baik dan kuat imannya.Keesokan harinya Irma kembali menjenguk Fariza dan membawakan kembali surat dari sang penulis.
Za, aku sudah mendengarnya dari Irma, benarkah kamu memberikan lampu hijau untuk ku? Aku sungguh senang mendengar pernyataan mu dari Irma.
Terima kasih Za, akan ku jaga pandangan ku hanya untuk mu, akan kujaga cinta ini hanya untuk mu.
Insyaallah secepatnya aku akan melamarmu.
Aku harap dirimu sabar menunggu ku...Fariza tersenyum haru dan berdoa agar ia tetap menjaga dan terus membukakan hati untuk sang penulis.
*maaf untuk pembaca yang lama menunggu part ini 😊, karena banyak tugas penting yang harus diselesaikan😢. Kuharap para pembaca masih mau membaca karangan ku ini.*
*untuk yang selalu mendukung cerita ku, aku berterima kasih*
*kalau part selanjutnya agak lama rilisnya, aku benar-benar minta maaf😭*
KAMU SEDANG MEMBACA
ADA CINTA DIBALIK CADAR
RandomKisah seorang gadis bercadar yang menunggu cintanya. Dengan sabar siapakah seseorang yang sering memberinya surat.