Membiasakan Diri

1.3K 64 2
                                    

Hari yang benar-benar ditunggu oleh kedua pasangan yang sangat suci ini.
Fariza terlihat begitu cantik meskipun masih tertutup oleh cadarnya.
Terdengar ketukan dibalik pintu kamar Fariza.
"Subahanallah sayang, kamu sungguh sangat cantik. Tidak terasa putri kesayangan mama sudah menjadi wanita yang soleh dan sebentar lagi hendak menikah, ayo sayang cepat calonmu sudah menunggu untuk melaksanakan Ijab Kabul"
Seru mamanya sambil tersenyum bahagia. Saat Fariza sudah datang, betapa kagumnya semua keluarga termasuk Haryaka melihat betapa cantiknya Fariza mengenakan baju pengantin, ia terlihat seperti bidadari yang tengah diiringi dayang. Saat Fariza duduk disamping Haryaka terasa sedikit canggung, namun tanpa pikir panjang Ijab Kabul dimulai. Kata demi kata Haryaka ucapkan untuk menghalalkan Fariza dengan sepenuh hati.
Saat semua setuju, waktunya memasangkan cincin kejari masing-masing pasangan, namun disaat Haryaka mencium kening Fariza, Fariza begitu malu, beberapa kali ia menutup wajahnya karena pertama kalinya iya disentuh oleh lelaki. Namun Fariza Memberanikan diri, karena yang mencium keningnya adalah suaminya sendiri. Kecupan hanyat dikening membuat jantung Fariza berdegup kencang.

Pelaksanaan Ijab Kabul telah selesai, acaranya akan dilaksanakan esok hari, saat berada dikamar sudah waktunya ia memperlihatkan wajahnya didepan sang suami. Dibukakan perlahan cadar Fariza oleh Haryaka. Wajah Fariza akhirnya terlihat jelas oleh Haryaka.
"Subahanallah, alhamdulillah aku tidak salah memilih seorang istri, dengan sabar aku menunggumu, akhirnya Allah memberikan yang terbaik. Terima kasih sayang kamu telah hadir dalam hidup Mas"
Sambil menitikkan air mata tanda bersyukur, Fariza mengusapkan air mata sang suami dengan senyuman manis.
"Mas, Iza lah yang bersyukur. Karena doa Iza lah yang telah dikabulkan oleh Allah, sudah lama Iza menyukai Mas, alhamdulillah dengan rasa nyukur Doa Iza terkabulkan" senyuman Haryaka muncul saat mendengar ucapan Fariza yang menenangkan hati.
"Terima Kasih sayang, ayo kita sholat berjamaah dulu" Fariza menganggukkan kepalanya dan mulai bersiap-siap menjalankan shalat berjamaah.

Ayat demi ayat Haryaka lantunkan, bukan hanya mengaji, shalat pun menjadi semakin khusyu.
Dan selesai tahiyat akhir, mereka memanjatkan do'a memohon agar rumah tangga mereka menjadi SeMaWa dan mereka berdoa agar terjauh dari siksa neraka.
Saat Fariza menyalimi tangan suaminya, mereka menjadi duduk dengan posisi berhadapan.
"Za aku masih merasa kalau ini adalah mimpi!"
Fariza hanya tersenyum dan mencium kening suaminya itu.
"Mas, ini bukan mimpi. Ini nyata Mas, Mas sudah menjadikan Iza sebagai Istri Mas! Jangan pernag berkata lagi kalau ini adalah mimpi!" seru Fariza yang sedikit kesal.
Haryaka hanya tersenyum mendengar suara manis Fariza yang terdengar sedikit menggemaskan.

Dibukanya mukenah Fariza, dan digendongnya kekasur. Fariza masih tersipu malu melihat suaminya yang dari tadi tersenyum jahil.
"Za, mas minta izin padamu, untuk memilikimu seutuhnya" sambil tersenyum manis.
"Mas, Iza sudah menjadi milik Mas seutuhnya, dan insyaallah untuk selamanya."

Keesokan hari mereka melaksanakan acara pernikahan, tidak begitu mewah. Sederhana tapi indah.
Banyak dari kalangan sahabat, keluarga, maupun masiswa dan mahasiswi kampus datang keacara pernikahan Haryaka dan Fariza.
Mereka terlihat sangat serasi disinggah sana, banyak yang iri melihat kedua pasangan ini. Mereka tampak seperti seorang pangeran dan seorang putri.
Acara terus berjalan sampai malam hari. Betapa lelah mereka melaksanakan acara pernikahan, mereka pun kembali beristirahat.

Hari berikutnya mereka kembali beraktifitas seperti biasa. Mereka bersiap-siap untuk pergi kekampus, Fariza mengajak suaminya untuk sarapan.
"Wah Istri Mas buatkan sarapan. Hehe" goda Haryaka yang melihat istrinya sangat mahir memasak.
Fariza malah malu-malu dengan godaan sang suamu.

Siapnya mereka sarapan langsung beranjak kekampus. Saat mereka masuk bersama, orang-orang menyapa mereka dengan selamat.
"Mas keruangan duluan ya Za"
Fariza hanya mengangguk didepan lokernya.
Tidak lama dari belakan ada yang tiba-tiba merangkulnya. Ternyata yang tidak lain adalah sahabatnya sendiri.
"Cieeeeee, ada yang berbunga-bunga tadi malam" goda Irma kepada Fariza yang dari tadi terkejut denga tingkah sahabatnya.
"Apa sih Ir, kepo deh! Tapi alhamdulillah semalam berjalan dengan lancar" jawab Fariza.
"Alhamdulillah kalau begitu, aku jadi Iri pada mu Za. Entah kapan aku dapat calon suami seperti pak Haryaka"
"Irma jangan pernah iri pada apa pun, insyaallah kamu akan mendapatkan yang lebih baik." seru Fariza yang menyemangati sahabatnya.

Saat ditaman Fariza duduk sambil membaca sebuah novel, tiba-tiba ada seorang wanita yang tidak ia kenal mendekatinya.
"Permisi, kamu Fariza ya" kata wanita itu dengan baju yang sedikit ketat, dan rambut terurai.
Fariza hanya menganggukkan kepalanya.
"Hmm, selamat ya atas pernikahan kamu dengan Haryaka. Tapi sepertinya, dia tidak lama lagi akan meninggalkan mu" dengan senyum sinis tanda kebencian.
Mata Fariza membulat, melihat sikap wanita yang entah dari mana datangnya.
Wanita itu pun pergi tanpa sepatah katapun, Fariza terdiam mencerna apa yang dimaksud wanita tadi.
Lalu datang Jaka yang kebingungan dengan ekspresi Fariza.
"Za, kamu gak papa?" sambil melambaikan tangan didepan wajah Fariza.
"Astagfirullah Jak, sejak kapan kamu disini?" seru Fariza yang tiba-tiba terkejut.
"Tidak lama, kamu kenapa? Ekspresimu kayak ketakutan gitu!" tanya Jaka yang sedikit penasaran.
"Gak papa kok Jak, oh iya kelasmu sudah selesai?"
"Oh, sudah ni. Oiya suamimu menunggu kamu didepan" info yang Jaka berikan.
"Terima kasih Jak, lain kali kita berbincang lagi ya" Fariza pergi dengan berpamitan.

"Alhamdulillah, wanita yang ku cintai sudah bahagia, aku harap Fariza bahagia untuk selamanya"
Dengan senyuman rasa syukur Jaka, melihat Fariza yang bahagia.

Kedua pasangan tersebut pulang tanpa berkata apa pun.
Haryaka bingung dengan sikap istrinya yang dari tadi melamun.
Ia sentuh pipi sang istri.
"Sayang, kita sudah sampai"
Tersadah dari lamunannya, Fariza keluar dari mobil tanpa berkata sedikitpun. Haryaka semakin heran denga sikap istrinya.

Saat dikamar Fariza membukakan dasi yang terpasang di kerah baju suaminya, Haryaka menatap Fariza yang semakin membuatnya bingung.
Saat Haryaka membalikan badan,  tiba-tiba Fariza memeluk dari belakang.
"Mas, Iza takut Mas tinggalkan Iza"
Sambil menitikkan air mata.
Kembali Haryaka membalikkan badan dengan posisi berhadapan dengan Fariza.
Tidak tahan dengan sikap Fariza,  Haryaka memegang pipi sang istri dengan sangat gemas.
"Istriku Sayang, Mas tidak akan pernah meninggalkan Iza, Kita baru saja menikah, tidak mungkin Mas meninggalkan Istri mas yang Cantik ini" sambil mengusapkan air mata yang baru saja jatuh di pipinya yang manis itu.
Mendengar perkataan sang suami,  Fariza kembali bersemangat.
Ia akan berusaha membiasakan dirinya untuk sang suami,  karena ia yakin setiap ada masalah, akan terselesaikan dengan baik.






"Untuk para pembaca, maaf kalau part ini barusaja dirilis😢, aku harap part ini tidak begitu membosankan"
"Dan terima kasih sudah membaca karya ku, ku harap part selanjutnya lebih menarik lagi"

ADA CINTA DIBALIK CADARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang