Hari berganti hari, dan bulan berganti bulan, tak terasa perut Fariza mulai membesar, sudah 8 bulan Ia mengandung anak pertamanya.
Beribu do'a yang mereka berdua lontarkan, namun didalam kebahagiaan mereka masih terdapat seseorang yang masih belum menerima kenyataan tentang mereka.Dan belakangan ini mereka menemukan banyak sekali teror-teror yang membuat mereka menjadi was-was, ada yang berupa sebuah baju bayi yang dilumuri darah, sebuah kotak yang berisikan kepala ayam, dan macam-macam jenisnya. Kehawatiran dan prasangka buruk mulai terjadi, tetapi mereka tidak ingin menuduh orang sembarangan.
Masih banyak yang harus mereka persiapkan untuk kelahirannya, meskipun seperti itu Fariza tetap pergi kekampus walau sudah berulang kali suaminya menyuruhnya untuk cuti selama kehamilannya.
Saat dikampus Fariza sedang duduk sambil membaca Al-qur'an, tidak lama sahabatnya datang dengan membawa sebuah cemilan.
"Subahanallah, seorang ibu sedang membacakan ayat suci untuk buah hati tersayang, dede harus pinter di dalam ya, kalau udah keluar jangan buat umi mu susah, nanti ga tante kasih permen hehe"
"haha, Irma kamu juga pengen ya?"
"Iza mah ngejek aja, ya mau lah tapi ga tau siapa" dengan wajah yang cemberut masam setelah di ejek Fariza.
Tidak lama datang jaka yang membawa buah-buahan.
"hai Fariza Irma, wah lagi ngumpul ala ibu ibu ya, hahaha" tatapan keduanya mulai tajam ke arah Jaka setelah di beri ejek Jaka.
"apan sih jak, aku kan belum jadi ibu-ibu, Fariza tuh yang udah mau jadi ibu-ibu" tatapan tajam Fariza beralih ke Irma.
Jaka dan Irma menjadi tertawa bersama setelah saling mengejek.
"sudah ah candaannya, Za nih buah buat kamu, Bagus buat kehamilan mu"
"makasih Jak, Oh iya kamu ga ada niat buat cari calon gitu?"
Jaka terdiam sambil membuka buah jeruk.
"Udah dapat kok Za, cuman dia belum tau" Fariza terheran dengan jawaban Jaka yang sangat santai, tidak lama Fariza melirik ke arah Irma dan memberi kesimpulan sendiri.
"nih jeruknya" memberikan hasil kupasannya ke Fariza.
"aku jadi penasaran dengan wanita yang sudah kamu dapat, siapa sih?"
"tenang saja, sebentar lagi kamu bakal tahu kok, aku akan langsung melamarnya."
Fariza dan Irma terkejut setelah mendengar jawaban yang baru saja dijawab oleh Jaka.
"Jaka kamu luar biasa, aku jadi iri, kalian berdua sudah memiliki pasangan tinggal aku deh" keluh Irma.
Mereka berdua tersenyum geli melihat reaksi Irma.Tidak lama sang suami datang ke tiga orang yang dari tadi sedang asik bercanda.
"hai, asik sekali bercanda, ayo Za kita pulang, saya bawa pulang dulu ya sahabat kalian?"
"haha, bawak saja pak, kami sudah selesai kok, kami juga ingin pulang, oiya jaga adik kecil kami ya pak"
"haha iya iya" candaan mereka berakhir dengan canda tawa.
Mereka pergi meninggalkan Irma dan Jaka.
"Ir, kamu pulang naik apa?"
"Aku naik bus"
"kalau begitu aku yang antar, mumpung aku tidak ada tumpangan"
Awalnya Isma menulak, tetapi iya iyakan saja karena wajah Jaka yang sepertinya dibuat polos membuat Irma tidak bisa menolak tawarannya.
Saat dijalan mereka sempat bercanda tawa, yang membuat hati merasa tak terbebani.Sesampainya dirumah Irma.
"Ir, besok aku akan kerumah mu!"
"Hmm, mau ngapain?" dengan wajah kebingungan.
"tunggu aja, ada sesuatu yang pengen ku omongin!"
Jaka pun pergi dengan mengucapkan salam.
Irma penasaran apa yang ingin Jaka bicarakan, tapi malas untuk berfikir panjang Irma masuk dengan santai.Fariza yang dari tadi berfikir panjang membuat Haryaka gemas melihat wajah istrinya yang begitu serius berfikir.
"Istriku sayang, sedang memikirkan apa sih sampai serius begitu" sambil mencubit gemas pipi istrinya.
"Hmm sakit mas, pipi Iza kok dicubit-cubit"
"habis istri mas imut klo lagi serius gitu"
Fariza menunduk malu setelah dipuji Haryaka.
"Mas, menurut mas Jaka dengan Irma cocok ga?"
Haryaka heran dengan pertanyaan Fariza yang sangat tiba-tiba.
"Menurut mas sih cocok, tapi jodoh hanya Allah yang mengatur. Jadi kita lihat saja kedepan"
Fariza hanya mengangguk dan kembali melihat perutnya yang semakin membesar.Keesokan harinya Irma bangun dengan mata sembab, ia tidak bisa tidur semalaman karena masih penasaran dengan apa yang ingin Jaka bicarakan dengannya, tidak lama kedukan terdengar di pintunya.
"Irma, ada yang mau bertemu kamu. Cantik-cantik ya sayang"
Irma bingung dengan perkataan ibunya yang menyuruh ia berdandan, ai berfikir apakah ada keluarganya yang datang atau bagai mana.
Tanpa pikir panjang Irma mandi dan mulai bersiap-siap.
Iya terlihat cantik dengan mengenakan baju panjang dan jilbab.
Saat ia turun untuk keruang tamu, betapa terkejutnya ia melihat Jaka bersama orang tuanya Jaka sedang duduk di ruang tamu, ia mendekati ibunya.
"bu, Jaka dan orang tuanya mau ngapain"
"Loh ibu kira kamu udah tau"
"tau apa bu, orang Jaka cuman ngasih tau ingin ngomong sesuatu."
Jaka mulai berbicara.
"Ir, kamu tau kalau aku ingin melamar seseorang, dan aku beri tau kalau ada yang ingin aku omongin, sebenarnya wanita yang ingin ku lamar adalah kamu, inilah yang ingin aku omongin"
Irma perlahan-lahan menitikkan air mata.
"Irma apakah kamu mau?" pertanyaan Jaka yang mulai serius, Irma hanya mengangguk tanpa bisa berkata.
Semua keluarga yang menantikan jawaban Irma merasa bahagia atas jawabannya.
Mereka pun memulai membicarakan rencana mereka..."untuk pembaca, bagai mana dengan part kali ini, membosankan atau bagai mana, dikomen aja. Untuk part selanjutnya akan saya usahakan semenarik mungkin"
KAMU SEDANG MEMBACA
ADA CINTA DIBALIK CADAR
RandomKisah seorang gadis bercadar yang menunggu cintanya. Dengan sabar siapakah seseorang yang sering memberinya surat.