Za, bagaimana kabar mu, aku merindukan mu dan aku masih mengkhawatirkan mu.
Entah mengapa aku ingin sekali menemui mu, sungguh sangat ingin menemuimu. Tapi masikah kamu tetap bersabar menunggu ku, masih membiarkan hati mu terbuka untuk ku.
Dan aku ingin memberitahukan kepadamu, bahwa bulan depan aku akan kerumah mu dan membawa orang tuaku, untuk melamar dirimu Za!!
Tunggulah aku Za.
HHati Fariza berdegup kencang saat mengetahui surat yang diberikan oleh Irma.
Irma pun terkejut yang ikut membaca isi surat Fariza."Za, benarkah itu. Wah aku jadi iri pada mu"
Fariza hanya kebingungan dengan reaksi Irma.
"Ir, aku pikir kamu sudah tau dari dia?"
"Haha, mungkin dia hanya ingin memberi tahukanmu saja, dia hanya menyuruh ku memberikan surat ini kepada mu"
Irma hanya tersenyum.Hari terus berganti, dan saatnya Fariza diperbolehkan kembali masuk kuliah.
Saat sampai di kampus, Fariza menemukan kembali surat yang berada dalam lokernya.Za, aku sudah dengar kalau hari ini kamu sudah boleh masuk.
Alhamdulillah aku sudah bisa melihat bidadari ku lagi, hehe.
Jaga baik-baik kesehatan mu ya Za, sampai aku benar-benar bisa merawat mu.
Dan Semoga dirimu masih mau bersabar menungguku.
HSemakin hari, surat tersebut semakin membuat Fariza berdebar-debar.
Rasa cinta yang mulai timbul dalam hati Fariza.
Fariza selalu berdoa kepada Allah Swt agar ia dapat bersabar menunggu kedatangan sang penulis surat.Tiba-tiba seseorang datang dari belakang dan menyapa Fariza.
"Pagi Fariza, sudah masuk ya! Bagaimana keadaan mu Za."
Ia terkejut, sabil malu dan menganggukkan kepala, ia pun menjawab dengan lembut.
"Pagi juga pak, alhamdulillah keadaan saya sudah membaik"
Pak Haryaka hanya tersenyum melihat Fariza yang malu saat bertemu dengannya.
"Hmm, Za kita keluar bentar yuk, duduk-duduk di taman sambil berbincang, lagian belum jamnya masuk jugakan?" Ajakan pak Haryaka.
Fariza hanya menganggukkan kepalanya. Mereka pun pergi keluar sambil menghirup udara segar.Tepat di kursi taman kampus, mereka duduk.
"Hmm Za, Saya ingin curhat sama kamu!" Pernyataan itu sontak membuat Fariza berdebar-debar tidak karuan.
"Sebentar lagi saya ingin melamar seseorang wanita! Ia sangat cantik dan sangat kuat agamanya, sampai-sampai saya tidak dapat bertemu dengannya karena kesuciannya!"
Fariza menatap kebingungan, entah kenapa hatinya terasa sakit, ia terus menguatkan diri mendengar Curahan pak Haryaka.
"Tapi dengan jarak seperti ini, apakah ia akan mau menerima saya?"
Sekejap Fariza terdiam.
"Saya yakin bapak akan diterima olehnya, karena bapak mau menjaga kesuciannya. Apakah dia tau kalau bapak ingin melamarnya?" Ucapan yang sangat lembut yang dikeluarkan oleh Fariza.
"Ada kemungkinan sudah Za!" Dengan senyuman yang sangat manis,
Namun hati Fariza semakin sakit.
"Hmm, pak saya permisi ya, lain kali kita cerita lagi" Haryaka hanya mengangguk.
Fariza pergi dengan hati yang terpukul."Ya Allah apa yang terjadi kepada ku, mengapa hatiku sangat sakit mendengarnya. Mengapa aku baru tersadar dibalik lampu hijau yang ku berikan kepada sang penulis surat, aku masih menyimpan perasaan pada Pak Haryaka. Berdosakah hambamu ini ya Allah, haruskah aku menyakiti seseorang yang sebentar lagi ingin melamarku. Atau haruskah aku menyakiti perasaan ku sendiri.
Ya Allah tunjukkan kepada ku yang mana yang harus aku pilih.
Sambil menitikkan air mata yang membasahi cadarnya.Saat pulang dari kampus, Fariza dijemput oleh Ayahnya. Dengan tatapan yang sangat kebingungan melihat putrinya yang terlihat murung.
"Kamu kenapa sayang, putri ayah yang cantik, cerita dong sama ayah. Kita sudah lama tidak cerita bersama."
Fariza menjawab dengan suara yang sedikit serak
"Ayah, apakah sebelum ayah melamar mama, ayah pernah punya perasaan pada perempuan lain?"
Ayahnya mengerutkan kening sambil menyetir mobil.
"Bagaimana ya sayang! Dulu ayah tidak pernah tertarik kepada perempuan, nenek dan kakekmu saja bingung dengan ayah, ayah hanya mementingkan pekerjaan sampai lupa kalau menikah itu wajib. Saat ayah ditanyai nenek mu mau atau tidak dijodohkan, ayah hanya menjawab. Jika itu mau mama aku akan menurutinya!"
Fariza seketika penasaran dengan kisah ayahnya.
"Tapi nenek mu tidak langsung mencari, nenekmu menunggu keputusan ayah atau menunggu ayah mendapatkannya sendiri, namun tidak sengaja ayah bertemu mama mu. Tidak tau mengapa, ayah jatuh cinta pada pandangan pertama dengan mama mu, ayah melihat mama mu disaat pengajian, mamamu sama sepertimu! Menjadi pembaca ayat suci Al-Qur'an. Ayah tersipu dengan suara yang mamamu lantunkan, dan ayah melihat mama mu seperti seorang bidadari. Tanpa pikir panjang ayah cari tau status mama mu, ternyata mama mu belum ada yang punya" sambil tersenyum ayah nya bercerita, cerita itu semakin membuat Fariza penasaran.
"Ayah secepatnya memberitahu nenekmu, agar cepat-cepat melamar mamamu, nenek merasa tenang dengan ucapan ayah, dan sekejap bersiap pergi kerumah mamamu, awalnya ayah bingung dengan nenek dan kakekmu,ternyata mereka senang dengan keputusan ayah yang cepat-cepat ingin mergi kerumah mamamu, alhamdulillah mamamu, nenek dan kakek dari mamamu mau menerima ayah, dan sekarang ayah punga seorang putri yang cantik dan solehah sepertimu!" Fariza hanya tersenyum malu dipuji oleh ayahnya.Sesampainya dirumah, Fariza kembali murung. Saat menyalimi mamanya ia langsung pergi kekamar, mamanya herang dengan sikap Fariza yang terlihat murung, mamanya menghampiri kamar Fariza. Terdengar isak tangisan kecil dikamar Fariza, dengan rasa khawatir mamanya langsung menerobos masuk kamar Fariza. Betapa terkejutnya sang mama melihat Farisa yang terduduk lemar dilantai dengan air mata yang membasahi cadar sambil memukuli dadanya.
"Astagfirullah sayang, ada apa?"
Mamanya lalu mendudukkan Fariza ketempat tidurnya.
"Ada apa sayang, ada yang membuatmu tidak nyaman di kempus?" Ke khawatiran sang mama mulai menjadi.
"Ma, berdosakah Iza yang telah menyakiti seseorang yang sedang berusaha melamar Iza, atau haruskah Iza menerima sakitnya seseorang yang baru saja Iza dengar"
Tangisan semakin tak tertahankan, mama nya hanya terdiam sambil mencerna apa yang dimaksud putrinya.
"Sayang beristirahatlah dulu, kemungkinan kamu lelah"
Fariza hanya mengikuti saran mamanya.Sebulan berlalu, saatnya janji sang penulis ditepati. Dengan hati berdebar-debar dengan rasa sakit hati yang masih melekat tercapur aduk.
Dari kamarnya Fariza hanya menatapi mobil yang baru saja parkir didepan rumahnya, sang calon sebentar lagi melamarnya, namun Fariza masih enggan keluar dikarenakan ia malu menemui si penulis, maskipun masih ada kata penasaran dengan sosok sang penulis.Ketukan muncul dibalik pintu, lalu mamanya masuk begitu saja lantaran Fariza tidak kunjung keluar.
"Sayang kenapa tidak keluar, kasihan dia sudah menunggu mu diruang tamu, sebaiknya kamu cepat bertemu dia. Kamu tidak akan menyesal sayang"
Fariza pun bangkit dan lekas mendatangi sang penulis.
Namun alangkah terkejudnya, ia kembali meneteskan air mata tanda terharu.
Orang yang selama ini ia tunggu adalah orang yang selama ini juga Ia sukai.
Dan terjawab sudah dibalik inisial H adalah HARYAKA."Maaf lagi untuk para membaca, part ini baru dirilis."
"Dan maaf juga kalau ada tulisan yang salah ketik"
KAMU SEDANG MEMBACA
ADA CINTA DIBALIK CADAR
RandomKisah seorang gadis bercadar yang menunggu cintanya. Dengan sabar siapakah seseorang yang sering memberinya surat.