Jangan ajari berbohong pada diri sendiri.
--Anggi merasa menjadi wanita paling cantik di Indonesia raya. Kecantikannya haqiqi. Tidak terbantahkan. Dia begitu mempesona di mata kaum adam. Hanya dalam satu kerlingan mata maka para cogan akan bertekuk lutut di hadapan Anggi. Hohoho.
Anggi berada di atas awang-awang saat ini. Tangan kiri dan kanannya digenggam oleh dua cowok sekaligus.
"Biar Anggi pulang sama gue," Arkan menggengam tangan Anggi semakin kuat.
"Biar gue aja," Arya tak mau kalah.
"Kita berangkat ke sini pakai mobil gue. Itu artinya Anggi bakal pulang bareng gue," debat Arkan.
Ini gue lagi direbutin? Anggi membatin.
"Lo nggak bisa ngejaga dia," tuding Arya. Matanya menyorotkan ketegasan.
Arkan tersenyum remeh. "Gue bisa ngejaga dia lebih baik dari siapapun!"
Bener gue lagi direbutin, sorak batin Anggi.
"Gue nggak akan kasih izin lo pulang sama Anggi," Arkan menarik Anggi untuk semakin dekat dengannya.
"Gue juga nggak akan kasih izin buat lo!" Arya tak mau kalah.
Ya ampun, kayak gini jadi rasanya direbutin. Resiko orang cantik memang. Anggi tersenyum tidak jelas.
"Biar gue yang ngatar dia."
"Gue aja."
"Dua-duanya yang ngantar gue juga nggak pa-pa," Anggi menyela. Senyuman genit mengembang di bibirnya. Mata Anggi mengerjab-ngerjab sok polos.
Keadaan seketika itu juga hening. Perdebatan Arya dan Arkan terhenti. Kedua cowok tampan itu saling menatap satu sama lain. Dan detik berikutnya dengan serempak Arya dan Arkan melepaskan tangan Anggi, seolah mereka baru tersadar dari tindakan bodoh.
"Lo aja yang ngantar dia," sambar Arya.
"Lo aja! Lo tadi ngotot banget mau ngantar," ujar Arkan.
"Gue berubah pikiran."
"Gue juga."
"Lah? Lah? Kok jadi gini?" Anggi menelan pahit ludahnya.
Hidup memang begitu cepat berputar seperti roda. Bebarapa detik yang lalu ia seperti melangit, lalu detik berikutnya ia terhempas ke bumi. Oh, sakit!
~o0o~
Anggi mengumpat kesal mengingat kejadian tadi malam, saat dimana Arkan dan Arya menolak untuk mengantarnya pulang. Sekalipun pada akhirnya mereka bertiga pulang bersama menggunakan mobil Arkan.
Tapi tetap saja, Anggi merasa kesal. Dia diperebutkan namun ujung-ujungnya tak diinginkan.
"Anggi!"
Refleks Anggi berhenti melangkah ketika seseorang memanggil namanya. Mata Anggi menelusuri area parkiran sekolah mencari tahu siapa yang memanggilnya. Siang ini area parkir cukup lengang, pasalnya bel pulang berbunyi dua puluh menit yang lalu.
"Mau apa lagi lo?" suara Anggi terdengar tak bersahabat. Ekspresinya berubah masam ketika mengetahui yang memanggil dirinya adalah Yuni.
Apa kalian masih mengingat Yuni? Binggo, Yuni adalah cewek yang melabrak Anggi saat di kantin.
Yuni melangkah semakin dekat pada Anggi. Ia bergerak penuh percaya diri. Dan pancaran aura bintang dari dalam diri Yuni begitu menyilaukan.
"Gue ada perlu sama lo," ujar Yuni sesaat setelah ia berdiri di hadapan Anggi.
Satu alis Anggi terangkat. "Lo ada perlu apa sama gue?"
"Well, sebelumnya gue mau minta maaf soal kejadian di kantin," Yuni berhenti sejanak. Ia membasahi bibirnya sebelum kembali berkata-kata. "Dan sekarang gue butuh bantuan lo," lanjutnya.
Anggi tertawa renyah. "Gue cukup tersanjung karena seorang bintang sekolah mau minta maaf sama gue. Ditambah lagi butuh bantuan dari gue. Jadi, bentuk pertolongan apa yang lo maksud dari seorang siswi biasa kayak gue?"
Dapat Anggi baca dari sorot mata Yuni bahwa harga diri cewek itu terluka karena perkataannya. Memang benar, Yuni menelan semua gengsi dan harga dirinya untuk meminta bantuan pada Anggi.
"Gue mau lo ngebantu gue buat dekat sama Arya," tutur Yuni setenang mungkin.
Sudah Anggi duga. Pembahasan ini pasti tidak jauh-jauh dari cowok yang bernama Arya.
"Anggi, boleh minta waktu lo sebentar."
Perbincangan Anggi dan Yuni terinsterupsi oleh kedatangan Mutia. Sebelum membahas lebih lanjut bair Anggi ingatkan siapa Mutia ini. Mutia adalah cewek yang diputuskan Arkan di lorong perpustaan.
Jika boleh Anggi menebak, Mutia menemui Anggi pasti kerena Arkan. Mungkin saja tujuannya sama seperti Yuni.
"Ada apa, ya?" tanya Anggi pada Mutia.
"Tolong bantu gue buat dekat sama Arkan. Atau kalau bisa, tolong batalkan perjodohan lo sama Arkan."
Gotcha! Tebakan Anggi mengena pada sasaran yang tepat. Betul, kan? Mutia menemuinya demi Arkan.
"Jadi tujuan kalian datang sama gue karena mau dicomblangin sama dua sepupu itu?" Anggi bertanya dan dijawab dengan anggukan oleh Yuni dan Mutia.
"Kalian tau nggak siapa dua sepupu itu? Mereka itu calon suami gue!" Anggi berkata dengan nada sombong. Ia merasa bangga dengan statusnya. Stttt, tapi jangan ada yang bilang-bilang bahwa Anggi ditolak oleh dua sepupu itu.
Yuni dan Mutia memasang wajah sedih. Bagaimana, tidak? pujaan hati mereka telah memiliki jodoh. Sungguh beruntung Anggi, pikir keduanya.
Anggi bersorak senang. Baru kali ini dia merasa beruntung karena dijodohkan dengan dua sepupu itu. Berkat Arya dan Arkan, dua cewek populer di SMA Panca Dharma memohon di hadapannya. Hohoho.
"Anggi, tolong batalin perjodohan lo sama Arkan. Lo nikahnya sama Arya aja," Mutia memelas.
"Enak aja! Jangan dengerin Mutia. Anggi, kamu nikahnya sama Arkan. Biar Arya sama gue," imbuh Yuni tak terima dengan usul Mutia.
"Ayolah, Nggi. Batalin perjodohan lo sama Arkan."
"Jangan! Batalin yang sama Arya aja!"
"Batalin yang sama Arkan!"
"Batalin yang sama Arya!"
Anggi merasa tidak asing dengan perdebatan Mutia dan Yuni. Pertengkaran antara dua orang sudah menjadi makanan sehari-harinya bagi Anggi. Well, dia sudah biasa menghadapi hari yang selalu diisi oleh kebisingan Arkan dan Arya.
Anggi membayangkan bagaimana seandainya jika Arkan dan Arya berjodoh dengan Yuni dan Mutia. Waw, kebisingan dunia pasti akan meninggkat berkali-kali lipat. Dear penduduk bumi, siapkan telinga kalian.
"Pokoknya batalin yang sama Arkan!" seru Mutia.
"Yang sama Arya aja!" sela Yuni tak mau kalah.
"Cukup!" Anggi memekik membuat kedua cewek itu bungkam.
"Gue nggak bakal batalin perjodohon ini!" ujar Anggi tegas.
"Apa?!" tanya Yuni.
"Maksudnya?" Kening Mutia berkerut penuh tanda tanya.
"Gue bakal terima perjodohan sama Arya dan Arkan," Anggi mengangkat dagunya beberapa derajat.
"Karena gue bakal nikahin mereka berdua," lanjut Anggi dengan senyuman miring.
"Hah?!"
Gue ngomong apa sih?! Gerutu batin Anggi.
Tbc
Sorry for typo dan kalimat yang bikin gagal paham
KAMU SEDANG MEMBACA
Tiga Serangkai
Teen FictionArya dan Arkan, dua saudara sepupu yang tidak pernah akur. Dimana ada mereka, di situ pasti ada keributan. Segala hal mereka jadikan pertengkaran. Arya si dingin dan Arkan yang tengil. Entah ini sebuah kesialan, takdir atau kebetulan yang indah. Sej...