Pada sebuah nama, aku ... jatuh cinta padamu.
--Anggi membenamkam wajahnya pada kedua lipatan tangannya yang bertumpu di atas meja. Kebisingan kelas pada jam istirahat tidak mengusik ketenangan cewek itu. Mata Anggi sungguh tidak bisa diajak kompromi, dia mengantuk berat.
Semalaman suntuk Anggi menonton drama Korea secara maraton. Lingkaran hitam menandakan perjuangan Anggi melawan kantuk demi menatap laptop yang menampilkan wajah oppa tampan.
"Nggi, lima menit lagi masuk. Temani gue ke toilet dong, kebelet nih," ujar Nurul dengan mulut penuh roti isi kelapa yang ia dapat dari hasil rampasan.
"Mager gue. Sendiri ajalah," suara Anggi tertahan antara meja dan kepalanya.
"Temani gue," Nurul memelas.
"Gue dapat apa?"
"Absen lo gue amankan sama ibu Rossa. Lo bisa tidur di UKS," Nurul dapat membaca akal bulus Anggi. Temannya yang satu itu tidak akan mau melakukan sesuatu tanpa imbalan. Dasar teman laknat.
"Deal!" Anggi berseru girang. Secepat cahaya ia bangun dan berdiri dari duduknya. Lihat, bahkan langkah cewek itu sudah mencapai pintu kelas.
"Dasar," Nurul mengumpat melihat tingkah Anggi.
Selepas dari toilet Anggi langsung bergegas menuju UKS tanpa ditemani Nurul. Membayangkan ranjang empuk di UKS membuat rasa kantuk Anggi semakin dalam. Dia sungguh tak sabar merebahkan diri lalu tidur dengan damai.
Anggi membuka pelan pintu UKS yang tertutup. Ia memeriksa suasana di dalam. Biasanya jam istirahat kedua seperti sekarang petugas UKS sudah tidak lagi berjaga.
Mata Anggi menyipit mendapati seorang cowok yang tidur di kursi petugas UKS. Cowok berseragam SMA itu tidur dengan kepala terpedam di antara kedua tangannya yang bertumpu pada meja. Anggi tidak dapat melihat wajah cowok itu, namun postur tubuhnya tak asing bagi Anggi.
Decitan pelan terdengar saat Anggi menutup pintu UKS. Ia mendekat pelan.
"Ternyata bukan cuma gue yang mau bolos," ujar Anggi pelan sambil berjongkok di dekat meja, ia berniat mencari tau siapa yang berani membolos selain dirinya.
Anggi terpaku ketika cowok itu melakukan pergerakan. Wajah yang semula terbenam, kini menghadap sempurna ke arah Anggi.
"Arya," cicit Anggi pelan.
"Euuugh," Arya membuang napas dalam tidurnya.
"Kenapa gue selalu kebagian adegan bareng Arya saat cowok ini lagi tidur?" tanya Anggi pada dirinya sendiri.
Mata Anggi menelusuri wajah tampan Arya. Ia tersenyum kecil melihat wajah Arya yang polos, namun ada guratan kesedihan yang coba disimpan oleh wajah tampan itu.
Arya kembali melakukan pergerakan kecil sambil membuang napas kasar. Arya terlihat tak tenang dalam tidurnya. Butir-butir keringat kecil membanjiri jidat Arya, padahal siang ini cuaca tidak begitu panas.
"Arya," panggil Anggi pelan.
"Euugh," Arya kembali melenggu.
Ini cowok kenapa, sih? Lagi mimpi basah kali, ya? Batin Anggi.
"Mama ... euuggh a-apih," suara Arya tertahan, namun masih dapat Anggi dengar dengan jelas.
Mama? Nyokap Arya kah maksudnya?
Dan, api?
Anggi tersenyum miris, ia mengerti sekarang. Anggi bukan orang bodoh yang tidak mengerti maksud dua kata yang baru saja dikatakan Arya. Bukan, bukan mimpi basah yang menghampiri tidur Arya. Mungkin masa kelam 'itu' yang datang tanpa permisi menghampiri tidur cowok itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tiga Serangkai
Teen FictionArya dan Arkan, dua saudara sepupu yang tidak pernah akur. Dimana ada mereka, di situ pasti ada keributan. Segala hal mereka jadikan pertengkaran. Arya si dingin dan Arkan yang tengil. Entah ini sebuah kesialan, takdir atau kebetulan yang indah. Sej...