Pulang

71 3 0
                                    

Hari semakin siang. Matahari mulai menyengat. Aku bergegas pulang. Kulewati jalan yang – kurasa aku melewatinya – tadi. Ingatanku tak begitu buruk untungnya. Aku bisa tiba di rumah nenek dengan selamat – tanpa kesasar ke rumah tetangga tentunya – dan menerima berondongan pertanyaan dari Ardi. Menyebalkan.

"Lama banget. Bilang aja nyasar, kan?" tanyanya dengan mulut penuh dengan gorengan buatan nenek.

"Apaan, sih. Orang tadi gue abis ngadem"

"Makasih" Ardi mengucapkannya setelah menelan habis gorengan di mulutnya.

"Makasih buat?" sebenarnya aku tahu dia berterimakasih untuk menyuruh anak kecil mengantarnya pulan.

"Jangan pura-pura bego, deh. Gue tahu lo pinter"

Kuacak-acak rambutnya. Sebenarnya dia lebih tinggi dariku, tapi karena dia sedang duduk, aku jadi bisa mengacak-ngacak rambutnya seperti seorang kakak kepada adik kecilnya. Karena memang begitu.

"Ntar lo sapuin lantainya, kutu lo pada terbang tadi" aku mengucapkannya sambil lari menuju ruang tengah.

Tak ada respon, dasar adik batu. Kenapa gak ngejar kek di film-film. Seru kali ya main kejar-kejaran. Tapi apa gunanya juga main kejar-kejaran sama dia.

Dari dapur sana aku dengar nenek memanggil Ardi untuk sarapan. Aku juga tentunya. Dan aku hanya menjawab "iya, nanti" karena memang belum lapar. Lagian masih jam 8, belum tengah hari.

Aku membereskan barangku. Baju, sepatu, dan semua barang yang ku bawa dari rumah kumasukan dalam koper besar. Aku akan pulang nanti siang. Karena ini bukan libur semester, hanya libur di hari minggu. Ardi? Entah manusia itu akan pulang atau tidak, semua barangnya berserakan dimana-mana.

Setelah selesai, aku menuju ruang makan, disana ada nenek dan Ardi sedang sarapan. Diatas meja makan tentunya ada berbagai hidangan yang sebetulnya aku tak begitu suka, tapi aku harus menyukainya karena nenek sudah memasak dengan sepenuh hati. Disana ada nasi tentunya, sayur oyong, kerupuk, ikan goreng, tempe goreng, dan sambel.

Kulihat Ardi makan dengan lahap, karena sayur oyong memang favoritnya.

Kami – aku dan Ardi – masih saling diam sampai kita tiba di rumah.

Rain dan HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang