Raja Yin membuka matanya begitu cahaya matahari menusuk matanya. Dia mengeryit mendapati pintu kamar tidak tertutup rapat dan Haru tidak ada di sampingnya. Biasanya Raja Yin akan tau kalau Haru sudah bangun. Haru mengeliat sedikit saja saja, Raja Yin juga akan bangun. Dia keheranan apa semalam dirinya terlalu lelah karena mengerjakan laporan terlalu larut? Atau ada sesuatu terjadi pada Haru?
Raja Yin segera bangkit dari tempat tidurnya untuk mencari Haru. Begitu membuka pintu, Raja Yin melihat Haru berdiri di tepi pagar memunggunginya. Sosok Haru yang sedang memunggunginya membuat Raja Yin begitu terpesona. Rambut coklat Haru berkilau di terpa matahari. Angin pagi yang bertiup semilir juga menerbangkan beberapa helai rambutnya.
Dari belakang, Raja Yin bisa melihat kalau punggung Haru sangat kecil. Raja Yin sudah mengamati Haru dari kecil. Dulu Raja Yin mengira Haru hanyalah seorang gadis kecil lemah yang tidak berdaya. Sekarang Haru sudah tumbuh menjadi gadis rupawan dan selalu ceria. Raja Yin masih mengingat dengan jelas tatapan pertama yang diberikan Haru. Mata itu, mata coklat Haru, mata yang penuh kelembutan, mata yang selalu menatapnya dengan kehangatan, mata yang tidak pernah menatapnya dengan tercela dan mata yang telah mengubah hidupnya.
Raja Yin mendekati Haru perlahan dan memeluknya dari belakang. Haru langsung menoleh begitu di peluk dan mata coklatnya langsung beradu dengan mata merah Raja Yin. Haru tersenyum mengembungkan kedua pipi putihnya. Raja Yin menangkup kedua pipi Haru dan mengernyit. Pipi Haru terasa begitu dingin ditangannya. Tanpa aba-aba, Raja Yin langsung menyambar bibir Haru dan melumatnya.
Raja Yin mencium Haru begitu dalam dan memeluknya erat seakan-akan ingin membagi kehangatan tubuhnya. Dia ingin melindungi Haru dan selalu berada di sampingnya. Dia tidak ingin kejadian saat Haru keracunan terulang kembali. Saat itu Raja Yin sangat takut kehilangan Haru dan saat itu juga dia menyadari perasaanya.
Tapi Raja Yin takut. Takut jika Haru bersamanya akan banyak hal menyedihkan yang menimpanya. Saat itu ketika melihat Haru begitu kesakitan, hati Raja Yin sangat sakit. Melihat Haru yang selalu ceria terbujur tidak berdaya sangat membuatnya terpukul. Raja Yin tidak berhenti menyalahkan dirinya atas apa yang terjadi pada Haru. Karena itu saat Haru mengingau namanya, Raja Yin sempat ragu untuk meraih tangannya.
Raja Yin sangat mencintai Haru dan dia tau kalau nanti akan terluka oleh rasa cinta itu. Raja Yin merasa tidak pantas bersama Haru. Haru pantas mendapatkan pasangan yang lebih baik, tidak dengan dirinya yang selalu di penuhi kemurungan dan kesedihan.
Tetapi Haru menepis semua itu. Setiap kali dia merasa sedih, Haru datang menemaninya. Haru selalu membuat hari-hari Raja Yin ceria dan melupakan semua kesedihan yang pernah di alaminya. Raja Yin sangat berterima kasih pada Dewa karena telah mengirimkan Haru dalam hidupnya. Dalam sepanjang hidupnya, akhirnya Raja Yin bisa merasakan kasih sayang dan mencintai seseorang. Raja Yin tidak takut lagi pada cahaya karena baginya Haru adalah cahayanya. Cahaya yang bersinar begitu terang sampai terasa menyilaukan walau dirinya mengenakan topeng.
Dulu Raja Yin merasa dirinya kehilangan arah. Tetapi setelah bersama Haru, Raja Yin kembali menemukan tujuannya hidupnya. Raja Yin juga sangat berterima kasih pada Jenderal Ou dan orang-orang yang selalu setia bersamanya. Mereka tidak pernah menyalahkan dirinya atas apa yang terjadi dan selalu memberikan doa agar dirinya dapat menemukan kebahagian. Mereka juga yakin suatu saat nanti Raja Yin pasti akan menjadi Raja yang hebat dan membuat wilayah petir semakin makmur.
Raja Yin ingin menjawab semua harapan itu. Dia akan berusaha sekuat tenaga untuk mewujudkan keinginan mereka dan keinginannya sendiri yaitu membuat Haru menjadi wanita yang paling bahagia.
"Sudah hangat?" tanya Raja Yin menyudahi ciumannya.
Haru mengangguk sekali untuk menjawab. Dia terlalu malu sampai seluruh wajahnya berubah merah. Meskipun sudah sering dicium Raja Yin, Haru tetap saja malu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dearly Beloved
Historical FictionKutukan ini membuatku abadi. Aku tidak bisa menua atau mati. Karena itu aku selalu menjaga jarak dengan orang lain. Karena semakin aku menyayangi, semakin berat pula untuk melepaskan. - Yin Kuang Kalau keistimewaan paman adalah kutukan, apakah Haru...