Lu Xia harus bersabar, menunggu kesempatan untuk menemui Haru. Haru selalu bersama seseorang kemanapun dia pergi. Baik itu pelayan, ratu bahkan raja dari tiga negara. Penjagaan disekitar istana juga diperketat menjelang kesembuhan Long Fei.
Kesabaran Lu Xia membuahkan hasil. Sifat Haru yang tidak bisa berdiam pada satu tempat membuatnya dapat memanfaatkan kesempatan itu. Sekarang Haru tengah sendirian ditaman dan menikmati cuaca setelah beberapa hari hujan.
"Hamba memberi hormat kepada Permaisuri Haru. Apakah hamba boleh menemani anda menikmati cuaca?"
Tidak ada jawaban langsung dari Haru. Dari jarak yang cukup dekat, Lu Xia dapat melihat mata Haru yang terpejam dibalik kain merah yang dikenakannya. Tanpa menunggu jawaban dari Haru, Lu Xia mengambil posisi duduk di samping Haru. Haru sedikit bergeser menjauh agar tidak terlalu dekat dengannya.
"Maafkan perbuatan lancang hamba. Hamba hanya ingin mengenal permaisuri Haru lebih dekat. Hamba selalu mendengar pujian tentang keramahan dan kebaikan permaisuri. Hamba juga ingin berteman dengan permaisuri seperti yang lainnya," terang Lu Xia.
Haru berangsur-angsur bergeser dari tempatnya dan bersikap seolah-olah melindungi dirinya sendiri. "A Kuang menyuruh Haru untuk menjauh dari putri Lu Xia. Maaf, Haru harus pergi."
Lu Xia menahan lengan Haru sebelum beranjak pergi. Senyum terukir diwajahnya saat mengetahui Haru yang gemetar. "Anda bisa bergerak leluasa meskipun tidak bisa melihat. Hamba menjadi tidak percaya jika anda buta."
Lu Xia bisa melihat kecemasan diwajah Haru. Dia berjalan mendekati Haru dan berbisik ditelinganya. "Yang Mulia Yin Kuang, dia adalah raja terkutuk itu kan?"
Haru langsung tersentak mundur. Dia ingin memanggil A Kuang tetapi Lu Xia kembali berbisik dan mengurungkan niatnya.
"Hamba tahu cara menghilangkan kutukan itu."
Hamba membeku beberapa saat lalu menoleh ke arahnya. "Be-benarkah?"
"Tentu saja. Tetapi..." Lu Xia sengaja terdengar pura-pura sedih dan berjalan memutari Haru.
"Tetapi?" tanya Haru ragu-ragu.
"Yang mengetahui cara menghilangkan kutukan itu secara pasti adalah ayahanda. Jika permaisuri Haru ingin mengetahuinya, hamba bisa bertanya kepada ayahanda."
Mendengar jawabannya, ekspresi Haru mengeras. Lu Xia perlu meyakinkan Haru jika ayahnya mengetahui cara menghilangkan kutukan itu. Lu Xia hanya perlu member dorongan sedikit lagi dan Haru akan mempercainya.
"Apa putri Lu Xia bisa bertanya pada ayah putri lalu memberitahukannya pada Haru?"
"Tidak bisa," jawab Lu Xia dibelakang telinga Haru yang langsung membuatnya terkejut. "Ayahanda tidak mau memberitahukannya kepada siapapun termasuk hamba. Beliau khawatir jika informasi ini jatuh kepada pihak yang salah dan memanfaatkannya."
"Putri... tidak berbohong?"
Bukan tanpa alasan Haru bertanya. Dia tidak bisa merasakan apapun dalam hati Lu Xia. Semuanya begitu kosong hingga Haru takut untuk mempercainya.
"Permaisuri dapat menilai apakah hamba berbohong atau tidak." Lu xia berjalan menjauh dan menoleh sebelum meninggalkan Haru. "Dua hari lagi hamba akan kembali ke kerajaan air. Permaisuri bisa ikut dengan hamba dan bertanya kepada ayahanda cara untuk melepaskan kutukan Yang Mulia Yin Kuang."
Setelahnya Lu Xia pergi meninggalkan Haru dan menunggu keputusan yang dibuatnya.
***
Setelah pertemuannya dengan Lu Xia, Haru termenung sepanjang sisa hari. Dia tidak menceritakan pertemuannya dengan siapapun. Mereka semua bersikap waspada terhadap Lu Xia sehingga Haru hanya bisa menyimpannya rapat-rapat.
"Apa yang sedang kau pikirkan?" Yin Kuang memelluk Haru dari belakang dan membaringkan tubuh mereka dengan posisi menyamping.
Haru dapat merasakan perasan Yin Kuang yang meluap-luap kepadanya. Rasanya begitu hangat dan nyaman. Haru memejamkan matanya lama, menikmati perasaan yang Yin Kuang berikan kepadanya. Saat Yin Kuang mencium area sekitar lehernya, barulah Haru terkekeh geli.
"Akhirnya kau tertawa."
Haru langsung berhenti dan membenamkan wajahnya dibalik bantal. Haru menyesal karena menghindari Yin Kuang. Hal itu tampak membuatnya bersalah dan seakan-akan menyembunyikan sesuatu.
"Yang lain mungkin tidak menyadarinya tapi aku tahu kalau kau sedang murung. Mau menceritakannya padaku?" tanya Yin Kuang lembut.
Haru membalikkan wajahnya sehingga bertatapan dengan wajah Yin Kuang. Dia menggigit bibir bawahnya sejenak sebelum membuka suaranya.
"Jika suatu saat nanti Haru sudah tidak ada, apa A Kuang akan mencari pengganti Haru?"
Mata merah Yin Kuang menatap Haru tajam. Dia hampir ingin memeluk erat tapi menyadari kalau itu akan menyakitinya.
"Apa maksudmu?" tanya Yin Kuang selembut mungkin.
Haru membalikkan tubuhnya dan menangkup sebelah wajah Yin Kuang. Dia juga bergerak maju untuk mendekat hingga embusan nafas Yin Kuang dapat didengarnya.
"Suatu hari nanti, Haru akan tua dan meninggalkan A Kuang. Haru... tidak bisa selalu bersama A Kuang." Dada Haru merasa sesak ketika mengatakannya. Dia juga tidak menyadari kalau air mata telah turun membasahi wajahnya.
Yin Kuang mengerti apa yang dimaksud Haru. Dadanya ikut merasa sesak memikirkan hal itu terjadi. Kutukannya membuatnya abadi, sedangkan Haru tidak. Setiap detik, umur Haru akan terkuras, perlahan-lahan menjadi tua dan meniggalkannya. Sedangkan dirinya, tidak menua dan terus hidup seolah-olah waktu berpaling darinya.
"Kalau itu terjadi, aku akan tetap menunggumu kembali. Aku akan mencari jiwamu dan mencintaimu lagi. Sampai kapanpun, aku hanya mencintaimu."
Jawaban Yin Kuang membuat Haru semakin terisak. Setiap ucapan Yin Kuang adalah serius. Memikirkan Yin Kuang sendirian nanti membuat dada Haru semakin sesak.
"Setiap kali melihatmu menangis, aku merasa tidak berguna."
Tangis Haru perlahan berhenti. Yin Kuang menghapus sisa jejak air mata dan mencium dahi Haru sekilas.
"Jangan khawatirkan aku. Aku pasti akan menemukan cara untuk mematahkan kutukan ini."
"Bagaimana... bagaimana... kalau A Kuang tidak bisa bertemu Haru untuk selama-lamanya lagi? Haru...?"
Yin Kuang membungkam bibir Haru dengan bibirnya. Setelah ciuman itu berakhir, Yin Kuang terkekeh melihat wajah kaget Haru yang lucu.
"Wajahmu sekarang sangat lucu," kekeh A Kuang.
Haru langsung menutupi wajahnya yang memerah. Yin Kuang menarik tangan Haru dan memperlihatkan wajahnya yang memerah malu.
"Aku menyukai semua ekspresimu dan mengingatnya." Yin Kuang memeluk Haru dan membenamkan kepala didadanya. "Aku mengetahui semua tentangmu dan tidak akan pernah melupakannya. Jika nanti kau meninggalkanku, aku pasti akan menemukanmu lagi. Tidak peduli berapa lama dan sejauh apapun, aku akan menemukanmu dan jatuh cinta lagi padamu."
Mata Haru kembali berkaca-kaca. Dia mengurungkan niatnya untuk menangis dan memeluk Yin Kuang erat-erat. "Haru juga. Haru juga hanya mencintai A Kuang. Haru juga akan mencari A Kuang dan mencintai A Kuang lagi."
Ada perasaan lega sekaligus sedih melingkupi Yin Kuang. Dalam hati dia memohon agar bisa terus bersama Haru sampai kapanpun. Yin Kuang berjanji, dia akan mencari cara untuk membebaskan kutukannya agar bisa selalu bersama Haru.
Haru yang megnetahui keinginan Yin Kuang, sudah memutuskan apa yang dilakukannya. Keinginannya sama dengan Yin Kuang, agar bisa selalu bersama hingga akhir hayat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dearly Beloved
Historical FictionKutukan ini membuatku abadi. Aku tidak bisa menua atau mati. Karena itu aku selalu menjaga jarak dengan orang lain. Karena semakin aku menyayangi, semakin berat pula untuk melepaskan. - Yin Kuang Kalau keistimewaan paman adalah kutukan, apakah Haru...