CH. 67

77 12 0
                                    

Ketiga raja dan Li Fu berkumpul diruang kerja Long Fei mendengarkan laporan yang diberikan Jenderal Ying Ping. Kasus racun yang terdapat dalam arak Taiji dilakukan dengan hati-hati. Jenderal Ying Ping memeriksa semua barang bawaan Taiji dan Bei Na dan mengintrogasi setiap dayang dan prajurit yang dibawa. Jenderal Ying Ping tidak menemukan sesuatu yang mencurigakan dan keterangan yang didapat juga tidak ada yang mencurigakan.

"Jika pelayan dan prajurit yang dibawa Bei Na dan Taiji bersih, makan pengkhianat itu berasal dari kita," ucap Long Fei setelah Jenderal Ying Ping menjelaskan.

"Maksudmu, pengkhianat itu seseorang yang berasal dari kerajaanmu?" tanya Taiji tidak percaya.

"Benar. Seseorang yang berasal dari dalam mempunyai celah untuk melakukannya. Pelakunya pasti memasukkan racun saat sedang merapikan barang-barangmu. Banyak orang yang berlalu lalang sehingga membuatnya dapat bergerak dengan leluasa," jelas Long Fei.

Taiji menggebrak meja hingga teh yang disajikan tumpang. "Kurang ajar! Berani sekali dia meracuniku! Kalau sudah menemukannya, akan kuhajar dia!"

"Tenanglah, Taiji. Emosi tidak akan membawamu kemana-mana. Racun yang ditemukan juga tidak mematikan tetapi dapat membuat otot-ototmu lemas dan sulit untuk bergerak," ucap Bei Na.

"Sekarang yang perlu kita ketahui, untuk apa mereka meletakkan racun pada arak Taiji. Apa keuntungan dengan melakukannya," ucap Li Fu.

Yin Kuang mengepal tangannya erat sebelum berbicara, "yang diinginkannya adalah perpecahan."

Semua mata tertuju pada Yin kuang. Ekspresinya keruk ketika melanjutkan.

"Dia sengaja meracuni Taiji karena kekuatan militer yang kuat. Jika kerajaan Tanah mengerahkan seluruh kekuatannya, bukan hal yang mustahil jika ingin mengalahkan kerajaan Api."

"Meskipun kerajaan Tanah mengerahkan seluruh kekuatannya, kerajaan Api masih memiliki sekutu yaitu kerajaan Angin. Bukankah itu tindakan gegabah?" tanya Bei Na.

"Tidak jika ada kerajaan lain yang membantu kerajaan Tanah."

Semua mata kembali teralih pada Long Fei. Long Fei melipat kedua tangannya didada dan menatap tajam.

"Kerajaan Air. Mereka pasti akan menawarkan bantuan jika kerajaan Tanah berperang. Jika peperangan ini terjadi, kerajaan Petir akan ikut terseret dan kerajaan Air lah yang paling mendapat keuntungan."

Keheningan terjadi setelah Long Fei selesai menjelaskan. Masing-masing raja sibuk dengan pikiran masing-masing sampai Long Fei menyadari ekspresi Yin Kuang yang tidak berubah.

"A Kuang, apa ada yang mengganggu pikiranmu? Kau bisa mengatakannya agar kami bisa membantu."

Yin Kuang menoleh pada Long Fei sejenak lalu kembali menurunkan pandangannya.

"Kerajaan Air. Mereka bekerja sama dengan mentri Kang untuk menjatuhkanku dan meracuni Haru. Cara yang mereka lakukan masih sama. Aku khawatir kalau mereka tidak akan berhenti sampai disini."

Long Fei menatap nyalang pada meja dihadapannya lalu berganti pada Jenderal Ying Ping.

"Aku mau pengkhianat itu segera ditemukan. Lakukan penjagaan secara bergilir disekitar kastil timur. Aku tidak mau ada seorangpun yang mencurigakan mendekati tempat itu."

"Hamba mengerti." Jenderal Ying Ping memberi hormat pada Long Fei dan mundur untuk menjalankan perintah.

Setelah kepergian Jenderal Ying Ping, Yin Kuang beranjak dari tempatnya.

"Aku ingin menemui Haru. Aku mengkhawatirkan kondisinya."

Long Fei ikut beranjak dari kursinya disusul yang lainnya.

"Aku ikut. Aku juga perlu memastikan jika kasus ini tidak tersebar."

Taiji dan Bei Na mengangguk menyetujui. Yin Kuang tesenyum simpul dan memberi hormat pada mereka.

"Terima kasih. Aku akan selalu mengingat jasa kalian."

***

Yin Kuang merasa lega ketika melihat Haru tengah bercengkrama dengan yang lainnya. Dengan perlahan Yin Kuang berjalan mendekati mereka. Li Hua dan Mei Ling berhenti berbicara ketika melihat Yin Kuang mendekat. Haru sedikit terheran karena merasa mereka tiba-tiba menjauh. Sebelum Haru memanggil salah satu dari mereka, tubuhnya dipeluk oleh Yin Kuang.

"A Kuang," panggil Haru.

Yin Kuang mempererat pelukannya seakan-akan tidak ingin melepaskan Haru. Dia sangat merindukannya. Semenjak Haru tidak sadarkan diri, Yin Kuang sedikitpun tidak ingin beranjak dari sisinya. Kalau bukan karena Long Fei memakasa, Yin Kuang akan menjaga Haru dan merawatnya hingga pulih.

"Maafkan aku. Aku tidak bisa selalu disisimu," ucap Yin Kuang dengan nada bergetar.

Haru membalas pelukan Yin Kuang dan meletakkan wajahnya diceruk leher Yin Kuang. "Tidak apa-apa. Haru juga minta maaf karena membuat A Kuang khawatir."

"Tapi aku gagal melindungimu!"

"A Kuang tidak gagal. A Kuang mencegah Haru terjatuh. A Kuang sudah melindungi Haru dengan baik."

Yin Kuang semakin mempererat pelukannya dan juga meletakkannya di ceruk leher Haru. Haru dapat merasakan jika bahunya sedikit basah. Haru membelai punggung Yin Kuang dan sesekali menepuknya lembut.

"Jangan menyalahkan diri A Kuang. Fei Fei melakukan hal yang benar dengan meminta A Kuang terus bersamanya. Pelaku bisa curiga kalau A Kuang tiba-tiba tidak berada didekat Fei Fei. Haru tidak mau semuanya berjalan sesuai dengan keinginannya."

Yin Kuang melepas pelukannya dan menangkup sebelah wajah Haru. "Kau selalu seperti ini. Memikirkan orang lain lebih dari pada dirimu sendiri. Kau curang!"

Haru terkekeh mendengar omelan Yin Kuang yang tidak sesuai denga nada bicaranya. Meskipun Yin Kuang tengah memarahinya, Haru tahu kalau Yin Kuang sangat mengkhawatirkannya. Memang benar, Haru selalu curang. Haru selalu berbuat sesukanya tanpa memikirkan perasaan orang-orang disekitarnya. Dalam hati, Haru berpikir, apakah selama ini semua tindakannya salah? Apakah dia terlalu egois? Haru menekan semua pertanyaan itu dan mengatakan pada dirinya untuk lebih hati-hati.

Yin Kuang memperhatikan kain merah yang menutupi mata Haru. Dengan lembut, Yin Kuang menyentuh kain itu dan mengelusnya.

"Kaori yang memberikannya. Apa cocok dengan Haru?"

"Cocok. Apapun yang kau kenakan, kau tetap terlihat cantik."

Jawaban Yin Kuang membuat pipi Haru merona merah dan memalingkan wajahnya ke sisi lain. Yin Kuang yang suka melihat ekpresi Haru, terus menggodanya.

Mei Ling mengamati mereka dengan pandangan penuh haru, begitu juga dengan Li Hua. Taiji dan Bei Na yang juga melihat kedekatan mereka langsung menghampiri istri mereka dan pergi untuk mendapatkan privasi.

Kaori yang baru datang langsung dibawa Long Fei menjauh dengan pandangan terheran-heran. Dia menoleh kebelakang dan melihat Haru sedang bersama Yin Kuang. Kaori langsung mengerti kalau Long Fei tidak ingin menganggu kebersamaan mereka berdua.

"Anda sahabat yang baik, Yang Mulia," ucap Kaori dengan tangan yang masih digenggam Long Fei.

"Jangan banyak bicara. Suatu hari nanti, akan kutunjukkan kalau kita juga bisa seperti mereka," balas Long Fei tanpa menoleh.

Kaori sedikit ling lung mendengar jawaban Long Fei lalu pipinya memerah. Tapi hal itu tidak berlangsung lama. Kaori tidak pernah berharap atau memimpikan hal itu terjadi. Jauh di lubuk hati Kaori, dia sedikit beharap. Dan Kaori tahu kalau harapan itu tidak mudah untuk diwujudkan.

Dearly BelovedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang