:)

30 14 9
                                    

"Sebenarnya ada manusia yang tak diketahui dan selama ini menjaganya. Venya, dia tak tau kalau selama ini beberapa teman sebenarnya perduli tentangnya. Layaknya pelita, yang pasti ada di malam hari yang menurutmu gelap sekalipun, hanya saja kau tak akan tau dimana pelita itu, jika tak mencoba untuk mendongak ke atas, dialah Bulan, dialah teman yang berfungsi sama layaknya pelita, sekali lagi, dialah Bulan."

Akhirnya Vino memilih jalan keluar sendiri,dia membeli 2 minuman kemudian duduk disamping Venya. Dia tidak merespon, sehingga Vino mencoba untuk mendekatkan minumannya di kulit Venya (karena dingin,siapa tau aja dia terkejut) dan ternyata tidak, meski tau, Venya berpura pura saja tak kedinginan dan tersenyum pada Vino.

"Kamu Venya kan?"

"Iyaa" sambil tersenyum.

"Rumah kamu mana?"

"Jauh" jawabnya singkat.

"Aku juga jauh. Hoby kamu?"

"Ehmm.. menulis deh kayaknya"
Vino tertawa..
(Hahahhahahaha)

"Loh kenapa?" Tanya Venya ulang.

Dalam hati Vino mengatakan,
"Yes, akhirnya.. Venya memulai berbicara, baru tau kalau suaranya merdu dan lugu "

"Nggak papa sih, pengen ketawa aja. Eh,kembangin terus hoby kamu. Ehm    siapa tau bisa jadi penulis".

" caranya ngembangin hoby gimana sih Vin? Kok aku gak tau ya.." sambil senyum.

"Gilaa, bisa ngelucu juga ternyata" batinnya.

"Eh.. gak bisa dikembangin ya.. hahaha" Vino tertawa, tawa yang amat sangat lepas.
Entahlah, kenapa dia bisa bahagia mendengar Venya berbicara. Mungkin karena baru pertama kalinya setelah 1 tahun di kelas 10 mereka tak pernah berbicara. Sehingga pembicaraan kali ini terlihat special.
Seperti telah memenangkan undian doorprize, dekat dengan Venya seperti ada rasa nyaman tersendiri.

" kamu kenapa nggak ikut ke kantin bareng Nanda dan lainnya?" Sambil menawarkan minuman. Namun Venya menggelengkan kepala.

"Nggak terbiasa."

"Maksudnya?"

"Ya,aku nggak terbiasa bergaul dengan mereka" Venya menunduk kebawah, kali ini yang Venya pikirkan adalah dimana kedatangan Vino hanyalah penasaran kenapa dia selalu sendirian.

Menyadari Venya tersindir,Vino pun lebih halus lagi dalam berkata.

"Ve, menurutku kamu akan terbiasa ketika mencoba dekat. Mereka asyik kok"
Venya langsung berdiri.

" kalau mereka asyik, jangan kesini. Dan kesanalah, bersama mereka yang kamu anggap asyik. Aku memang bukan perempuan yang menarik" ( dan pergi )
Kepergian bersama dengan air mata.

Vino menghembuskan nafas.
"Salah bicara? Lagiiiii??" Ucapnya menyesal.

Venya melangkah dengan cepat, dan tak memperhatikan sekitar, setelah sampai di dalam kelas yang masih sepi dia menangis disitu,

"Aku tau, kalian asing padaku, tapi aku juga tak tau mengapa bisa asing didepan kalian..." isak tangisnya terdengar jelas oleh Nanda yang baru saja masuk kelas.
Kemudian Nanda berniat untuk keluar lagi, karena dia tau kalau Venya pasti akan gelagapan ketika tau bahwa ada orang dikelas.

Nanda juga menyuruh Muri, temannya untuk keluar.

"Kenapa sih?".

"Venya, ada Venya sedang nangis didalam,aku rasa kita jangan masuk,dia memang butuh sendiri".

datanglah Vino yang ingin memasuki kelas,

"HEEYYYYY," mulut Muri berbicara keras, dan pasti terdengar oleh Venya.

"Ih,kenapa sih?"jawab Vino jutek.

"Kok kamu jutek?" Tanya Nanda yang tak menyangka dengan perubahan Vino.

"Aku abis jatuh dari tangga, kesell aja, siapa juga yang naruh sabun ditangga"

"HAHAHAHHA" Muri tertawa kencang.

"Sttttt.." Nanda mencoba menenangkan semuanya.

" kenapa sih?" Vino masih penasaran.

"Jangan ke kelas, Venya nangis di dalam dan jangan ganggu dia

Btw,
Coba aja baca dulu, siapa tau ditengah tengah cerita bisa kecantol alias ketagihan baca gitu 😆
Jangan lupa vote nya yaa 😚
Komentar juga gak masalah kok.

Seberang HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang