Part 1

45 15 10
                                    

-Seberang_Hati
(Na Erina)

Part 1.

*kau adalah pelita, yang hadir ditengah kekacauan hidupku*
.


.
.
.

Pernahkah kau berfikir tentang kehidupan yang kacau? Dimana kebahagiaan atau keadilan rasanya sulit untuk didapatkan. Ini adalah aku, Venya si gadis remaja berusia 17 tahun.

Kepedihan akibat latar belakang kedua orang tua juga akan larut, setiap keluarga berhak untuk bahagia, namun yang ku rasakan adalah derita. Sebenarnya tidak, jika aku menemukan satu saja titik kesederhanaan yang dibilang orang adalah kunci kebahagiaan.

Setiap pagi, kedua orang tua ku terlihat asing, mereka berdua adalah suami istri yang tak saling mengenal satu sama lain. Tumbuhnya diriku, kupikir adalah bukti buah cinta diantara mereka. Kini hari memang berganti, seiring tumbuhnya diriku, seiring mereka tak satu. Ayahku , Pak Broto, memang tak memiliki pekerjaan yang dibilang mapan. Dia adalah seorang buruh yang kerap mendapat rugi, keegoisan seorang ayah membuat ibuku tak lagi merasa cinta.

Tidak, bukan karena itu. Ada satu sebab yang benar benar kulihat, satu sebab itu lah yang membuatku tak ingin mengenal cinta, cinta atau dusta? Keduanya seperti berhimpitan. Dan aku seperti korban yang cidera hanya karena memar di dada. Sebab aku yakin pertemuan menghadirkan perpisahan, aku pun tak ingin terburu mencari siapa tulang rusukku.

Di sekolah , aku adalah gadis cuek. memang seperti itu kenyataannya. Entahlah, rasanya aku takut harus memulai berbicara dengan orang asing, apalagi ketika mereka menatapku dengan lama , kemudian membicarakanku dibelakang. Aku tau, aku peka , namun aku berpura pura tak ada apa apa. Karena aku sama sekali tak punya nyali. Hidupku gelap, terhalang oleh sesuatu, ingin rasanya menangisi cerita ini, impianku yang sederhana bahkan belum pernah terwujud.

Ketika sekelompok remaja seusiaku sibuk tentang cinta, aku adalah gadis yang sibuk mencari uang untuk melunasi utang ayahku. Di sekolah,menitipkan makanan dan pulang membawa uang 15.000 , aku dijauhi banyak teman, mereka memandangku rendah, meski aku sangat tidak suka dikasihani.

Ketika petang, nafas sepertinya mendukungku, ketika aku bertatap dengan senja, senja yang menemaniku diujung hari yang sedih. Meskipun seperti ini aku selalu saja berandai andai.

Ketika aku menjemur pakaian, tiba lah ayahku. Dia tengah marah, entah apa sebabnya. Kemudian aku melanjutkan menjemur,dan terdengar lagi suara keras seperti pukulan ,lagi lagi aku hanya diam. Meski ingin sekali mencari tau ada apa disana, tapi aku takut. Ayah sama menakutkannya dengan hantu.
Lalu ibuku menghampiri, aku menatapnya dalam hingga jelas dibalik wajah merahnya itu dia baru saja mengeluarkan air mata.

"Ibu.. apa sesuatu terjadi? Suara pukulan keras tadi..''
Belun selesai berbicara, ibu menyuruhku tutup mulut.

" diamlah, ayahmu tadi marah karena di rumah tidak ada makanan, ibu belum memasak, ibu kehabisan nasi "

Air mataku pun turun tergesa gesa, bergantian di kiri dan kanan,menetes dan membasahi raut mukaku.
"Lalu .. kita nanti bagaimana?"
Ibu bersujud didepanku, kemudian aku ikut turun dan menyuruhnya berdiri

"Maaf, maafkan ibu.. ibu bukanlah ibu yang bisa membahagiakanmu Venya. Oh iya, ta..ta..tadi, ada 2 potong roti yang ibu beli dari pasar, nanti kamu makan saja bersama ayahmu".

Sungguh, setiap kata yang diucapkan ibu seperti deras air hujan yang sakit jika mengenai tangan. Apapun yang dia ucapkan selalu membuatku khawatir, makhluk seperti apa dia?
Dengan bijaknya membawa 2 roti tanpa berfikir bagaimana dia nanti?
Setiap malam kami bertiga kedinginan, rumahku memang besar, tapi tidak ada apa apa didalamnya, hanya ada kursi dan beberapa tikar untuk tidur. Dari luar memang terlihat megah,namun untuk makan saja susah.
Malam hari, ayah selalu mengambil selimut dan diselimutkan ditubuhnya saja. Ingin rasanya aku berteriak kencang,ingin rasanya mengadu di sepertiga malam, ingin rasanya pergi dan tak kembali.

..................

Sekolah hari ini aku tak membawa dagangan untuk dititipkan di kantin. Ayah mendapat pekerjaan untuk menyopir ,dan dia akan mendapatkan uang 200.000 ! Sehingga hari ini aku bisa jajan dikantin, karena ibu memberiku uang saku.

Kerumunan kelas yang ramai, suara riuh bergemuruh tengah seorang teman yang menceritakan kejadian lucu dalam hidupnya. Aku duduk dibangku belakang, dan tampak segerombol tema kelasku yang asyik bercerita , kala cerita itu lucu maka aku tersenyum. Kala aku penasaran maka aku akan mendengar nya dengan konsentrasi.

Alasan kenapa aku tidak ikut bergabung?
Karena mereka selalu menjauh dariku, dan karena mereka menganggap aku bukan gadis yang seru.

"Vino, kamu kenapa diam dibelakang?".
Aku ikut terkejut, Nanda, cewek yang dianggap puteri ratu dikelasku,dia cantik dan seperti seorang putri.

" eh.ehm.. masih nge cess handphone" ucap Vino gugup.

"Oh, kirainn.. ada sesuatu.. semacam .. apa ya? Entahlah."

" jangan sampai kamu jadi pendiam kayak satunya Vin."

"Hahahahahha"
Ucapan mengiris hati dari banyak teman yang ikut berbicara.
Aku tau,semua itu mengarah padaku  ,padaku yang sulit untuk bersosialisasi.

Ternyata Vino menatapku,dia seperti kasihan padaku. Sudahlah, sudah terlalu biasa menjadi bullying secara tidak langsung seperti ini.
Namun aku manusia biasa , aku punya lelah dan air mata. Namun untuk meneteskan itu, aku butuh tempat yang sepi.
Gerombolan Nanda sudah sepi,kini tinggal aku dan Vino saja yang ada dikelas.

Vino memainkan jarinya, berfikir bagaimana cara untuk mengajak Venya berbicara.
Dan dia tak tau bagaimana caranya. Saat ingin memanggil nama , Venya justru menoleh ke belakang dan membuat Vino gelagapan sendiri.

" kamu kenapa?"
"Eh..ehm., nggak papa."
"Owh." Dan Venya membalikkan tubuhnya lagi. Hampir 7 menit, diruang kelas itu tak ada suara, kemudian Venya berdiri,dia ingin keluar dan mencuci mulut.

"Mau kemana?" Tanya Vino.
"Memang kenapa?" Lalu Venya langsung pergi.

"Aish,jutek banget sih gadis itu. Venya, nama unik yang menjadi pusat perhatian pemikiranku, dan sikapnya yang tertutup membuatku menjadi terpusat untuk mencari tau siapa dia? Apa aku harus memulai berteman dengannya? "
Vino menatap cendela, dimana bayang bayang kepergian Venya masih samar terlihat, kemudian hilang.

"Aishh,masa bodo ah." Vino kembali membuka buku, namun rasanya tak nyaman, dia beralih memainkan music di ponselnya dan mengubah banyak posisi lain, namun nyatanya juga tak nyaman.
Tetap saja ada kebimbangan di pelupuk hatinya.
Vino menggrobak bangku keras,dan keluar mencari Venya.

"Aku hanya ingin tau, gadis aneh yang sulit diajak bicara itu."
Vino melangkah dengan cepat, dia menelusupkan kedua tangannya di saku celana, tampak keren. Memang dia keren, dan Nanda adalah Gadis yang menyukai Vino.

Ketemulah Venya dimata Vino. Venya sedang duduk dan menikmati permen sunduk dimulutnya.

"Bagaimana cara memulai berbicara ya?"
"Hayy.? Venya.."
"Ve.."
Vino justru salah tingkah sendiri ketika harus memulai berbicara dengan Venya.

Akhirnya Vino memilih jalan keluar sendiri,dia membeli 2 minuman kemudian duduk disamping Venya. Dia tidak merespon, sehingga Vino mencoba untuk mendekatkan minumannya di kulit Venya (karena dingin,siapa tau aja dia terkejut) dan ternyata tidak, meski tau, Venya berpura pura saja tak kedinginan dan tersenyum pada Vino.

Gadis cuek? Menurutmu apakah dia akan tetap bertahan dengan sikap itu? Ketika si Vino lelaki possesive itu benar benar berniat mendekati Venya?

Go vote plus komen. :)
Tinggalkan jejak terbaik kalian.
Maaf jika part 1 garing, tapi part" selanjutnya aku jamin nggak nyesel kok setelah baca.

Seberang HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang