:*

43 6 1
                                    

-Seberang_Hati
( Na Erina )

*di umurku yang sampai kini, aku hanya ingin semakin bisa menata diri, memperbaiki hati, bukan menambah iri*

.
.
.
.
.

Vino tak menyerah begitu saja, dan dia tetep di parkiran, karena dia yakin, Venya masih ada disekolah, motornya saja masih. Tidak mungkin kan dia lupa kalau bawa kendaraan.

.............

Eza akhirnya berhasil membuat ku duduk berdampingan. Eza memang tidak sejahat yang kukira, dan dia mudah membuatku lebih akrab, bahkan dialah siswa pria pertama di SMA yang tau tentang kisah hidupku. Ya meski hanya seperempat.

" oh iya, dari tadi kamu curhat mulu ke aku. Tapi nggak nanya namaku" jawabnya sok cemberut.

"Kan aku udah tau namamu" jawabku santai sambil mengayunkan kaki ke atas bawah.

"Eza kan?" Tanya ku ulang.

"Hahaha, pinter deh. Tau dari seragam yaa?" Gelitiknya.

ini adalah cerita selepas hujan usai, begitu ringkas memang, namun ada getar lain ketika Eza menjadi temanku.

"Oke, kita bertemann. Siapa namamu?" Hatiku mengulangi kalimat itu berulang kali, teman? Hal yang ia inginkan , akhirnya terpenuhi di hari ulang tahunnya sekarang.

"Aku Venya, dan aku menyukai pelangi, aku pengagum senja, dan aku penikmat hujan"

"Berarti hari ini adalah harimu?" Eza menunjukkan pelangi disebelah barat, tepat setelah hujan reda di sore hari"

Venya tersenyum, tampak teduh sekali di matanya. Dan Eza melihat semua itu.

Aku hampir saja tenggelam dalam kenyamanan, dan aku terburu bangun ketika mengingat ayahku, lelaki yang selama ini ku kenal dengan ketidaknyamanan. Hingga membuat mataku terkabut dengan sikap lelaki lain yang ku kenal.
Iya, dimana lelaki itu sama saja.
(Menurutku).
Sikap baik Eza, tentu saja ku akui. Dia memang baik, tapi esok hari? Siapa yang akan mengerti?

"Oh iyaa, aku pulang dulu ya Ve, kamu bakal inget aku kan? Eza kelas Xi ipa 4" sambil tersenyum manis.

"Ohh,tentu saja"
Lalu kami bersalaman sebelum akhirnya aku hanya dapat melihat punggungnya semakin menjauh.

................

Aku berjalan menyusuri koridor kembali, sembari memakai jaket biru dongker kesukaanku. Dikejauhan Vino sudah tau bahwa aku akan sampai disana.

Degghhh...

Vino tidak mengerti , kenapa jantungnya selalu tersandung seperti itu, ketika dihadapi sosok Venya yang memang berparas manis.
Vino langsung berdiri tepat dihadapan Venya, dan yang nampak dimata Venya ini hanyalah dada bidang dengan gitar coklat didekatnya.

Vino menyanyikan lagu lavina , pilihan hatiku.

* berdiri kudisini hanya untukmu..
dan yakinkanku untuk memilihmu..
Dalam hati kecilku...
Inginkan kamu, berharap untuk dapat bersamamu..
Aku kan ada, untuk dirimu
Dan pertahan untukmu..
Terlukis indah raut wajahmu dalam benakku...*

Tampak binar haru menyelimuti tiap lirik lagu itu,
Tampak bahagia dalam setiap kecil suara yang tercipta di parkiran itu,
Hal sederhana yang sebenarnya telah lama diimpikan Venya.

"Tuhan,kau mewujudkannya diumurku yang inii" batinku dalam hati.

Sesaat setelah lagu dan alunan gitar itu berhenti, aku langsung memukul Vino,

Seberang HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang