Park Chanyeol berjalan pulang ke apartemennya dengan langkah gontai. Sesekali dia mendengus kasar memikirkan yeoja yang bertemu dengannya di supermarket tadi.
Rasanya baru pertama kali dia melihat Yeoja itu. Wajahnya asing bagi Chanyeol. Apa dia adalah mata-mata? Teroris? Atau, yang lebih parahnya... dia pembunuh bayaran seperti Chanyeol?
Tidak. Rasanya tidak mungkin kalau Yeoja di supermarket tadi pembunuh bayaran. Dia seperti karyawan di Supermarket itu, mungkin tadi sewaktu Chanyeol menjalankan aksinya Yeoja itu melihatnya.
Astaga! Mana mungkin Yeoja tadi melihatnya? Bukankah Chanyeol sudah memastikan gudang tak terpakai supermarket itu aman? Bukankah pintu gudang itu terkunci dan mayat targetnya sudah Chanyeol potong-potong sebaik mungkin dan di pajang di lemari daging di supermarket tersebut.
Apa ada yang janggal?
Chanyeol mengacak rambutnya, "Aih! Mengapa aku memikirkan yeoja itu?!"
Tas plastik di tangan kanannya bergoyang-goyang mengikuti langkah Chanyeol yang mulai cepat. Chanyeol harus cepat sampai di apartemennya, menenangkan pikirannya. Dan berusaha untuk melupakan yeoja yang tidak dikenalnya itu.
Apartemen Chanyeol sudah terlihat. Hanya beberapa meter dari posisinya sekarang. Namun, Chanyeol harus melewati jalan raya yang padat serta ramai untuk sampai di apartemen tempatnya tinggal.
Chanyeol berjalan pelan ke arah Zebra Cross. Bersama dengan orang-orang yang bertujuan sama dengannya. Menyeberangi jalan dan ingin sampai di tujuan dengan aman.
Lampu lalu lintas berwarna merah. Menunjukkan bahwa kendaraan berhenti dan waktunya orang-orang termasuk Chanyeol menyeberangi jalan.
Chanyeol mulai melangkahkan kakinya. Namun,
Brukkk
Bunyi orang jatuh terdengar, membuat Chanyeol beralih memandang asal suara.
Pergerakan Chanyeol terhenti dengan gadis yang tepat berada tidak jauh darinya terjatuh dan membuat siku gadis itu memar.
Ada rasa kasihan melihatnya. Namun, apakah Chanyeol pantas untuk menolong gadis itu? Bukankah tangannya biasa dia gunakan untuk menghabisi nyawa orang lain?
Chanyeol menggeleng, "Jangan, bukankah ada banyak orang di sini. Kenapa harus aku yang menolong."
Chanyeol melanjutkan langkahnya, tapi...
"Tolong, tolong aku. Aku mohon tolong bantu aku."
Chanyeol menimang sebentar. Lalu berbalik lagi, dan berjalan ke arah gadis itu. Memegang tangannya dan membantunya untuk berdiri.
Gadis itu, Kim Ji Soo. Hanya diam dan gemetar dipegang oleh seseorang yang tidak dikenalnya.
Lampu merah segera akan berganti dengan lampu hijau. Chanyeol cepat-cepat memapah tubuh Jisoo dan membawanya ke pinggir jalan, tepat di depan gedung apartemennya.
Chanyeol membantu Jisoo untuk duduk. Tapi, rasanya aneh, Jisoo menatapnya kosong. Tanpa arah dan tidak beraturan. Tangan Jisoo terus bergerak seperti mencari sesuatu.
Apa ada sesuatu yang salah?
Chanyeol menatapnya aneh, "nona, apa kau baik-baik saja?"
Tangan Jisoo berhenti, Jisoo segera menunduk. "Terima-kasih. Kau yang membantuku waktu aku terjatuh?"
Chanyeol mengangguk, "ya. Aku yang membantumu. Jadi apa keadaanmu baik?"
"Hmm, aku baik. Dan terima-kasih banyak kau sudah membantuku. Apa kau tahu aku dimana sekarang?"
Kening Chanyeol berkerut, bingung dengan Jisoo yang berada di depannya. Chanyeol berjongkok, menjajarkan tubuhnya yang tinggi agar setara dengan Jisoo.
"Ini ada di apartemen Yeouido Park Centre. Apa kau tidak tahu temp--"
Jisoo mendongak, dan menggeleng pelan. "Aku buta. Aku tidak bisa melihat, aku hanya berjalan saja tadi. Tapi, aku sudah terlanjur berjalan sejauh ini dan tidak tahu bagaimana cara kembali."
Chanyeol termenung, seperti tidak asing dengan wajah Jisoo. Seperti, Chanyeol yakin pernah bertemu dengan wanita di depannya ini.
Chanyeol memberanikan memegang tangan Jisoo yang terus gemetaran sedaritadi. Mencoba memenangkan gadis itu. "Apa kau mau aku antarkan pulang?"
Jisoo mengangguk cepat, namun. Seperkian detik lagi wajahnya dengan cepat murung. "Aku takut merepotkanmu. Aku juga diingatkan untuk tidak merepotkan orang lain apalagi yang baru aku kenal. Aku sadar dengan situasiku, ini salahku karena terlalu jauh pergi. Ahh, aku menyusahkan saja."
Jisoo tersenyum getir, "dengan kondisi seperti ini saja aku tidak tahu harus berbuat apa."
"Kau tidak menyusahkan aku. Jadi, sebaiknya kita pergi sekarang juga. Aku akan mengantarmu sampai di tempat tinggalmu."
Jisoo tersenyum lebar. Sangat manis sampai membuat Chanyeol ikut menarik lekukan di pipinya.
Jisoo berdiri, "jadi siapa namamu malaikat penolongku?"
Chanyeol tertawa, "namaku Park Chanyeol. Kau bisa memanggilku Chanyeol."
"Baiklah, Malaik--, maksudku Chanyeol. Terima-kasih."
Chanyeol hanya tersenyum, dan memegang erat tangan gadis itu. Menuntunnya untuk pulang. "Sama-sama."
🔪🔪🔪
"Kita sudah sampai. Rumah sakit Samsung Medical Center. Jadi, rumahmu disini?"
Jisoo memukul pelan punggung tangan Chanyeol yang sedaritadi memegang tangannya.
"Ini jelas-jelas rumah sakit. Masa rumahku disini."
Chanyeol ikut tertawa, "aku bercanda. Jadi, apa aku akan mengantarmu sampai di kamar rawatmu?"
Jisoo menggeleng, "tidak usah. Lagipula aku bisa sendiri. Aku hafal jalan sampai ke ruanganku."
Chanyeol melepas tangannya yang sedaritadi memegang tangan Jisoo.
"Aku pergi dulu. " Chanyeol berbalik, tapi tangannya ditahan oleh Jisoo.
Sentuhan itu Lembut. Sangat lembut...
Jisoo tersenyum, "Terima-kasih banyak Chanyeol. Kamu orang baik."
Chanyeol mencoba tersenyum. Setipis mungkin.
Orang baik? Apa membunuh orang itu adalah susuatu hal yang baik?
Jisoo berbalik dan berjalan.
Chanyeol melihat punggung Jisoo sampai hilang di belokan.
Namun, Chanyeol memukul dahinya cukup keras. Sadar akan sesuatu.
"Aku belum menanyakan namanya.."
🔪🔪🔪
-TBC-
Adakah yang suka Kim Ji Soo disini?🖤
Semoga suka sama part ini ya. Maaf mengecewakan kalian dalam penulisanku. Aku sudah berusaha sebaiknya untuk bikin cerita ini lebih baik dan lebih baik lagi.
Vote dan komen dari kalian selalu aku tunggu.
So? Lanjut apa tidak nihhh?😂
KAMU SEDANG MEMBACA
Red Eye • PCY✔
Fanfiction"Akan ada begitu banyak teka-teki yang bermunculan, hanya untuk membongkar rahasia hidup yang sengaja disembunyikan. Dengan batas waktu yang sudah ditetapkan..." 🔪🔪🔪 Apa kalian percaya pada kematian? Bagaimana bila kematian kalian sudah direncana...