Tulip untuk Disha

197 32 21
                                    

Hari kasih sayang yang jatuh pada tanggal 14 februari adalah salah satu hari yang kebanyakan anak-anak remaja tunggu. Gadis yang akrab dipanggil Disha itu salah satunya.

Disha yang kini sedang berjalan beriringan bersama Nadya dan Tiara hanya bungkam begitu mendengar kedua sahabatnya terus bertukar cerita tentang bagaimana Daffa —pacar Nadya, memberi kejutan untuk Nadya di pagi buta. Tangannya terus memamerkan gelang silver yang terlihat manis berada di pergelangan tangan Nadya.

Atau bagaimana Chandra —pacar Tiara, akan mengajak Tiara makan malam bersama di rumah orang tuanya nanti.

"Terus gue pake baju apa ya kira-kira?" Keluh Tiara.

"Putih, putih!" Seru Nadya yang berdiri di tengah, senyumnya ikut mengembang setelah menyerukan jawaban. "Sama celana jeans, kaki lo kan jenjang tuh."

"Tapi gue pengen pake rok juga, biar keliatan feminim gitu." Ujar Tiara. "Ih gue bingung banget! Dish saran dong."

Lamunan Disha buyar begitu Tiara memanggil namanya. "Setuju kok sama Nadya."

"Kak Javin ngasih sesuatu Dish?" Tanya Nadya.

Disha menggeleng pelan. "Selama ini Javin udah terlalu banyak ngasih gue barang. Gak give and take gitu."

Jujur, Disha tidak terlalu berharap Javin akan memberinya hadiah seperti yang Daffa lakukan, atau bahkan mengajaknya makan malam seperti yang Chandra lakukan.

Walaupun sejak duduk di bangku sekolah menengah, kedua orang tua Disha sudah pernah memberi tahukan ketiga anaknya kalau tanggal 14 februari bukanlah hari yang spesial, bukan juga hari khusus untuk menunjukkan kasih kepada yang tersayang. Karena kasih sayang harus diberikan setiap hari bukan pada hari-hari tertentu.

Tapi tidak ada salahnya Disha sedikit menantikan hal yang akan Javin lakukan untuknya hari ini.


Jam 4 sore, mobil milik Javin sudah meninggalkan parkiran kampus. Senandung kecil yang keluar dari mulut Javin mengisi kesunyian di mobil itu.

"Dish kok diem aja?" Tanya Javin. "Laper gak?"

"Enggak sih, tadi udah makan sama Nadya." Jawab Disha. "Kamu udah makan?"

"Udah, kenyang banget parah." Ujar Javin melebih-lebihkan.

"Makan apa?"

"Tadi ditraktir Widi, katanya sekalian diskon hari valen-"

Ucapan Javin terhenti tiba-tiba, tangan kirinya menepuk jidatnya pelan lalu ia tersenyum kikuk. "Dish aku lupa banget sumpah."

"Gak papa kali Vin, kan hari ini gak ada bedanya juga sama hari-hari yang lain." Balas Disha santai.

"Coba cek ke belakang udah layu apa belom itu bunganya." Ujar Javin sembari melirik kursi belakang. "Tadi pagi aku mau ke rumah ngasih bunga sekalian jemput, tapi aku kesiangan hehe."

"Kamu beli bunga?" Tanya Disha heran, tapi tetap mengikuti perintah Javin.

"Iya, awalnya aku mikir ngapain ya ngasih kamu bunga, nanti layu juga kamu buang. Tapi pas liat bunga tulip aku keinget kamu kan pengen banget tinggal di belanda." Jelas Javin.

"Jadi bunganya dulu ya, ke belandanya kapan-kapan aja." Javin terkekeh geli ketika menjelaskan alasan ia memilih bunga itu.

Sementara Disha yang duduk di sampingnya sudah terharu karena Javin mengingat impian kecil miliknya.

"Vin makasih."

"Iya, Adisha."

''

Ayo kenalan, ini Nadya sama Tiara!

Ayo kenalan, ini Nadya sama Tiara!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Best Part.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang