Disha sudah hampir satu tahun mengenal Javin, tetapi dalam kurun waktu yang cukup lama itu, Disha belum pernah sekali pun berjumpa dengan adik perempuan Javin. Ia hanya pernah mendengar beberapa kali Javin bercerita tentang adiknya.
Berbanding terbalik dengan Javin yang sudah sering bertemu dengan Angga dan Abel —kakak dan adik Disha. Javin yang rutin mengantar atau menjemput Disha sudah lumayan dekat dengan keluarga Disha.
Pada kesempatan kali ini, Javin yang hendak menghabiskan hari libur dengan adiknya itu pun memutuskan untuk mengajak Disha.
"Gak ah Vin." Tolak Disha begitu mendengar ajakan Javin, "Gak enak ganggu family time kamu."
"Chia juga pengen ketemu kamu Dish, katanya gak papa." Ujar Javin, sebenarnya ia berbohong. Adiknya bahkan tidak tahu kalau Disha akan ikut pergi bersama mereka.
***
Seperti biasa, Javin menghampiri kediaman Disha. Kali ini ia disambut oleh Abel —adik perempuan Disha yang tampangnya lumayan mengintimidasi Javin saat mereka pertama bertemu.
"Masuk aja kak, Mbak Disha masih di atas."
"Abel gak pergi?" Tanya Javin.
Biasanya setiap Javin dan Disha akan pergi jalan-jalan saat weekend, Abel jarang ada di rumah. Ia lebih sering pergi dan bermain dengan teman-temannya dibanding stay di rumah seperti Angga.
"Gak kak, Mas Angga gak mau sendirian di rumah." Jawab gadis itu lalu duduk di sofa ruang TV.
Tidak lama kemudian, Disha keluar menghampiri Javin dengan paper bag berwarna merah muda di tangan kanan, dan tasnya di tangan kiri.
"Itu apa?"
"Oh, ini buat Chia. Hadiah sedikit." Ujar Disha menunjuk paper bag yang ada di pangkuannya.
"Lah? Gak usah repot-repot." Selak Javin, "Chia anaknya suka milih-milih."
Mendengar perkataan Javin, Disha menjadi sedikit nervous. Ia takut hadiah yang akan ia berikan ini tidak sesuai dengan selera adik Javin. Tapi ayolah, Disha setidaknya sudah berusaha memberi sedikit hadiah untuk Chia.
"Ah beda setahun ini sama aku, seleranya mirip lah." Bela Disha, "Kamu terakhir ketemu dia kapan Vin?"
"Dua bulan yang lalu deh kayaknya, aku lupa. Dia sibuk aku juga sibuk sih."
"Ah Vin, aku makin gak enak nih ikut-ikut kalian hari ini."
"Gak papa Dish. Santai aja."
***
Ketika mereka berdua sampai di cafe, Javin menunjuk gadis dengan rambut panjang yang duduk membelakangi pintu depan cafe itu.
"Itu anaknya." Javin membuka pintu kaca cafe itu, disusul Disha yang mengikutinya dari belakang.
"Chia!" Seru Javin.
"Bang Javin!"
Chia yang awalnya tersenyum lebar memanggil kakaknya, perlahan-lahan mengatupkan bibirnya begitu melihat Disha yang berdiri di belakang Javin. Walaupun Javin itu tinggi, tapi Disha juga tinggi, jadi bersembunyi di belakang Javin tidak memberi pengaruh besar.
"Chia, ini Disha yang abang ceritain waktu itu." Ujar Javin merangkul Disha, lalu ia merangkul Chia juga, "Dish, ini Chia, adek aku."
"Halo Chi—
"Fathia, panggil Fathia aja." Potong gadis itu cepat.
Aduh mampus gue, batin Disha begitu menyadari gadis yang lebih muda ini melemparkan tatapan mata yang sangat tajam kepada dirinya.
Disha memberikan paper bag yang sudah ia siapkan untuk Fathia, dengan ragu-ragu Fathia menerima pemberian dari Disha. Membuat Disha sedikit lega.
"Makasih, pacarnya Bang Javin."
***
Meet, Fathia Chaeyoung Lazuardi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Best Part.
Historia CortaSkenario singkat yang terjadi di lingkaran kehidupan Javin dan Disha. +lokal +au