Cokelat

70 4 0
                                    

"Makasih. Oh, iya makasih. Makasih banyak." Entah sudah berapa kali Gea mengucapkan kata-kata itu sembari tersenyum ramah. Di tangannya ada puluhan kotak cokelat yang diterima sejak pagi tadi. Ini belum semua, Gea yakin saat ini di bangkunya sudah ada puluhan cokelat lagi yang bertumpuk di sana.

Gea mendesah, membuka ransel dan memasukkan cokelat-cokelat itu ke dalam. Beberapa siswa yang lewat menyapanya dan Gea membalas dengan senyum lebar dan ramahnya.

Mendadak Gea malas masuk ke kelas. Ia mengernyitkan dahi tak nyaman mengingat cokelat-cokelat yang sudah menantinya di kelas saat ini. Langkah Gea pun berbelok menuju lorong laboratorium kimia yang selalu sepi.

Setelah yakin tak ada orang di sekitar sana, Gea membanting tas ranselnya. Ia pun duduk di undakan sembari menghela napas. Gea melirik ranselnya dengan malas.

"Merepotkan," gumamnya sembari membuka risleting tasnya. Ia menatap puluhan cokelat berbeda merek, jenis dan bentuk di dalam sana beberapa saat sebelum kemudian membalik ranselnya, mengeluarkan semua cokelat-cokelat itu beserta semua alat tulis serta buku-buku pelajaran Gea.

Gea mengambil kembali alat-alat tulis dan buku-buku pelajaran lalu memasukkannya kembali ke dalam tas dan menutupnya. Berdiri, Gea bersiap akan meninggalkan puluhan cokelat yang berserakan di lantai namun setelah menimang-nimang ia berhenti. Dengan jengkel ia memungut puluhan cokelat itu lalu melemparkan semuanya ke kotak sampah terdekat.

Tanpa kata lagi, Gea pun berbalik meninggalkan lorong itu. Ia tak menyadari bahwa seorang siswa sedari tadi sedang menyaksikan dengan senyum sinis terpatri di wajahnya.

"Munafik," gumamnya pelan. Siswa itu pun berbalik dan berjalan dengan santai menuju kelas dengan kedua tangan dimasukkan ke dalam celana.[]

[[[[[]]]]]
Drabble oleh Jihana93

...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang